Recommended

Mama…

Mama yang mengejang sewaktu melahirkanku ,
Merana kalaku terlahir,
Membesarkanku,
Menyuapiku,
Membuatkan kue tart pada ulang tahunku,
Membelaiku…

Aku hanya mengipasinya kala ia terbaring di rumah sakit, tak berdaya,
Betapa berdosanya aku…

Mama yang mendidikku,
Mengajarkanku arti perjuangan,
Mengajarkanku semangat, keberanian untuk tidak diinjak,
Mengajarkanku perlawanan,

Aku hanya membiayai sebagian biaya rumah sakit,
Dan aku sudah menepuk dada sebagai anak yang berbakti,
Betapa berdosanya aku…

Mama yang tersenyum bangga kala aku berhasil di sekolah
Menangisi kepergianku ke Tiongkok,
Meneteskan air mata setiap mendengar berita bom di Pakistan dan Afghanistan,
Menantikan datangnya telefonku dari negeri antah berantah,

Dan aku hanya mengiriminya kartu pos
Mengirimi artikel-artikel yang dimuat di majalah dan koran,
Betapa berdosanya aku…

Mama yang tersenyum dalam penderitaan,
Menahan setiap rasa sakit yang menghujam,
Mengelus-elusi kanker yang menggumpal,
Bermimpi untuk cepat-cepat meninggalkan rumah sakit,

Dan aku hanya bisa berucap, dari ribuan kilometer,
“Mama, janganlah engkau terlalu lama menderita,”
Betapa berdosanya aku…

About Agustinus Wibowo

Agustinus is an Indonesian travel writer and travel photographer. Agustinus started a “Grand Overland Journey” in 2005 from Beijing and dreamed to reach South Africa totally by land with an optimistic budget of US$2000. His journey has taken him across Himalaya, South Asia, Afghanistan, Iran, and ex-Soviet Central Asian republics. He was stranded and stayed three years in Afghanistan until 2009. He is now a full-time writer and based in Jakarta, Indonesia. agustinus@agustinuswibowo.com Contact: Website | More Posts

10 Comments on Mama…

  1. adrian syahalam // July 21, 2010 at 9:33 pm // Reply

    Ada tiga doa manusia bisa diterima Tuhan, dalam versi Muslim bro, pertama ilmu yang bermanfaat, amal shalih, dan do’a anak yang berbakti pada orang tua.

    Kaidah anak berbakti pada orang tua tidak lantas dimaknai bahwa seorang anak harus berlimpah dalam materi. Tidak kawan!!!

    Karyamu telah melampaui batas imaji manusia yang haus akan ilmu. Aku dah habis kehabisan omongan kalau lihat tulisan ente, karyamu bermanfaat bagi banyak orang.

    Kawan, ente bisa dikategorikan anak yang berbakti, meski secara materi tidak gegap gempita. Your mom, I’m sure so proud with your choice,

    Tapi karya ente yang gegap gempita, amat sangat bermanfaat bagi pembaca, BRAVO MY BUDDY…. Waalaikum Salam My Man 🙂

  2. Agus… tidak perlu menyesali diri lakukan yang terbaik untuk Ibu kamu, dan saya kira orang tua tidak minta balasan apa-apa pada anaknya.

    Kalau sekarang kamu jauh dari orang tua, Doa kan ia,
    Semoga tuhan memberi jalan yang terbaik untuk ibu kamu.

    Dan kamu… harus melanjutkan hidup kamu.. dan buat ia bangga akan kamu….

    Dan nanti kamu bisa ceritakan kebaikan, kegigihan, kelucuan dan segala sesuatu tentang ibu kamu kepada anak-anak kamu.
    Dan saya yakin anak-anak kamu akan bangga juga pada neneknya.

    Karena kamu punya pengalaman luar bisa karena restu Ibu kamu.

  3. Bagaimana pun, rencana Tuhan adalah tetap yang terbaik buat kita. Tuhan Memberkati.

  4. SENAM KEGEL // July 26, 2010 at 11:44 am // Reply

    Sungguh menyentuh sekali, sebuah karya yang mampu membawa aura kasih sayang yg mendalam. Trus apa yang sudah kita berikan kepadanya?

  5. Hi Agus,

    Thanks for sharing, I really know how you feel, enjoying your writing too.

    hope I can be like you someday,

    please take care, and may your mom be happy whereever she is now.

  6. I am touched reading your poem.

    I know how you felt, because I experienced
    similar feeling when my dad passed away
    in 93. I was not by his side at his passing, waiting for a connecting flight from Singapore.

    -Tim

  7. Tempatmu di neraka sama aku!

  8. Mama tetap mema’afkanmu nak … Itulah seorang mama

  9. kudu nangis mas, koyo aku saiki T.T

Leave a Reply to Masfiah Isnaini Cancel reply

Your email address will not be published.


*