Recommended

Detik (2013): Traveling ke Afghanistan, Seberapa Aman?

Sri Anindiati Nursastri – detikTravel – Jumat, 11/10/2013 07:42 WIB

Jakarta – Bagi sebagian traveler, Afghanistan membangkitkan rasa penasaran. Negeri itu seperti dirundung konflik tak berkesudahan. Padahal alamnya sangat memukau, sejarah dan budayanya kaya. Seberapa aman traveling ke Afghanistan?

Bicara soal Afghanistan, yang terlintas di benak Anda pastilah Taliban. Banyak orang menyebut Afghanistan sebagai ‘negeri perang’. Konflik dengan Taliban bahkan bahkan masih berlangsung sampai sekarang.

Padahal, Afghanistan punya banyak cerita. Budaya dan sejarahnya memukau traveler dari berbagai belahan dunia. Ada Kabul sebagai ibukota, Bamiyan yang dulu punya patung Buddha terbesar sedunia, juga Herat yang beratmosfer Persia.

Soal keindahan alam, Afghanistan jagonya. Ada dataran tinggi Pamir tempat para pendaki menikmati panorama ala Puncak Dunia. Ada pula Band-e Amir National Park, yang punya 5 danau berwarna biru bak safir!

Agustinus Wibowo adalah salah satu traveler Indonesia yang pernah berkeliling Asia Tengah. Perjalanan itu ditorehkannya lewat buku-buku berjudul Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol.

Traveling ke Afghanistan, menurut Agustinus, cenderung aman dan tak selalu berisiko. Afghanistan cukup besar sehingga kondisi kemanannya pun bervariasi.

“Daerah-daerah di utara cukup aman. Banyak pendaki gunung dan trekker yang terpukau oleh panorama daerah Pamir,” tutur pria yang akrab dipanggil Gus Weng ini kepada detikTravel, Kamis (11/10/2013) petang.Tapi untuk berkunjung ke kota-kota, lanjut Gus Weng, traveler harus memantau kondisi keamanan termasuk travel warning dari kedutaan. Kondisi di ibukota Afghanistan yakni Kabul pun masih cukup rawan, sehingga lebih baik tidak menjelajah sendirian. Alangkah baiknya jika ditemani penduduk lokal.

“Warga Indonesia umumnya tidak jadi target ancaman keamanan di Afghanistan. Namun kita harus tetap berhati-hati terhadap roket, bom, atau ranjau yang bisa membunuh siapa saja. Ingat, selalu berjalan di atas jalan setapak yang sudah ada. Jangan menjelajah ke padang yang belum diinjak orang, karena masih cukup banyak ranjau yang tersebar,” paparnya.

Saat tiba di Kabul International Airport, traveler harus berhati-hati. Petugas bandara setempat terkenal sering meminta uang dari traveler. Jangan dituruti, meski pemeriksaan keamanan di sana sangat rumit dan bisa jadi melelahkan.

Selama traveling di Afghanistan, berhati-hatilah dengan kamera Anda. Menggunakan kamera di tengah keramaian bisa jadi hal sensitif di sana.

“Saya pernah ditangkap polisi karena memotret pasar, dicurigai sebagai teroris yang mensurvei area untuk merencanakan serangan. Memotret perempuan tanpa minta izin juga bisa mengundang masalah serius,” tambah Gus Weng.

Nah, ada beberapa hal yang patut diperhatikan traveler wanita. Anda harus ekstra hati-hati soal keamanan. Tak umum bagi wanita Afghanistan melakukan perjalanan seorang diri. Traveler wanita diimbau untuk mengikuti aturan berpakaian di sana seperti baju lengan panjang, celana/rok panjang, dan kerudung.

“Ikuti juga tradisi setempat di sana seperti tidak merokok di depan umum, tidak berinteraksi fisik dengan laki-laki, tidak duduk di samping laki-laki yang bukan muhrim. Tidak perlu memakai burqa (cadar yang menutupi seluruh wajah kecuali mata-red) karena bisa menimbulkan kesalahpahaman dengan penduduk setempat,” papar Gus Weng.

Meski cukup sulit, traveling ke Afghanistan akan membawa sejuta pengalaman baru. Traveler wanita bisa berinteraksi langsung dengan kaum perempuan dari keluarga Afghanistan di rumah mereka. Para pria Afghan juga akan banyak membantu demi menjamin keamanan Anda.

Bagi traveler laki-laki, Afghanistan adalah ladang pengalaman yang tak ada duanya. Untuk menyambangi Afghanistan, traveler perlu membuat visa di Kedubes Afghanistan, Jl Dr Kusuma Atmaja SH No 15, Menteng, Jakarta Pusat.

About Agustinus Wibowo

Agustinus is an Indonesian travel writer and travel photographer. Agustinus started a “Grand Overland Journey” in 2005 from Beijing and dreamed to reach South Africa totally by land with an optimistic budget of US$2000. His journey has taken him across Himalaya, South Asia, Afghanistan, Iran, and ex-Soviet Central Asian republics. He was stranded and stayed three years in Afghanistan until 2009. He is now a full-time writer and based in Jakarta, Indonesia. agustinus@agustinuswibowo.com Contact: Website | More Posts

1 Comment on Detik (2013): Traveling ke Afghanistan, Seberapa Aman?

  1. program @mataaksara nya ko sepi di twitter ka hehe

Leave a Reply to Sofiyah Angrang K Cancel reply

Your email address will not be published.


*