Recommended

Articles by Agustinus Wibowo

About Agustinus Wibowo

Agustinus is an Indonesian travel writer and travel photographer. Agustinus started a “Grand Overland Journey” in 2005 from Beijing and dreamed to reach South Africa totally by land with an optimistic budget of US$2000. His journey has taken him across Himalaya, South Asia, Afghanistan, Iran, and ex-Soviet Central Asian republics. He was stranded and stayed three years in Afghanistan until 2009. He is now a full-time writer and based in Jakarta, Indonesia. agustinus@agustinuswibowo.com Contact: Website | More Posts

Abadi di Hati

Hari ini, andaikan Mama masih hidup, dia seharusnya merayakan ulang tahunnya yang ke-68. Tetapi, Mama telah pergi meninggalkan kami semua 14 tahun lalu. Kepergian Mama sempat meninggalkan luka yang mendalam di hati saya. Apalagi karena saya tinggal di luar negeri selama belasan tahun, tak banyak berada di sampingnya. Hanya pada saat-saat terakhir, ketika penyakit kanker menggerus kekuatannya, saya baru dapat menemaninya di rumah sakit. Saya butuh waktu lama untuk sembuh dari kehilangan besar itu. Saya mengurai kembali memori kebersamaan saya bersama Mama, membaca ulang catatan2 buku harian, dan menuliskan kembali semua percakapan dan pengalaman bersamanya. Dari proses itulah, buku “Titik Nol” lahir. Melalui perjalanan panjang itu, saya akhirnya menyadari bahwa kematian bukanlah akhir segalanya. Mama senantiasa hidup dalam ingatan orang-orang yang mengenang dan mencintainya. Melalui buku ini, Mama pun menjadi bagian di hati orang-orang yang bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Dan sekarang, berselang 11 tahun dari terbitnya buku “Titik Nol”, kisah ini akan segera ditayangkan sebagai serial film Netflix @netflixid. Cerita perjalanan hidup Mama pun akan menjadi nyata dalam imajinasi banyak orang. Mama, semoga kau senantiasa bahagia di sana. Selamat ulang tahun yang kekal, Mama tercinta. Dari anakmu yang tak pernah berhenti merindukanmu. #ceritaperjalananku#TitikNol#AgustinusWibowo#filmTitikNol#GarisBatas#JalanPanjangUntukPulang#KitaDanMereka#Netflixid @bukugpu Btw, [...]

February 7, 2024 // 0 Comments

Uzbekistan: Petualangan Penuh Kejutan

Kejutan tak terduga dalam perjalanan adalah esensi dari petualangan! Dalam buku-buku perjalanan yang saya tulis, elemen ketidakterdugaan selalu menjadi daya tarik utama. Tempat2 baru, orang2 unik, kejadian2 spontan, setiap momen adalah cerita. Jalan2 bareng Agustinus Wibowo berarti harus siap untuk petualangan tak terlupakan. Dalam menyusun itinerary trip2 ke Asia Tengah bersama @wesgo.travel, saya selalu sadar memberi ruang bagi kejutan. Berikut adalah beberapa kejutan istimewa dari trip terakhir kami di Uzbekistan: – Ziarah eksklusif ke makam Imam al Bukhari (sebenarnya masih ditutup untuk renovasi sampai 2025) – Belajar tradisi pernikahan tradisional Uzbekistan yang meriah – Menyaksikan keindahan ibukota dari ketinggian – Belajar filosofi ajaran sufi langsung dari ahlinya – Menyaksikan kemeriahan acara sunatan – Menelusuri kuburan unik di kota tua Bukhara – Petualangan mandi rame2 dan pijat ala Turki di hamam bersejarah – Menari2 di tengah badai salju, sampai jadi tontonan warga lokal – Bertemu dengan Temur Mirzaev @temurmirzo, tokoh dalam buku Garis Batas yang sudah jadi penasihat Menteri Pariwisata Uzbekistan – Berkunjung ke rumah maestro kaligrafi Habibullo Solih yang penuh kebijaksanaan – dan masih banyak lagi …! Saking serunya trip ini, beberapa peserta sampai menangis ketika harus mengakhiri trip dan meninggalkan Uzbekistan. Sebagai teman perjalanan, saya pun sangat terharu dan [...]

January 12, 2024 // 0 Comments

Buku Baru: Kita dan Mereka

Akhirnya… buku baru! Terus terang, “Kita dan Mereka” adalah buku tersulit yang pernah saya tulis sejauh ini. Butuh waktu 6 tahun yang penuh perjuangan untuk menyelesaikan buku ini. Setiap kata yang terukir dalam halaman-halaman buku ini adalah perjalanan. Buku ini lahir dari kegelisahan saya, pertanyaan yang menghantui saya sejak kecil sebagai bagian dari komunitas diaspora: “Siapa diri saya sebenarnya?” Pertanyaan itu mengantar saya pada sebuah perjalanan pencarian panjang, ke berbagai negeri. Saya pun banyak mengunjungi daerah konflik, karena itu adalah cara saya memahami dan berdamai dengan konflik identitas yang berkecamuk dalam diri saya sendiri. Selain itu, saya juga harus mengarungi lautan ratusan buku referensi – lebih dari 350 buku – untuk menelusuri sejarah berbagai kotak-kotak identitas manusia: negara, bangsa, agama, ideologi, ras, dan masih banyak lagi. Begitu banyak cerita, begitu banyak data, saya pun perlu melakukan perjalanan spiritual yang sangat dalam untuk memahami makna dari semua ini. Jawaban dari pertanyaan besar “Siapa saya?” Ini sesungguhnya adalah pertanyaan yang relevan bagi kita semua. Kita hidup dalam dunia global yang semakin sulit dipahami. Dunia di sekeliling kita berubah begitu cepat. Di tengah dunia yang semakin menyatu ini, konflik berdarah dan permusuhan atas nama identitas pun masih terus bergolak. Apa makna dari ini [...]

January 11, 2024 // 1 Comment

Untuk Apa Protes Iran?

Gerakan politik di Iran selalu tidak terlepas dari seni. Demikian pula dengan gelombang protes besar-besaran yang mengguncang Iran berbulan-bulan pasca kematian Mahsa Amini, perempuan muda 22 tahun yang meninggal setelah ditangkap polisi moral, gara-gara hijab yang dianggap tidak sesuai aturan. Sebuah lagu dinobatkan sebagai “lagu kebangsaan” para demonstran dalam aksi protes menentang pemerintah. Para demonstran Iran serempak menyanyikan lagu ini, baik di Iran maupun di 200 kota di seluruh penjuru dunia, mulai dari London, Paris, Los Angeles, Toronto, Melbourne, hingga Tokyo. Lagu berjudul Baraye ini diciptakan musisi muda Iran, Shervin Hajipour (25). Dia mengumpulkan cuitan para netizen Iran di Twitter mengenai alasan mereka berdemonstrasi menentang pemerintah. Ini berarti, pencipta lagu ini sebenarnya adalah rakyat Iran sendiri. 28 baris dalam lagu ini semuanya diawali kata “baraye”, yang dalam bahasa Persia berarti “untuk” atau “karena”. Ini adalah 28 alasan mereka melakukan protes, kata-kata sederhana yang menggambarkan depresi, luka, dan kemarahan orang Iran. Hajipour menyanyikan sendiri lagu ini diiringi petikan gitarnya, memejamkan mata dan nada sendu yang mengguncang emosi. Dia mengunggah lagu ini di akun Instagram miliknya, langsung viral dengan 40 juta view. Dua hari kemudian, polisi Iran menangkapnya, dan lagu ini dihapus dari akun media sosialnya. Namun, penangkapan itu justru menjadikan Hajipour [...]

December 2, 2022 // 1 Comment

Saya pun Perlu Healing

Tak terasa, waktu di tahun 2022 ini berlalu secepat kilat. Dan jujur, hidup saya terasa hampa. Saya sebenarnya mengawali tahun ini dengan semangat tinggi. Keheningan retret meditasi memberi saya banyak inspirasi, dan saya sepertinya telah menggenggam kebebasan finansial dengan investasi saham saya. Tetapi semua itu seperti dibalik dalam seketika. Hanya dalam beberapa minggu, profit yang semula +30% berubah menjadi rugi -45%. Harus saya akui, itu pukulan yang cukup berat, menguras waktu dan pikiran saya untuk berusaha mengembalikan kerugian. Namun, semakin saya mencoba, semakin saya terjerat dalam lingkaran setan yang tidak ada habisnya. Hingga saya menyadari, yang saya kehilangan bukan hanya uang, tetapi yang paling berharga: waktu. Pandemi dan efek digitalisasi yang terlalu pesat ini memang mengubah total hidup saya. Dari yang dulu suka berkelana dan mengeksplorasi dunia, kini kehidupan saya terpaku di rumah, memelototi grafik dan angka. Saya terpenjara, dan penjara saya sesungguhnya adalah pikiran saya sendiri. Belakangan ini saya banyak bermeditasi dan berkontemplasi untuk penyembuhan diri. Tahapan pertama penyembuhan adalah menyadari ada yang salah, kemudian menemukan apa yang salah, baru kemudian menyembuhkannya. Semua pukulan ini semakin membuat saya memahami filosofi ANICCA. Segala sesuatu pasti berubah. Segala sesuatu tiada abadi. Melepaskan diri dari kemelekatan adalah kunci kebahagiaan. Dalam perjalanan spiritual [...]

July 28, 2022 // 5 Comments

Pengaruh Hindu-Buddha dalam Kehidupan Beragama di Indonesia

Indonesia memang adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Tetapi, Islam baru menyebar luas di Nusantara sekitar lima atau enam abad terakhir, sedangkan selama ribuan tahun sebelumnya, agama yang dominan di kepulauan ini adalah Hinduisme, Buddhisme, dan agama-agama lokal. Karena itu, walaupun lebih dari 80 persen penduduk Indonesia kini beragama Islam dan sejumlah besar lainnya beragama Kristen, pengaruh Hindu-Buddha masih sangat kuat dalam kehidupan keagamaan di negeri ini, sering tanpa disadari sebagian besar orang. Dari sisi linguistik saja, banyak kosakata yang berhubungan dengan agama dalam bahasa Indonesia, sejatinya berasal dari tradisi Hindu-Buddha. Yang pertama adalah kata agama sendiri. Alih-alih kata din yang berasal dari bahasa Arab atau religio dari bahasa Latin, dalam bahasa Indonesia digunakan kata agama yang diserap dari bahasa Sanskerta dari India, negeri asal peradaban Hindu-Buddha. Dalam masyarakat Hindu di India, agama adalah sekumpulan tulisan pasca-Weda yang menjelaskan pengetahuan ritual, filosofi, dan spiritual yang digunakan sebagai pegangan bagi para umat Hindu. Agama berhubungan dengan cara menyembah dewa, cara pembangunan kuil dan patung, cara menyelenggarakan festival dan hari raya. Agama juga berhubungan dengan mantra, yoga, meditasi, doktrin filosofis, dan disiplin mental untuk menjadi manusia yang lebih baik. Kata agama kemudian digunakan pula di Jawa. Ada sebuah naskah [...]

February 7, 2022 // 2 Comments

Antara Perempuan, Agama, dan Keberagaman

Mata perempuan itu terpejam dalam hening dan damai. Kakinya bersila dalam posisi lotus, dia duduk bermeditasi di atas stupa. Sikap tangannya membentuk dharmachakra mudra, perlambang kebijaksanaan sebagaimana ditunjukkan Sang Buddha ketika mengajarkan dharma. Tapi yang membuatnya istimewa, kepala perempuan itu dibalut kerudung Islami. Ini adalah patung luar biasa, yang menjadi alasan utama saya mengunjungi Jakarta Biennale, yang digelar di Museum Nasional, Jakarta. Patung dari batu dan resin ini dinamai Sri Naura Paramita, merupakan karya seniman muda Alfiah Rahdini. Kepada saya, Alfi mengatakan bahwa karya ini terinspirasi dari arca Prajnaparamita yang dilihatnya di Candi Gayatri, Tulungagung. Arca ini sering dianggap menggambarkan kecantikan sempurna perempuan Jawa kuno. Arca yang dia saksikan itu sudah kehilangan kepala dan tangannya, namun itu membuat Alfi tersadar, betapa awamnya dia terhadap kesenian Hindu-Buddhis peninggalan Majapahit itu. Juga betapa asingnya dia terhadap budaya dan peradaban luhur leluhurnya sendiri. Sepulang dari perjalanan itu, Alfi kemudian mulai melakukan riset, dan menemukan bahwa pembuatan patung itu didasarkan pada kitab suci Prajnaparamita Sutra, yang mengajarkan “kesempurnaan dalam kebijaksanaan”. Riset itu mengilhaminya membuat patung menyerupai Prajnaparamita versi modern, dengan menggunakan cetakan dirinya sendiri. Dia duduk dalam postur meditasi, mengenakan celana panjang dan hijab, tanpa melepas kacamata yang selalu menemaninya [...]

February 2, 2022 // 0 Comments

[ISDB] Garis Batas di Atas Kertas

“Maaf, Tuan, kami tidak bisa mengizinkan Anda naik ke pesawat,” kata petugas di balik konter China Airlines, saat saya melakukan pelaporan di bandar udara Svarnabhumi, Bangkok, Thailand, untuk penerbangan saya menuju Belanda. Kepada petugas yang seorang lelaki muda Thai ini, saya telah mengakui bahwa saya belum memastikan tanggal berapa saya akan meninggalkan Eropa, dan saya juga tidak memiliki tiket pulang. “Tetapi saya hendak ke sana melakukan riset,” kata saya. “Mustahil bagi saya untuk memastikan kapan riset saya akan benar-benar selesai. Lagi pula, saya memiliki masa berlaku visa yang panjang, untuk satu tahun.” Petugas itu kembali mengamati stiker visa yang tertempel di dalam paspor saya. Visa saya adalah Visa Schengen untuk kategori C, visa tinggal jangka pendek, yang artinya saya bisa tinggal di negara-negara Eropa penanda tangan perjanjian Schengen selama maksimal 90 hari dalam setiap masa 180 hari. Lelaki itu menggeleng. “Saya sudah tanya atasan saya,” katanya, “untuk kategori visa C, wajib untuk mempunyai tiket pulang yang sudah terkonfirmasi.” Dia lalu menutup buku paspor saya dan mengembalikannya kepada saya tanpa pas naik. “Maaf, Tuan, Anda harus punya rencana yang pasti.” Saya tetap berdiri di sana beradu argumen, sementara petugas itu berusaha meyakinkan bahwa saya bisa membeli tiket pulang dan membatalkannya begitu [...]

January 11, 2022 // 1 Comment

[IDSB] Undangan Misterius

Juli 2017, saya menerima sebuah email misterius. Pengirimnya adalah Kementerian Luar Negeri Pemerintah Nasional Republik Papua Barat (NGRWP). Dalam bahasa Indonesia ejaan lama, pengirim email itu menanggapi satu tulisan saya tentang seorang aktivis gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang saya temui di Papua Nugini. Pak Wibowo, Pengiriman email ini pertama sebagai perkenal sadja dengan mana saja perlu sampaikan bahwa ikut mengambil perhatian dari interview Pak dengan John A. Wakum. John, saja kenal baik. Saja ingat bahwa bersama dengan John A. Wakum keluarganja termasuk 100-san para pelarian pengungsi politik dari 1984, bertempat di Vanimo dan dengan rombongan John, kami masuk ke Kiunga  di tahun 1989. Tentu Pak sudah dengar bahwa sepandjang perbatasan itu ada beberapa tempat jang menerima rakjat Papua warga negara Indonesia jang melintasi perbatasan dan achirnja masuk ke PNG. Kalau sadja Pak berentjana ke Europa dan bila datang di Den Haag, silakan menghubungi saja sesuai alamat di website, sbb: www.ngrwp.org Salam jang patut dari saja, Simon P. Sapioper Email itu seketika melemparkan memori saya ke tengah hutan rimba pedalaman Papua Nugini di tahun 2014, ketika saya menyusuri garis perbatasan RI-PNG demi memahami makna Indonesia dari seberang garis batasnya. Dalam perjalanan berat itu, saya baru menemukan ternyata banyak pengungsi dari Papua Indonesia [...]

January 7, 2022 // 0 Comments

Jalan Panjang Melatih Kesadaran Pikiran

Saya duduk memejamkan mata, berkonsentrasi mengamati napas. Seekor semut, entah dari mana datangnya, perlahan merayapi kepala saya, lalu turun ke atas daun telinga, dan berbelok ke alis mata. Saya tidak membuka mata sama sekali, tapi saya yakin itu ulah semut. Saya bisa merasakan entakan setiap kaki mungilnya. Rasa gatal merambat, mengikuti jejak semut itu merayapi kulit. Sungguh besar godaan dalam diri saya untuk mengangkat tangan, mengibaskannya untuk mengusir semut itu pergi. Tetapi saya semakin teguh memejamkan mata, berjuang keras untuk tidak menggerakkan tangan atau bagian tubuh mana pun juga. Ini adalah perjuangan biasa dalam bermeditasi. Pagi itu, saya akhirnya berhasil melewati satu jam penuh tanpa bergerak sama sekali. Semut itu adalah guru bagi saya, yang melatih tekad kuat dan kesabaran saya. Tentu pengalaman saya ini tidak ada apa-apanya dibandingkan para biksu Buddhis Theravada di Thailand. Saya dengar mereka lazim bermeditasi di tengah hutan rimba, dan bisa tetap duduk tanpa bereaksi sekalipun badan mereka digerayangi ular atau diendus singa. Tujuan utama meditasi adalah untuk mencapai kebahagiaan. Tapi di mana letak bahagianya duduk diam berjam-jam tanpa bergerak sama sekali? Bukankah ini lebih terlihat seperti penyiksaan diri daripada pencarian kebahagiaan? Meditasi yang saya praktikkan adalah teknik Vipassana, yang dalam bahasa Pali namanya berarti [...]

January 5, 2022 // 0 Comments

Resolusi Tahun Baru

Tanpa terasa, kita sudah memasuki 2022. Dua tahun pandemi ini berlangsung sepertinya terlalu cepat, dan jujur saya akui, saya mengalami gegar budaya. Mulai dari paranoia terhadap penyakit mematikan, hingga jaga jarak sosial dan pembatasan pergerakan yang sungguh mengobrak-abrik kewarasan. Dilanjutkan dengan kehidupan yang berpindah ke ranah digital, mulai dari rapat online, webinar, kelas daring, sampai paket wisata virtual, membuat kehidupan di tengah isolasi diri ini justru menjadi sangat sibuk dan melelahkan. Belum lagi derasnya konten digital yang mengisi kebosanan di tengah pandemi. Dengan dalih “meningkatkan imun”, tanpa terasa berjam-jam berlalu begitu saja untuk menonton video-video yang tanpa henti di Youtube, postingan foto Instagram, dan yang lebih adiktif lagi: Tiktok dan Instagam Reels. Tahun 2021 kemarin juga membawa perubahan besar yang memorak-porandakan ritme hidup saya. Demi mencari keamanan finansial, saya mulai belajar untuk berinvestasi saham. Saya menjadi bagian dari “investor angkatan Corona”, mengikuti arus utama generasi milenial yang mencari peruntungan dari perdagangan online di bursa. Setiap hari saya memantengi laporan keuangan, grafik pergerakan harga, dan tabel-tabel transaksi bandar. Isi pikiran saya pun didominasi kegelisahan tentang kapan harus beli atau jual, take profit atau cut loss. Menjelang berakhirnya tahun, saya menyadari betapa waktu terasa terbang begitu cepat, sementara energi setiap hari terus [...]

January 3, 2022 // 5 Comments

Tak Ada Hitam Putih di Afghanistan

Harian Kompas, 26 Agustus 2021 Oleh AGUSTINUS WIBOWO ”Di sini semua mahal. Yang murah hanya satu: nyawa manusia.” Begitu seorang warga Afghanistan pernah berkata kepada saya tentang situasi negaranya. Sebagai jurnalis yang pernah bekerja di Afghanistan dari 2007 hingga 2009, saya pernah mengalaminya sendiri. Di Kabul, bom meledak setidaknya sekali dalam dua hari. Orang-orang pun senantiasa dicekam teror berupa hujan roket, perampokan, penculikan, dan pembunuhan. Kenangan itu seperti diputar kembali. Jatuhnya Kabul ke tangan Taliban, 15 Agustus 2021, peristiwa mengejutkan sekaligus menakutkan bagi banyak orang Afghanistan. Ribuan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, berbondong menuju bandara Kabul, satu-satunya jalur tersisa untuk melarikan diri. Isak tangis dan teriakan bertalu-talu dari lautan manusia. Mayat bergelimpangan di bandara, mungkin terinjak-injak atau tertembak tentara. Para lelaki berusaha bergelantungan pada badan pesawat militer AS yang hendak lepas landas. Beberapa dari mereka terjatuh dari pesawat yang mengangkasa. Begitu takut dan putus asanya mereka, hingga nekat melakukan apa pun. Apa pun. Beberapa kawan jurnalis di Kabul dan Mazar-i-Sharif mengatakan, mereka beberapa hari ini belum berani ke luar sama sekali. Mereka khawatir anggota Taliban akan melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah, membunuhi siapa pun yang dianggap musuh. Apakah kemenangan Taliban bisa dianggap kemenangan rakyat Afghanistan mengusir penjajah AS? Atau [...]

August 31, 2021 // 2 Comments

[Kompas] Cermin Identitas di Antara Garis Batas

Kompas Minggu 20 Juni 2021 HERLAMBANG JALUARDI Kompas.id Jurnalisme utamanya adalah pekerjaan kaki. Maka itu yang dilakukan Agustinus Wibowo, petualang dan penulis perjalanan. Dengan ransel di punggung, buku catatan, dan kamera, dia melintasi banyak batas negara. Pengalaman di tempat asing itu ibarat cermin yang merefleksikan identitasnya. Agustinus tiba di sebuah warung mi jawa di daerah Palmerah, Jakarta, setengah jam sebelum janji bertemu pada Senin (14/6/2021) siang. Dia duduk sendirian. Es teh manis terseruput hampir setengah gelas. Mi goreng pedas mengalihkan perhatiannya dari buku Jalan Pulang karya Maria Hartiningsih yang tertelungkup di samping piring. ”Aku enggak terbiasa baca e-book,” ujarnya menyeka mulut dengan tisu. Itu sama asingnya dengan angkutan berbasis daring yang perlahan jadi kebiasaan warga perkotaan. Untuk tiba di tempat perjumpaan itu dari tempat tinggalnya di daerah Grogol, Jakarta Barat, Agus naik bus umum dan jalan kaki lagi sekitar 2 kilometer. Dia menyandang ransel harian merek lokal, bukan endorsement. Gawai—ponsel dan komputer—dia pakai untuk urusan pekerjaan, seperti riset, menulis, dan berkomunikasi. Berinteraksi di media sosial pun, katanya, jarang sekali. Aktivitasnya di depan layar dihitung secara rinci. ”Jadi ketahuan produktif sudah berapa jam, non- produktif berapa jam, Kalau kebanyakan main, harus diseimbangkan,” kata dia yang senang bercakap-cakap dalam bahasa Jawa. Kedisiplinan [...]

July 4, 2021 // 1 Comment

Cina, China, atau Tiongkok?

Saya dibesarkan untuk membenci kata “Cina”. Orangtua mengajarkan kami untuk menyebut negeri leluhur itu dengan nama terhormat Chung Kuo (Tiongkok). Mereka bahkan tidak segan menampar saya apabila saya sampai berani menyebut kata “Cina” di rumah. Kata “Cina” bagi saya memang membangkitkan trauma. Saat masih kecil dulu, saya sering diolok-olok para bocah di gang belakang, “Cina! Cina sipit! Pulang ke negaramu sana!” Sering pula saya dimintai duit hanya karena saya Cina. Semakin saya beranjak dewasa, sirene alarm dalam otak saya berdering semakin nyaring setiap kali mendengar kata itu diucapkan. Tetapi kemudian, saya menemukan satu keanehan. Sebagai kolektor prangko, saya mendapati semua prangko yang diterbitkan Cina pasca tahun 1992 mencantumkan nama negara dalam bahasa Inggris: CHINA. Saya tidak habis pikir. Kalau nama “Cina” itu benar-benar hina, mengapa mereka yang di sana justru bangga menyebut diri sebagai “China”? Bukankah “Cina” dan “China” itu seharusnya sama saja? Di Indonesia pasca Reformasi 1998, penyebutan nama negara Cina dan orang-orang keturunan Cina menjadi perkara sensitif. Media-media resmi pun tampaknya kebingungan. Ada yang masih tetap memakai “Cina”. Ada yang memakai ejaan bahasa Inggris “China”, yang dibaca dengan pelafalan bahasa Inggris Chai-na. Ada pula yang kukuh menggunakan “Tiongkok” dan “Tionghoa”. Mengapa menyebut nama sebuah negara saja bisa begini [...]

February 4, 2021 // 7 Comments

Penulis Indonesia Meriset tentang Islam dan Jawanisme di Kalangan Orang Jawa

Wawancara dengan surat kabar Suriname, De Ware Tijd (DWT) mengenai riset saya tentang agama-agama Islam dan Jawanisme (Kejawen) di kalangan diaspora Jawa di Suriname. Orang Jawa Muslim Suriname terdiri atas dua golongan utama, yaitu yang salatnya menghadap ke barat (Islam madep ngulon) dan yang menghadap ke timur (Islam madep ngetan atau ngiblat). Dalam beberapa dekade terakhir, muncul agama baru di tengah konflik antara dua golongan Muslim ini, yaitu agama Jawanisme. Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Belanda. Teks Charles Chang De Ware Tijd (Suriname), Rabu 21 Juni 2017 Dia telah menulis tiga buku, dan buku ketiganya akan difilmkan di Indonesia. Topik-topik tulisan Agustinus utamanya adalah tentang kehidupan di daerah perbatasan negara dan bagaimana orang-orang hidup dengan garis batas. Pencariannya untuk jawaban bagi buku keempat membawanya ke Belanda, di mana sebagai seorang Indonesia dia otomatis berhubungan dengan diaspora Jawa Suriname. Ketika dia mendengar tentang Islam-hadap-barat dan Islam-hadap-timur di Suriname, dan juga tentang makna Jawanisme (agama Jawa), dia menjadi sangat tertarik. Selama dua bulan risetnya di Suriname, dia telah membuat sejumlah penemuan yang menakjubkan. “Itulah indahnya menjadi seorang penulis perjalanan, karena pekerjaan ini membuat kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita,” kata Wibowo (35) tentang pekerjaannya. Sebagai seorang sarjana ilmu komputer, ini adalah [...]

July 8, 2020 // 43 Comments

DWT Suriname: Indonesian Writer Researches on Islam and Javanism among the Javanese

An interview with a Surinamese newspaper, De Ware Tijd, on my research on Islam and Javanism religions among the Javanese diaspora in Suriname. The Javanese Muslims are divided into two main groups, those who pray towards the west (the west-prayers) and those who pray towards the Mecca (the east-prayers). In the last few decades, a new religion emerged amidst the conflict between the west-prayers and the east-prayers–Javanism. The article is in Dutch. Indonesische schrijver onderzoekt islam en javanisme bij Javanen Tekst Charles Chang De Ware Tijd, woensdag 21 juni 2017 Hij heeft reeds drie boeken geschreven, waarvan de derde wordt verfilmd in Indonesië. Agustinus Wibowo’s topics gaan vooral over het leven op de grens tussen twee landen en hoe de mens zich daarin profileert. Zijn zoektocht naar antwoorden voor zijn vierde boek brengt hem naar Nederland, waar hij als Indonesiër automatisch de Surinaamse Javaanse diaspora tegenkomt. Wanneer hij hoort over de west- en oostbidders in Suriname en wat het javanisme inhoudt, raakt hij geboeid. Tijdens zijn twee maanden onderzoek in Suriname doet hij enkele markante ontdekkingen. “Dat is het mooie van een travel writer, het levert antwoorden op je vragen,” zegt Wibowo(35) over zijn beroep. Als afgestudeerde voor computerwetenschap is [...]

May 22, 2020 // 15 Comments

[Detik.com] Filosofi Tembok di Balik Lockdown China

https://travel.detik.com/travel-news/d-5018485/filosofi-tembok-di-balik-lockdown-china Minggu, 17 Mei 2020 18:30 WIB Johanes Randy Prakoso, detikTravel Jakarta – Kebijakan Lockdown di China jadi salah satu rujukan untuk menahan COVID-19. Di baliknya, ada filosofi tembok yang lekat dengan budaya China. Merunut ke tahun 2003 silam, China sudah terlatih menghadapi pandemi SARS jauh sebelum COVID-19 muncul akhir tahun 2019 silam. Sehingga ketika virus corona muncul, China kembali menerapkan ‘tembok’ miliknya yang jauh lebih ketat. Hal itu pun dikisahkan oleh penulis dan penjelajah Agustinus Wibowo (Penulis Selimut Debu dan Titik Nol) dalam sesi Live Instagram bersama Pulau Imaji, Minggu (17/5/2020). Kala itu, Agustinus yang akrab disapa Agus memang tengah mengenyam pendidikan di Beijing. “Waktu SARS di Beijing 2003 bukan lockdown total seperti di Wuhan, tapi lockdown bercluster. Perumahan di lockdown, ada satpam yang jaga,” kenang Agus. Kala itu, sejumlah daerah atau titik ditutup sedemikian rupa. Siapa saja yang berada dalam titik penutupan, tidak diperkenankan keluar dari wilayahnya. Hal itu dilakukan untuk mengkarantina penderita SARS di suatu wilayah. Berbekal dari pengalaman itu, China pun kembali melakukan lockdown untuk skala yang lebih besar ketika corona menyerang “Ketika di Wuhan 400 kasus positif, lockdown total dan levelnya jauh lebih ketat dari Beijing tahun 2003. Bahkan orang tidak boleh [...]

May 22, 2020 // 0 Comments

[Detik.com] ‘Seharusnya Pandemi Corona Menyatukan NKRI’

https://travel.detik.com/travel-news/d-5024130/seharusnya-pandemi-corona-menyatukan-nkri h Jumat, 22 Mei 2020 04:03 WIB Femi Diah, detikTravel Jakarta – Pandemi virus Corona menghantam siapa saja tanpa mengenal negara, ras atau agama. Penulis perjalanan Agustinus Wobowo menyebut seharusnya situasi ini menjadi momen persatuan NKRI, bukan memecah belah. Wabah virus Corona telah melumpuhkan berbagai sektor di dunia, termasuk Indonesia. Tak sedikit industri yang berhenti total sehingga ribuan karyawan harus cuti tanpa bayaran ataupun kehilangan pekerjaan. Penerbangan dan pariwisata boleh dibilang mati suri. Pemilik usaha pun tak berkutik. Sementara itu, tenaga medis dan mereka yang bekerja di rumah sakit harus mengeluarkan tenaga ekstra. Jika awalnya disebut sebagai virusnya orang Asia, tapi COVID-19 telah melampaui batas negara hingga ke Eropa, Amerika, hingga Afrika. “Pandemi ini sifatnya universal, tidak peduli dari negara apa, ras apa, agamanya apa. Sebelum pandemi ini menjadi universal ada yang mengolok-olok, negara A suka makan yang aneh-aneh makanya muncul virus ini atau virus ini merupakan azab. Tapi, kemudian ketika ini menjadi universal kita sama di depan penyakit ini. Kita sama-sama rapuhnya di depan penyakit ini,” kata Agustinus dalam IG Live bersama bukgpu, tengah pekan ini. “Ketika menyadari kerapuhan ini seharusnya kita bekerja sama dan menunjukkan solidaritas karena kita berbagi masa depan yang sama, berbagi [...]

May 22, 2020 // 1 Comment

[Detik.com] Penulis Perjalanan Berkisah Agama Kejawen di Benua Amerika

https://travel.detik.com/travel-news/d-5024142/penulis-perjalanan-berkisah-agama-kejawen-di-benua-amerika Jumat, 22 Mei 2020 05:32 WIB Femi Diah, detikTravel Jakarta –  Travel writer Agustinus Wibowo mengisahkan perjalanan ke Suriname di Amerika Selatan. Dia menceritakan kepercayaan di Jawa yang menjadi agama resmi di sana: kejawen. Agustinus mengungkapkan lewat IG Live bersama bukugpu tengah pekan lalu. Dia bilang saat melakukan perjalanan ke Suriname, sebuah negara bekas jajahan Belanda dengan salah satu komunitas penghuninya adalah orang Jawa, menemukan bahasa Jawa masih digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari di negara tersebut. “Saat saya melakukan perjalanan ke Suriname, bukan hanya komunitas Jawa yang saya temukan, namun saya bisa menjadi bangga sekali menjadi orang Jawa, yang dibesarkan di Jawa dan bisa berbahasa Jawa. Di sana bahasa Jawa sangat terpakai dan memudahkan saya melakukan riset,” kata Agustinus. Bukan cuma itu, bahkan penulis buku Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol itu menceritakan tentang Islam Timur, Islam Barat, dan agama Kejawen di Suriname. Seperti apa? “Umat Islam Jawa terbagi menjadi dua, sholat kiblat ke barat dan sholat kiblat ke timur. Mereka saling bermusuhan, tidak saling menyapa, tidak saling menghadiri acara satu sama lain,” kata Agustinus. “Saya masuk ke masjid-masjid yang menghadapi kiblat ke barat dan ke timur untuk memahami sudut pandang masing-masing dan sisi [...]

May 22, 2020 // 0 Comments

Lockdown ala Wuhan (4): Haruskah Kita Mengikutinya?

Kota Wuhan, episentrum pertama Covid-19, mulai memberlakukan lockdown pada 23 Januari 2020, ketika jumlah kasus positif di kota itu mencapai 495 orang. Tiga minggu pasca diberlakukannya lockdown yang disebut-sebut sebagai yang paling ketat di seluruh dunia itu, wabah Covid-19 di Wuhan mencapai puncak, dan setelah itu, jumlah kasus baru harian berangsur menurun hingga akhirnya menjadi nihil. Setelah dikurung selama 11 minggu, warga Wuhan pun akhirnya dibebaskan dari lockdown. Wuhan kini telah menjadi tempat yang aman ketika dunia justru sedang diterjang badai pandemi. Jadi, haruskah kita meniru lockdown ala Wuhan untuk memenangi perang atas pandemi ini? Lockdown total ala Cina adalah hal yang sangat sulit dibayangkan di negara lain, dan sempat dipandang skeptis oleh banyak pengamat dunia. Alih-alih melakukan lockdown seperti Cina, sejumlah negara Eropa dan Amerika pada mulanya berpandangan bahwa Covid-19 akan berlalu dengan sendirinya ketika masyarakat telah mencapai herd immunity (kekebalan kawanan) secara alami. Biarkan saja penyakit itu menyebar bebas di tengah masyarakat, nanti lama-lama mereka akan kebal sendiri. Ini pada hakikatnya adalah sebuah seleksi alam yang kejam. Masalahnya, dibutuhkan setidaknya setengah dari populasi telah terpapar virus untuk menghasilkan kekebalan kawanan secara alami. Kita tidak tahu berapa lama itu bisa terwujud, namun yang pasti, akan terjadi bencana kemanusiaan yang mengerikan. [...]

April 23, 2020 // 2 Comments

1 2 3 49