Recommended

Mazar-i-Sharif – Ata Muhammad dan NATO

Busy atmosphere of the holy shrine before the New Year.

Busy atmosphere of the holy shrine before the New Year.

“Berada di Rawza pada saat upacara janda bala? Itu terlalu berbahaya!” kata Naqeeb.

Sebuah gambar di buku tua An Historical Guide to Afghanistan tulisan Nancy Hatch Dupree, diterbitkan tahun 1977, selalu membuat saya terbayang akan nuansa penuh fantasi di Mazar. Gambar itu adalah perayaan Naoruz di kota ini. Latar belakangnya adalah bangunan megah mausoleum Hazrat Ali. Ada ratusan orang di halaman, bersorak-sorai menyambut sebuah bendera besar bangkit dari tanah. Bendera itu adalah ‘janda’ yang dipercaya mempunyai kekuatan magis.

“Keamanan sekarang sudah tidak baik,” kata Naqeeb, “kalau kamu ingin melihat janda, kita lihat di televisi. Nanti kalau keramaian sudah mereda, kita berangkat bersama-sama.”

Naqeeb bukan jurnalis. Dia bekerja sebagai satpam di sebuah organisasi internasional. Naqeeb tak punya hasrat untuk mengejar semua peristiwa. Apalagi baginya perayaan janda bala ini bukan sesuatu yang istimewa. Dari ke tahun sama saja, dan sudah disiarkan di televisi. Kerumunan ribuan orang yang ingin melihat pengibaran bendera mukjizat itu dikhawatirkan akan mengundang penjahat, aksi teror, dan sebagainya.

Akhirnya saya terpaksa mencari cara lain, menghubungi jurnalis Pajhwok Afghan News di kota ini, yang mungkin bisa membantu saya. Zabiullah Ehsas, umurnya masih 24 tahun, tetapi sudah memegang kantor wilayah Pajhwok untuk propinsi-propinsi di utara. Zabiullah orang Pashtun tetapi tidak segan berbahasa Dari dengan saya.

“Jangan kuatir,” katanya, “pertama, kita meliput press conference penting terlebih dahulu. Kamu bantu saya memotret ya, kamera saya rusak. Lalu kita sama-sama ke kantor kebudayaan, mengurus surat izin liputan buat kamu.” Karena alasan keamanan, jurnalis, fotografer, dan cameraman diharuskan mengurus kartu pengenal terlebih dahulu sebelum hari H.

The NATO men arrive and the Mazar men welcome

The NATO men arrive and the Mazar men welcome

Konferensi pers yang akan kami liput terletak di kantor gubernuran. Mazar-i-Sharif adalah ibu kota propinsi Balkh, sebuah propinsi yang kaya akan masa lalu sejarah beribu tahun. Balkh sudah ada bahkan sebelum kedatangan Iskandar Yang Agung.

Yang menjadi gubernur Balkh adalah Atta Muhammad Nur. Beliau ini dulu adalah komandan perang etnis Tajik dalam perang Mujahiddin. Mazar dulu dikuasai komandan Uzbek, Rashid Dostum, yang sekarang bermukim di Kabul setelah kejatuhan Taliban. Di Afghanistan, yang menjadi petinggi-petinggi kebanyakan adalah mantan-mantan komandan perang. Setidaknya di bawah pemerintahan Atta, kota Mazar selalu tentram dan damai. Di sini saya tidak merasa tekanan seperti berada di Kabul. Saya tak perlu was-was diculik atau kejatuhan roket. Apalagi semua jalan masuk ke Mazar dijaga ketat seiring dengan kedatangan festival tahun baru.

Dan itulah kebanggaan Atta sebagai pemimpin yang berkuasa di sini. Hari ini ia kedatangan tamu agung, seorang petinggi NATO bernama Jenderal Radock, langsung dari Eropa.

Debu beterbangan ketika helikopter NATO mendarat di lapangan di depan kantor gubernuran. Murid-murid sekolah sudah berbaris, menyampaikan karangan bunga kepada sang jendral bule. Demikian juga para pemimpin masyarakat, mulai dari ulama sampai guru sekolah pilihan, berbaris untuk bersalaman dengan sang jenderal.

“Balkh adalah propinsi yang berhasil,” kata Atta dalam konferensi pers, “kami sudah menciptakan stabilitas keamanan di sini. Kami sudah menjadikan propinsi ini bebas candu. Tetapi mengapa kami tidak pernah diperhatikan? Mengapa NATO hanya memperhatikan propinsi-propinsi di selatan? Mengapa keberhasilan kami tidak pernah disinggung, Yang Mulia?”

Jendral NATO itu manggut-manggut, seraya berjanji akan menyampaikan keluhan Atta ke pusat, memuji keberhasilannya, dan berjanji akan mempertahankan pasukannya di kota ini.

"We are safe, we are advanced, but why we are neglected, His Excellency?" says the governor

“We are safe, we are advanced, but why we are neglected, His Excellency?” says the governor

Afghanistan utara umumnya termasuk zona aman. Hanya beberapa kantung milisia pendukung Dostum di propinsi Jawzjan dan Faryab yang beresiko sedang. Hari ini ada berita sebuah mobil milik NGO internasional dihentikan oleh gerombolan orang tak dikenal dan semua penumpangnya ditembak sampai luka parah. Peristiwa ini terjadi di propinsi tetangga Sar-i-Pul. Di Shibergan, ibu kota propinsi Jawzjan, pelaku bom bunuh diri berhasil ditangkap sebelum melaksanakan aksinya. Tetapi, peristiwa-peristiwa seperti itu hampir tak pernah terjadi di Balkh, yang senantiasa aman sentausa di bawah pemerintahan Atta. Tak heran Atta begitu bernafsu dalam menyampaikan pidatonya yang penuh propaganda dan puja puji terhadap jenderal NATO.

Zabiullah membawa saya mengurus surat izin untuk meliput acara janda bala di Rawza (Makam Hazrat Ali). Kami diminta datang lagi esok sore untuk menyerahkan semua peralatan elektronik yang akan digunakan untuk meliput. Untuk alasan keamanan, segala jenis kamera, video, tape, mikrofon, harus diinapkan di kantor dinas kebudayaan. Sebuah prosedur yang benar-benar membikin repot.

Security is really, really tight

Security is really, really tight

Makam Hazrat Ali pun dalam penjagaan ekstra ketat. Pengunjung sangat ramai, tetapi tidak seorang pun diizinkan mendekati bangunan bersejarah di tengah taman itu. Polisi dan tentara bersenjata berbaris rapi. Rupanya Jenderal NATO itu sedang berhasrat melaksanakan kunjungan turistik ke tempat suci ini. Para peziarah yang datang jauh-jauh dari luar kota pun harus rela menunda acara ziarah mereka demi rombongan tentara bule ini.

Zabiullah tinggal di kantor Pajhwok, terletak di lantai tertinggi sebuah hotel yang persis berhadapan dengan Rawza. Dari kantor ini, kubah-kubah raksasa Rauza yang berwarna hijau lazuardi tampak mengkilap, membiaskan sinar keemasan mentari.

Saya sudah tidak sabar menantikan datangnya hari besar itu.

Leave a comment

Your email address will not be published.


*