Recommended

Publication

TraxFM (2011): Selimut Debu

http://www.traxonsky.com/trax-guide/book/1054-selimut-debu Kalau mendengar Negara Afghanistan, pasti yang tertanam di otak kita adalah negeri dengan perang tanpa henti, kemiskinan, kehancuran, dan bom tanpa henti. Dengan segala ancaman yang ada di Afghanistan, negeri tersebut tetap menyimpan banyak misteri. Misteri-misteri itulah yang menyebabkan Agustinus Wibowo, penulis buku ini, untuk menjelajahi negeri Afghanistan untuk menyibak misteri yang tersimpan di dalamnya, dan petualangan itu dia lakukan sendirian! Buku ini menarik banget buat dibaca, dengan alur yang juga nggak ribet dan jalan cerita yang bikin kita penasaran akan endingnya. Highly recommended! [...]

February 22, 2011 // 0 Comments

[VIDEO]中国中央电视台CCTV-13:“新春亚洲行”特别节目(走进文莱和印尼)

本期介绍 本期节目主要内容: 1、新春亚洲行–走进文莱和印尼; 2、昨天互动问题的答案:“黄梨”谐音“旺来”喻示好兆头; 3、文莱:新春亚洲行: (1)文莱并不遥远,古称渤泥国; (2)五万华人为社会作出积极贡献; (3)吴尊为您介绍文莱华人过春节; (4)华人新春活动迎来“神秘贵宾”; 4、文莱:今天的互动问题:今年文莱华人团拜会的贵宾是谁; 5、文莱–大年初一要放假; 6、文莱:新春亚洲行:几代华人依然保留着过年习俗; 7、印尼–春节是法定假日;

February 8, 2011 // 0 Comments

Reader’s Digest Indonesia (2010): Menyingkap Selimut Debu Afghanistan

N U K I L A N READER’S DIGEST INDONESIA DESEMBER 2010 Menyingkap Selimut Debu Afghanistan Perjalanan menelusuri raga negeri yang biasa dihadirkan lewat gambaran reruntuhan bangunan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum, akan membuka mata Anda kepada prosesi kehidupan di tanah magis itu. Oleh Agustinus Wibowo “Selimut Debu” oleh Agustinus Wibowo; diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, 2010 Khaak adalah Afghanistan. Dalam bahasa Dari dan Pashto – dua bahasa resmi Afghanistan, khaak berarti debu. Tak ada yang bisa lari dari khaak. Kerudung pria Afghan tidak menghalangi khaak. Khaak terbang menembus kisi-kisi burqa yang membungkus kaum perempuan. Bulir-bulir debu mengalir bersama angin, menyelinap melalui setiap rongga udara, langsung menembus ke sanubari. Debu memang menyelimuti seluruh penjuru Afghanistan, dari utara hingga selatan, dari timur hingga barat, menjadi makanan sepanjang hari, mengalir bersama embusan napas. Namun khaak juga bisa berarti tanah kelahiran, tumpah darah, segenap hidup dan mati. Saya melewati portal garis batas Pakistan. Sekitar 20 meter di depan saya, tampak gapura Afghanistan. Saya berdiri terseok-seok, bersama khaak dan setumpuk mimpi. Jubah qamiz dan celana kombor shalwar bekas yang saya pakai sudah lusuh. Khaak sudah memenuhi ronga mulut, kerongkongan dan paru-paru. Ada bimbang dalam hati, ketika melangkah perlahan di antara [...]

November 26, 2010 // 8 Comments

U-Mag (2010): Agustinus di Titik Nol

November 2010 Rubrik Adam U-MAG Agustinus di Titik Nol Dikenal sebagai backpacker sejati, bertahun-tahun dia berjalan tanpa pernah pulang. Agustinus Wibowo adalah nomaden yang mengumpulkan aneka identitas dari setiap negara yang dia kunjungi. Qaris Tajudin TITIK NOL PERTAMA: Lumajang, Republik Indonesia (112°53’-113°23’ Bujur Timur dan 7°54’-8°23’ Lintang Selatan) Di bawah konstelasi bintang berbentuk singa dan dalam naungan sayap ayam jago (8 Agustus 1981), dia lahir. Bulan kelahirannya diambil untuk salah satu kata dalam namanya: Agustinus Wibowo. Beberapa tahun kemudian, dia mengoleksi prangko luar negeri, jendela sempit yang memungkinkan dia mengintip negeri terjauh. Ketika guru sekolah dasarnya bertanya, “Apa cita-citamu?”, dengan lantang dia berteriak: “Aku pengen jadi turis!” Gurunya mungkin melongo, tapi segera mengatakan bahwa orang tak boleh bercita-cita menjadi turis, karena itu bukan pekerjaan. Agustinus Wibowo lalu mengganti cita-citanya. Dari pendeta, polisi, hingga guru. Sempat juga ingin menjadi ahli bahasa. Tapi semangatnya menjadi turis tidak berhenti. Saat menginjak kelas III SD, dia bertekad menulis novel. Ceritanya tentang sebuah keluarga yang ingin berkeliling dunia, start dari Inggris. Peta dan rute perjalanan sudah disiapkan. Rencananya, setiap halaman bercerita tentang satu kota. Rencananya juga, setiap hari dia menyelesaikan satu halaman. Pada hari kesepuluh dia berhenti. Catatannya lalu hilang. Kelak, catatan perjalanannya (juga [...]

November 4, 2010 // 2 Comments

Reader’s Digest Indonesia (2010): Terpukau Oleh Peradaban dan Alam

October 2010 Reader’s Digest Indonesia Memori Destinasi bukan lagi menjadi sesuatu yang penting, tetapi bagaimana proses yang terjadi selama perjalanan itu sendiri. Oleh Agustinus Wibowo Ini adalah perjalanan yang dimulai dari sebuah mimpi. Mimpi untuk menyingkap rahasia negeri Afghan. Mimpi yang membawa saya berjalan ribuan kilometer untuk menemukan rohnya, menikmati kecantikannya, merasakan air mata yang membasahi pipinya….” Begitulah tulisan dalam buku harian kumal yang menemani perjalanan panjang saya dari Beijing hingga ke Afghanistan. Hanya dengan berbekal 300 dolar, menumpang kereta kelas kambing, bus, truk, melintasi gunung-gunung Pakistan utara, bertahan hidup dengan jajanan pasar, menembus keganasan panasnya kota Peshawar dan terguncang-guncang dalam mobil berdebu saat menembus perbatasan. Sampai akhirnya saya berdiri penuh takzim di hadapan reruntuhan patung Buddha Bamiyan, Afghanistan. Surga yang cantik, dengan ranjau bertebaran di mana-mana. Perang dan pertumpahan darah seperti cadar hitam yang menyelubungi tanah Bangsa Afghan, yang diselimuti debu tebal dan dilupakan orang. Tragis memang, karena negara itu sebenarnya sangat indah dan permai. Dan meski begitu berat dan melelahkan, saya terus berjalan mengelilingi Afghanistan, untuk menemukan rahasia dan misteri negeri kuno itu, dan menjalin persaudaraan dengan warga Afghan, yang ternyata menerima saya dengan tangan terbuka, penuh cinta dan persahabatan. Tanpa terasa, dua tahun saya habiskan untuk [...]

October 8, 2010 // 6 Comments

The Jakarta Post (2010): A thrill ride to Afghanistan

http://www.thejakartapost.com/news/2010/06/27/a-thrill-ride-afghanistan.html A thrill ride to Afghanistan Indah Setiawati, The Jakarta Post, Jakarta | Feature | Sun, June 27 2010, 10:30 AM Several years ago, a man dreamed of traveling to Afghanistan to see what was behind the dust — the seemingly endless war, the grenades, the refugees, the Taliban. In his dream, he saw two gigantic statues of Buddha located in Bamiyan valley and was mesmerized by a soft, deep whisper from a girl with beautiful eyes, who stared at him from behind a blue burqa. In 2003, Indonesian Agustinus Wibowo made his dream come true and backpacked from Beijing to Afghanistan with only US$300. After his journey, he wrote Selimut Debu (Blanket of Dust) which gives his insights on daily life in the war-ravaged country. The author views Indonesia from the perspective of the Afghans as he unveils the beauties, miseries and ironies of a country where warfare is reported daily on televisions and in the newspapers. His description on cultural and ethnic diversity in Afghanistan as well as some branches within Islam somehow reminds us of the same situation back home. He also mentions about humanity being ignored by people who busily introduce religious absolutism. Agustinus, who can [...]

June 27, 2010 // 0 Comments

U-Mag (2010): Burkutchu-Si Pemburu Elang

Maret 2010: U-MAG Travel   Wajah Mongolia ini barangkali jauh dari bayangan banyak orang, tatkala Agustinus Wibowo merekamnya pada musim gugur lalu: sabana hijau beralih menjadi samudra salju, dan para pengelana berpindah dari kemah nomaden ke gubuk-gubuk kayu agar lebih hangat. Inilah negeri tempat tradisi ribuan tahun tetap hidup dengan jaya di dalam diri para pemburu serta elangelang raksasa yang merajai angkasa raya. Musim panas lewat diam-diam, meninggalkan jejak di padang rumput yang cokelat kekuningan. Mongolia—yang terkungkung di tengah daratan mahaluas—tiba-tiba sunyi dari hiruk-pikuk para pelancong. Semua wisatawan bergegas meninggalkan negeri itu di ambang musim gugur. Hawa dingin menjalar cepat dan sungguh tak bersahabat. Salju melumat seluruh negeri sejak pertengahan September. Suhu anjlok dari hari ke hari. Kehijauan padang rumput beralih menjadi samudra putih yang menggentarkan hati. Mongolia adalah tanah yang ramah, hangat, dan indah pada Juni hingga Agustus. Di musim panas singkat ini, matahari terbit di waktu subuh, bersinar terik sepanjang hari, dan terbenam menjelang tengah malam. Tapi musim gugur datang terlalu cepat, sebelum orang tanak menikmati sinar surya. Angin dingin dan salju September hanyalah ”pembuka” sebelum Mongolia mengarungi hari-hari dengan temperatur jauh lebih ganas: bisa minus 60 derajat Celsius. Embusan napas langsung menjadi es, darah membeku, pembuluh perih [...]

March 4, 2010 // 12 Comments

U-Mag (2010): Selimut Debu—Catatan Backpacker Tulen

Maret 2010 U-Mag Buku//Troli Catatan Backpacker Tulen Jika perjalanan backpacking Anda ke Kamboja dengan pesawat murah dan menginap di hostel penuh bule bau sudah dianggap luar biasa, sebaiknya Anda membaca Selimut Debu. Sang penulis bisa dibilang backpacker Indonesia paling gila.   Selimut Debu AGUSTINUS WIBOWO 461 halaman Gramedia Pustaka Utama Januari 2010 Dengan hanya mengantongi US$ 300 (sekitar Rp 2,8 juta), Agustinus Wibowo nekat memulai perjalanan dari Beijing ke Afganistan. Dia menyambangi negeri itu ketika residu perang Taliban- Amerika masih terbang di udara, 2003. Agus menumpang kereta kelas kambing, bus, dan truk; bertahan hidup hanya dengan jajanan pasar; dan menembus keganasan gunung-gunung di utara Pakistan. Di buku harian kumal, ia menuliskan kisah perjalanannya yang benar-benar luar biasa: menembakkan Kalashnikov ke gua Usamah bin Ladin, hampir diperkosa gay Afgan, dan berkalikali ditangkap tentara. Catatan di buku harian kumal itulah yang kini bias kita nikmati dalam buku setebal 461 halaman dengan foto-foto indah hasil jepretannya sendiri. Tak hanya berbekal kisah dramatis, Agus juga memiliki kemampuan menulis dengan baik. Bahasanya lancar, logikanya runut, dan pemilihan diksinya sangat luas. Oh ya, Tuhan sepertinya membekali Agus kemampuan berbahasa. Selain berbahasa Indonesia dengan baik, dia mampu berkomunikasi dalam selusin bahasa—Cina, Rusia, Urdu, Farsi, dan bahasa negeri-negeri [...]

March 4, 2010 // 0 Comments

My First Book, “BLANKET OF DUST — SELIMUT DEBU” is Launched in Indonesia

Finally…. after long time of editing and rewriting, and editing again, and rewriting again, (I already have lost count about the process), my first travel narrative book will be launched by Gramedia Pustaka Utama, one of the leading publishers in Indonesia, by January 12, 2010. This book is about Afghanistan, based of my travel around the country by hitchhiking in 2006, but the contents are enriched with my contemplation after my two and half year stay in Afghanistan as a journalist. The first edition is in Indonesian, but hopefully an English version will come out soon as well. ——————————————– http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=KAHI4419&kat=4 Selimut Debu – Agustinus Wibowo 468 halaman Rp69.000,- Dilengkapi foto-foto berwarna. No GM 40101100002 ISBN: 978-979-22-5285-9 Pada tahun 2006, Agustinus mulai melintasi perbatasan antar negara menuju Afghanistan, dan selama dua tahun ia menetap di Kabul sebagai fotografer jurnalis—catatannya di buku ini adalah hasil perenungan yang memakan waktu tak singkat. Selimut Debu akan membawa Anda berkeliling “negeri mimpi”—yang biasa dihadirkan lewat gambaran reruntuhan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum—sambil menapaki jejak kaki Agustinus yang telah lama hilang ditiup angin gurun, namun tetap membekas dalam memori. Anda akan sibuk naik-turun truk, mendaki gunung dan menuruni lembah, meminum teh dengan [...]

January 6, 2010 // 34 Comments

Aplaus (2009): Single Fighters – True Story Unveiled

Edisi 112 Aplaus Fokus http://www.aplausthelifestyle.com/result_detail.php?id=1245&index=36 Single Fighters: The True Story Unveiled Teks oleh Linda Yusmiyani & Judika B.M Foto Bobby Wongso Wennars, Istimewa & dari berbagai sumber Menjadi single fighter bukan berarti harus merasa sendiri. Justru merupakan proses perjuangan untuk melatih melupakan ego, percaya diri dan mensyukuri kemandirian yang telah dianugerahkan. BANYAK hal yang harus dilewati untuk menjadi sukses karena kemandirian. Mulai dari jalan berbatu, berliku, bertemu dengan orang yang salah, merasakan jatuh, sebelum akhirnya menggenggam sukses sejati seperti mereka ini. 1.Go Far And Experience The World Agustinus Wibowo (Backpacker) Masih muda, tapi pengalaman backpacking-nya segudang. Apalagi kegigihan dan kemandiriannya dalam menelusuri hampir seluruh negara di Asia. Awal petualangan backpaking kamu gimana sih? Tahun 2001 saya terinspirasi seorang teman perempuan dari Jepang yang melakukan perjalanan sendiri mengelilingi negara Asia Tenggara, tanpa menguasai bahasa selain bahasa Jepang. Dari petualangannya, setahun kemudian saya melakukan backpacking pertama ke Mongolia, berkemah mengelilingi negeri itu selama tiga bulan. Perjalanan backpacking kamu sudah ke mana aja? Tahun 2005, ketika baru lulus kuliah di Beijing, saya bercita-cita melakukan perjalanan panjang dari Beijing ke Afrika Selatan, melalui jalan darat. Perjalanan saya bertahan selama 1 tahun 7 bulan, melintasi pegunungan Tibet, Nepal, [...]

December 3, 2009 // 6 Comments

Lion Air Magazine (2009): Surga di Bumi Afghan

May 2009 LionMag SURGA DI BUMI AFGHAN Teks dan foto-foto: Agustinus Wibowo Adakah surga di Afghanistan? Lupakan gurun tandus dan desingan badai pasir. Lupakan perang, mayat bergelimpangan, ledakan bom. Di sini yang ada hanya kesunyian dan kedamaian di padang rumput hijau membentang, dikelilingi gunung bertudung salju yang bagaikan dinding berjajar di segala arah. Danau biru hening memantulkan kelamnya langit. Anak gembala mengiring kawanan ratusan domba dan yak, perlahan melintasi gunung cadas.   Pegunungan Pamir boleh jadi adalah tempat paling terpencil di negara ini. Letaknya di ujung terjauh di timur laut, dikelilingi oleh Cina, Tajikistan, dan Pakistan. Orang lebih mengenalnya dengan nama Atap Dunia di mana awan begitu rendah, nyaris tergapai. Di sini waktu pun seperti berhenti mengalir. Bangsa pengembara tinggal di kemah bundar, berpindah-pindah padang seiring bergantinya musim, mencari mata air dan rumput untuk menghidupi mereka sepanjang tahun. Ini adalah cara hidup yang sama seperti nenek moyang mereka ratusan tahun silam. Surga –kalau boleh kedamaian di tengah kecamuk perang Afghanistan ini disebut– sungguh tak mudah dijangkau. Ketika di zaman modern ini pesawat terbang sudah mewujudkan fantasi manusia untuk menjelajah bumi dengan kecepatan seribuan kilometer per jam, di pegunungan ini perjalanan masih berarti merayap perlahan di atas punggung kuda atau keledai [...]

May 11, 2009 // 16 Comments

HerWorld (2009): Life is Beautiful Around the World

May 2009 HERWORLD FEATURE LIFE IS BEAUTIFUL AROUND THE WORLD PITTA SEKAR WANGI memutar bola dunia searah jarum jam dan menunjuk benua yang ingin dikunjungi. Lalu, kembali lagi menghadap monitor dan berselancar. Orang bijak berkata, kejarlah mimpi hingga ke negeri Cina. Seorang teman terusik mendengar kalimat bijak tersebut kemudian bertanya, “Cuma sampai ke negeri Cina saja? Kan Cina itu dekat banget!” Secara logika, apabila ditempuh melewati jalur udara memang sangat dekat. Namun banyak cara untuk menuju Cina, bisa melewati India, Burma bahkan Hong Kong. Alasannya bisa beragam mengapa Anda memilih melewati negara-negara tersebut. Begitu juga dengan traveling, Anda sendiri yang memutuskan tujuannya dan bagaimana bisa menikmatinya sesuai dengan budget Anda. Simak 3 kisah petualangan dari Ninit Yunita, Agustinus Wibowo, Wasti Priandjani dan pengalaman seru menjadi host untuk tamu turis asing, Carmelita Bahrun. journey begins with Apabila ingin memulai sesuatu harus dengan niat dan usaha, so they say. Begitu juga dengan memulai perjalanan. Tepatnya membuat rencana. Sama seperti Anda ingin memulai bisnis atau proyek baru, perencanaan memegang peranan sangat penting. Karena dari situ, Anda bisa menentukan tempat tujuan, budget, transportasi, akomodasi, makanan hingga suvenir. Agustinus Wibowo yang saat ini sedang bermukim di Afghanistan mengatakan sejak kecil ia bercita-cita untuk mempelajari berbagai [...]

April 30, 2009 // 1 Comment

Jakarta Post Weekender (2009): Face of Kabul

http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/29/faces-kabul.html THE WEEKENDER JAKARTA POST: Face of Kabul The Jakarta Post – WEEKENDER | Thu, 01/29/2009 8:00 PM | City Scene Agustinus Wibowo is a 27-year-old backpacker, photographer and writer whose passion for traveling the world has carried him across continents and borders. Recent explorations led to Kabul, Afghanistan, a city that was once the proud son of Persia. Agus’ essays on Central Asian countries are published regularly on kompas.com and will soon be serialized in print by Kompas Publisher. Here he gives us a glimpse of the war-torn country after decades of civil war and living in fear under the Taliban regime. Mean Streets According to UNICEF, between 50,000 and 60,000 children live on the streets of Kabul. The number continues to rise every year, even though dozens of local and international organizations have committed themselves to eradicating poverty in Afghanistan’s war-torn regions. These children will do anything to earn money, from begging to polishing shoes to selling candy to passersby. Most of them make less than a dollar a day on the unfriendly Kabul streets. A Second Chance Three decades of war, thousands of land mines and various types of diseases caused by poor health services have turned [...]

January 29, 2009 // 2 Comments

Exposure Magazine (2009): Menggapai Negeri Atap Dunia

EXPOSURE MAGAZINE (DECEMBER 2008) MENGGAPAI NEGERI ATAP DUNIA “Tempat ini demikian tingginya, hingga burung pun tak mampu terbang ke sana,” demikian Marco Polo melukiskan barisan pegunungan ini. Kabut menyelimuti taburan kemah putih bundar suku nomaden. Lenguhan keras yak bertanduk raksasa menggemakan keangkuhan gunung padas. Sungai deras mengalir, padang hijau membentang, danau biru kelam menyemburatkan misteri, rintik salju mengguyur perlahan. Anak-anak bermain bola ditelan awan. Sunyi. Damai. Mistis. Inilah musim panas di Pamir, atap dunia di ujung paling terpencil negeri Afghan, pada ketinggian 4.300 meter. Di sini salju bisa turun kapan saja. Sepanjang musim, sepanjang tahun. Manakala ibukota Kabul terbakar oleh mentari bulan Juli, saya di Pamir harus meringkuk di tepi perapian, menghirup segarnya susu yak bersama potongan daging kambing rebus sebesar lengan. Yang tinggal di alam yang tak bersahabat ini adalah bangsa Kirghiz, bangsa minoritas di Afghanistan, yang masih mempraktikkan cara hidup nomaden yang hampir punah di penjuru mana pun di muka bumi ini. Kaum prianya adalah penunggang kuda yang jempolan. Kaum perempuannya berpakaian merah menyala, lengkap dengan lusinan kalung, gelang, dan pernak-pernik yang berat. Yang masih gadis bertudung merah. Yang sudah menikah berkerudung putih, seperti salju yang menangkupi puncakpuncak gunung raksasa yang menjulang di sekeliling. Mereka hidup dalam roda [...]

December 13, 2008 // 1 Comment

Gender Corridor Afghanistan (2008): A New Beginning

Gender Corridor Afghanistan, November 2008 “Gender Corridor Afghanistan” is the publication of Gender Equality Project of UNDP Afghanistan. A NEW BEGINNING Armed men loyal to brutal Afghan warlords set up checkpoints and take what they want – including helpless young girls. Women are often raped before being given or sold to whoever desires a bride. Some who survive and escape can no longer live with their ordeal. They douse themselves in gasoline and set themselves ablaze. “Who can say ‘no’ to a war commander?” asks Naseera Shafi, 26, the Regional Office Coordinator for UNDP’s Afghanistan New Beginnings Programme (ANBP) in the northern Afghan city of Mazar-e-Sharif. “They have guns and power. They do whatever they want. When they see a beautiful girl, they may kidnap her and force her to marry …. It’s not uncommon for a young girl to marry an old man under these conditions,” Naseera says. The ANBP aims to create new opportunities for peace and security in the war-torn country by focusing on the disbandment of illegal armed groups. These bandits challenge the nation’s security, leaving ordinary Afghans to grapple with instability and making the vast majority of Afghan women prisoners of an oppressive social environment. [...]

November 5, 2008 // 1 Comment

UNDP Gender Equality Posters (2008)

Photos I took in Badakhshan and some other parts of Afghanistan are used for publication posters of Gender Equality Project of UNDP Afghanistan, October 2008. WOMEN, PEACE AND SECURITY IN AFGHANISTAN   AFGHANS WORKING TOGETHER FOR PEACE AND DEVELOPMENT   COMMUNITIES CAN TAKE ACTION TO STOP VIOLENCE AGAINST WOMEN   Posters are designed by Inis Thailand.   [...]

October 25, 2008 // 5 Comments

Hidup (2008): Agustinus Wibowo, Menyusuri Negeri Tak Dikenal

27 Juli 2008   HIDUP                               Agustinus Wibowo Menyusuri Negeri Tak Dikenal   “Hidup adalah perjalanan. Kita tidak tahu kapan perjalanan hidup kita akan selesai. Begitu pula saya tidak tahu kapan petualangan saya ini akan berakhir,” tulis Agustinus Wibowo lewat surat elektronik.    SUDAH tiga tahun, Agus melakukan perjalanan tanpa jeda. la melintasi Asia Selatan dan Tengah melalui jalur darat. Agus memang sedang melakukan misi pribadi berkeliling Asia. Perjalanannya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina, 31 Juli 2005. la menuju Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, dan menembus Pakistan, Afghanistan, Iran, berputar lagi ke Asia Tengah, diawali ke Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan, dan Turkmenistan. la menempuh perjalanan itu dengan berbagai ragam alat transportasi, seperti kereta api, bus, truk, kuda, keledai, bahkan berjalan kaki. Agus memang menghindari perjalanan dengan pesawat. “Perjalanan udara menghalangi saya menyerap saripati tempat yang saya lalui,” ujarnya dalam perbincangan lewat internet, beberapa waktu lalu. la ingin menyatu dengan budaya, menjalin persahabatan. mencecap kehidupan masyarakat yang dikunjunginya.   Agus memulai perjalanan berbekal 2.000 dolar AS. hasil tabungan saat ia kuliah di Universitas Tshinghua Beijing, Cina. Ketika bekal habis, ia menetap sementara di suatu tempat, la bekerja apa saja untuk mendapat [...]

July 27, 2008 // 3 Comments

U-Mag (2008): Tulip Merah di Hari Baru

June 2008 U-Mag Travel TULIP MERAH DI HARI BARU Teks dan Foto: Agustinus Wibowo “Biya ke berim ba Mazar…. Mulla Muhammad jan,” lagu rakyat Afghan itu mendayu perlahan-lahan, mengajak semua orang pergi ke kota suci Mazar-e-Sharif. Di sana ada tulip merah merekah, makam suci bertasbih mukjizat, ada semangat Afghan yang menggelora. Di sana ada Singa Allah, raja umat manusia. Di sana, kita menyambut datangnya Hari Baru ketika salju mencair, angin dingin mereda, dan padang rumput menghijau… Naw Ruz Inilah Afghanistan, negeri yang tersembunyi di alam mimpi. Namanya lebih kerap menyiratkan kekerasan, perang, dan maut. Tetapi di sinilah sesungguhnya peradaban mulai berayun. Kota-kota kuno tegak, kejayaan masa lalu berpendar, kehidupan spiritual berbaur dengan adat dan embusan nafas penduduk. Zaman berganti, Afghanistan tetap hidup dalam waktunya sendiri. Di Afghanistan, pengetahuan tentang gerak perputaran bumi dan matahari tumbuh sejak jauh di masa lampau. Ketika matahari berada di garis balik 22,5 derajad lintang utara, zemestan – musim dingin – berakhir. Musim semi datang. Bunga merah bermekaran. Itulah Naw Ruz – Hari Baru. Perayaan Naw Ruz sudah ada sejak zaman Zarathushtra, ketika Dewa Api masih dipuja, jauh sebelum datangnya agama Nasrani dan Islam. Sukacita Naw Ruz dinikmati di seluruh penjuru negeri saat peradaban Persia melintasi [...]

June 18, 2008 // 5 Comments

Majalah Kreatif (2008): Kak Agus Si Petualang Dunia

Mei 2008 Majalah Kreatif Taman Kreatif Kak Agus Si Petualang Dunia   Weess… keren banget disebut petualang dunia, iya, Kak Agus ini sedang keliling dunia, lo. Hebat! Penasaran bagaimana petualangan Kak Agus selama keliling dunia?!   Kak Agus, kenapa ingin keliling dunia? Soalnya, saya ingin melihat dunia. Saya ingin belajar berbagai macam budaya dan kehidupan manusia di negeri-negeri asing.   Kapan mulai keliling dunia, Kak? Sudah ke mana saja? Tahun 2002, saya kuliah di Cina. Lalu, pertama kali “berkelana”, menjelajahi Mongolia sambil berkemah. Kemudian, ke Hong Kong, Macau, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Singapura, Tibet, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.   Perjalanannya naik apa aja? Yang paling umum, naik bus dan kereta api. Terkadang naik truk, traktor, keledai, kuda, atau berjalan kaki. Saya menghindari naik pesawat terbang. Cita-cita saya menyelesaikan perjalanan ini dengan jalur darat.   Gimana perjuangan Kak Agus selama di negara-negara itu? Saya bekerja sebagai fotografer dan penulis untuk menyambung hidup. Sewaktu di Pakistan, pernah bekerja sebagai sukarelawan gempa. Lalu, saya biasa tinggal di penginapan murah atau di rumah penduduk. Saat berkelana di Afghanistan, saya tinggal di warung-warung.   Wah, kalau keliling dunia, berarti sudah menguasai banyak bahasa, ya? Saya sudah menguasai [...]

May 28, 2008 // 3 Comments

Bobo (2008) – Salamat and Rashida from the Wakhan Valley

Bobo—Reportasia: Salamat dan Rashida dari Lembah Wakhan   Afghanistan, negara yang sering kita dengar tentang perangnya, ternyata sangat elok. Gunung-gunung menjulang tinggi bertudung salju. Sungai Amu mengalir deras. Padang rumput hijau bak permadani menyelimuti lembah. Tempat ini sangat indah. Seperti surga di muka Bumi. Di tanah gembala yang luas ini, ratusan kambing dan sapi asyik merumput. Salamat, umur 8 tahun, duduk gagah di atas keledainya. Topinya kecil dan indah, hasil sulaman ibunya sendiri. Jubahnya sudah kumal. Rompi hitamnya pun sudah lama tak diganti. Salamat mengawasi ternak-ternaknya. Hampir sepanjang hari ia menghabiskan waktunya di padang hijau ini. Walaupun masih kecil, Salamat kuat dan tangguh. Meski harus membantu menggembalakan sapi-sapi bapaknya, Salamat tak pernah bolos sekolah. Tiap hari, ia bangun jam empat pagi, lalu berangkat sekolah. Sekolahnya jauh sekali. Dua jam harus jalan kaki. Lembah Wakhan adalah daerah paling terpencil di Afghanistan. Di sini cuma ada gunung-gunung. Tak ada jalan raya. Tak ada bus sekolah. Salamat pergi sekolah jalan kaki. Kalau lagi beruntung dia menumpang naik kuda tetangga. Sekolahnya pun sederhana sekali. Tidak ada gedung sekolah. Sekolahnya cuma tenda. Salamat masih beruntung bisa sekolah. Rashida, temannya dari desa tetangga, malah sepanjang hari cuma menggembala kambing. Katanya sih, orang-orang di desa Rashida hampir [...]

May 28, 2008 // 6 Comments

1 8 9 10 11