Recommended

Delhi – Indian Hospital Experience Part 2

December 8, 2005

“Selamat pagi.”
Dan suntikan vitamin K itu menjurus tajam melintasi pembuluh venaku. Sakit. Suster kembali memasang jarum infus. Selama semalam aku dirawat tak hentinya asupan gula dimasukkan ke dalam tubuhku. Sehingga tanpa makan pun aku merasa cukup segar hari ini.

Di sebelahku ada seorang amerika yang juga diopname tanpa alasan yang jelas. (Sakit kuningku juga sebenarnya sakit ringan saja, seharusnya tak sampai diopname). Dia demam saja, selama 1 minggu. Dan dokter bilang mesti opname. Kadang aku berpikir apakah karena aku ini orang asing, sehingga bisa mendapat prioritas opname? Jika mengingat ranjang rumah sakit yang terbatas, serta ratusan orang yang tidur di luar rumah sakit (mungkin menunggu ranjang kosong?) ada perasaan berdosa juga.

Hari ini aku dipindahkan ke Ruang Opname Laki-laki. Jarum infus masih tertancap, tapi sudah tidak ada lagi infus bagiku. Aku sudah merasa lapar yang teramat sangat, tapi masih belum sempat menikmati sarapan pagi (yang juga gratis) aku sudah dibawa ke Ruang Pemeriksaan Hepatitis.

Di sini ada seorang pelajar kedokteran perempuan dengan jubah putih dan nomer urut di dadanya. Nampaknya seperti peserta ujian. Dan memang benar. Hari ini adalah hari ujian pagi pelajar kedokteran (semua perempuan) di institut Lady Hardinge. Ujiannya adalah melakukan diagnosa. Dan aku menjadi salah satu (yang beruntung atau tidak beruntung) untuk menjadi objek pemeriksaan.

Hari ini 3 pelajar muda memeriksaku bergantian. Semua menanyakan pertanyaan yang sama, memeriksa bagian yang sama, memukul-mukul dadaku, dsb dsb. Pada pemeriksaan pertama aku sangat antusias, bahkan tanpa ditanya pun aku memberitahunya tentang semua yang aku tahu tentang penyakitku. Pada saat pemeriksaan ketiga aku sudah kecapaian, dan aku hanya menjawab seperlunya. Setiap sesi pemeriksaan 1 jam, kemudian datang guru besar untuk memberi ujian lisan.

Namanya juga pelajar, ada yang bawa contekan, ada yang tanya ke pelajar sebelumnya, ada pula yang minta tolong ke peserta ujian lainnya. Macam-macam. Namun yang mendapatkanku sebagai pasien, boleh dibilang beruntung, karena aku cukup kooperatif. Pasien wanita di sebelahku marah-marah setelah terus menerus harus menjawab pertanyaan yang sama, ngambek tak mau menjawab apa pun. Pelajar yang memeriksanya hampir menangis kehabisan akal.

Cukup melelahkan. Namun aku belajar banyak dari ujian hari ini. Banyak sekali pengetahuan kesehatan yang aku dapatkan, walaupun harus dibayar dengan rasa lapar dan lelah yang teramat sangat. Di rumah sakit ini aku bukannya istirahat total, malah lebih lelah daripada biasanya. Namun paling tidak aku bisa mendapatkan makanan paling bergizi.

Sorenya ada pelayan dari hotel tempat aku tinggal yang menjengukku. Membawakan pisang, jeruk, membantuku mengulitinya dan menyuapiku. Terkadang India memang bukan hanya tempat para mata duitan saja. Banyak sekali pelajaran tentang cinta di sini, di setiap sudut kehidupan yang terkadang amat tersembunyi.

Malam hari nafsu makanku sudah mulai meledak-ledak lagi. Semoga ini pertanda baik.

2 Comments on Delhi – Indian Hospital Experience Part 2

  1. Bayu Aji Sukma // December 11, 2005 at 7:39 am // Reply

    Agus,

    Setiap hari gue menunggu cerita elo, semua cerita elo gue baca satu per satu mulai dari yang Mongolia sampai saat ini yang di India.

    Ternyata kabar terakhir elo di vonis menderita hepatitis, sedih juga mendengarnya. Walaupun begitu jangan menyerah Gus tetaplah menulis, dan berfoto ria.

    Semoga elo cepat sembuh Gus.

    Salam,
    Bayu

    • Thx Bayu buat supportnya. Saya masih optimis kok. Hepatitis kan macam-macam mulai dari yang akut sampai yang kronis. Memang sampai sekarang saya masih belum tahu dapat yang mana, tapi dari gejalanya mungkin hepatitis A yang akut, yang tidak kronis. Sekarang kondisi saya sudah mulai normal lagi, cuman harus jaga makanan dan minuman terus-menerus dan tidak boleh capek. Selama 1 bulan….. :((

Leave a comment

Your email address will not be published.


*