Recommended

Lahore – Sufism

Regale Internet Inn 150 Rs

Berputar... berputar... berputar... (AGUSTINUS WIBOWO)

Berputar… berputar… berputar…

Bagi kita, sufisme mungkin sudah tidak asing lagi. Kisah-kisah tentang Syeikh Siti Jenar sudah sering kita dengar berkali-kali. Dan penggabungan antara mistisme dengan religiusme Islam sudah bukan merupakan hal baru lagi di Indonesia, di mana Islam berbaur kental dengan hembusan nafas kehidupan Pra-Islam (Hinduisme, Buddhisme, dan animisme).

Lagu adalah bagian dari spiritualisme kaum Sufi (AGUSTINUS WIBOWO)

Lagu adalah bagian dari spiritualisme kaum Sufi

Menari demi sang Kekasih tercinta

Menari demi sang Kekasih tercinta

Di Pakistan pun sufisme merupakan bagian dari kehidupan Islamnya. Setiap hari Kamis siang, pemusik-pemusik sufi berkumpul di Masjid untuk memainkan musik-musik yang membius hati. Tak kurang dari 40 grup musik dari penjuru-penjuru desa datang ke sini, dan setiap grup menampilkan pertunjukan dari 5 hingga 7 menit. Alunan akordion dan gambus seakan merupakan ekstasi bagi sebagian penonton, yang tak hentinya menggelengkan kepala dengan cepat mengikuti alunan musik, bahkan ada pula yang menggulingkan tubuhnya dan berputar-putar secara cepat seperti orang yang telah hilang kesadarannya. Penonton yang “tersihir” pun membuat hujan uang di atas para pemusik, menaburkan ratusan lembar uang 10 Rupee di atas kepala pemusik, dan aliran ini tak berhenti hingga panitia berusaha menyadarkan penonton ini. Uang, musik, tarian, gelengan kepala bak tercandu ekstasi, serta semprotan minyak wangi yang disemprotkan petugas dengan tabung semprot pestisida (!) mengalir sepanjang pertunjukan berlangsung.

Hanyut dalam mistisme teriakan, tetabuhan, dan tarian (AGUSTINUS WIBOWO)

Hanyut dalam mistisme teriakan, tetabuhan, dan tarian

Kamis malam adalah “Malam Sufi”. Di sebuah makam suci orang-orang berkumpul, duduk menyaksikan tarian sufi yang membius. Musik mengalir dahsyat dari dua orang penabuh genderang. Sedahsyatnya hingga banyak penonton yang tersihir, menggelengkan kepala seperti layaknya pecandu ekstasi di diskotik, secepat dan selambat tabuhan genderang. Asap rokok (juga hashish) memenuhi seluruh ruangan. Entah kecanduan ini adalah kecanduan rohani, kedahsyatan musik, atau kuatnya hashish dan rokok air yang dihirup. Tiga penari, dua berbaju merah dan satu putih, menari di tengah-tengah pengunjung seperti orang yang kerasukan. Gelengan kepala yang tanpa henti serta gerakan berputar yang cepat dan lambat benar-benar menghanyutkan. Tak hanya penonton yang membaca doa saja yang terhanyut, bahkan beberapa turis pun seperti kehilangan kesadaran ikut menggeleng-gelengkan kepala mengikuti aliran musik magis ini.

Tak ada perempuan di sini. Ratusan laki-laki duduk bersila, serta puluhan lainnya berusaha menyeruak masuk, yang kemudian ditahan oleh panitia karena keterbatasan ruang. Perempuan yang hadir hanya empat orang, dan semuanya adalah orang asing yang berjilbab. Pemisahan gender di negara Islam Pakistan memang sangat terasa di hampir semua sendi kehidupan.

1 Comment on Lahore – Sufism

  1. andai aku laki-laki …

Leave a comment

Your email address will not be published.


*