Recommended

January 27, 2015

[VIDEO] Net TV (2014): Talk Show Perjalanan minat khusus bersama Agustinus Wibowo

Indonesia Morning Show Net TV 29 December 2014: Talk Show Perjalanan minat khusus bersama Agustinus Wibowo Agustinus Wibowo not only travels, but also learning the life of the people in the regions he visits. He has visited countries like Afghanistan, Mongolia, Pakistan, and just returned from a three-month journey in Papua New Guinea, and is projecting to visit all Indonesian borders. In Indonesia Morning Show NET TV 29 December 2014, Agustinus talks about his journey and what he has learned.     Talkshow in Indonesia Morning Show program of Net TV on traveling to unusual places to learn about the life of the [...]

January 27, 2015 // 7 Comments

Titik Nol 112: Gerbang Kemerdekaan

Bus bersejarah itu pun tiba di wilayah India (AGUSTINUS WIBOWO) “Pakistan memang diciptakan untuk membuat jarak antara kita dan mereka, memecah belah persaudaraan kita. Tak perlu kita teruskan lagi [permusuhan ini].” Demikian sebuah koran India menurunkan artikel di rubrik opini. Kedua negara tetangga ini sudah berseteru sejak kelahirannya. Pakistan tercipta dari British India tahun 1947 ketika umat Muslim India minta diberi negara sendiri. Pakistan berarti ‘Negeri yang Murni’, cita-cita luhurnya adalah negara umat Muslim yang berdiri di atas kesucian dan kemurnian Islam. Tetapi, pertikaian dan perselisishan selalu mewarnai sejarah kedua negara, menyebarkan benci yang merayap sampai ke sanubari rakyat jelata. Ingat kasus bom di New Delhi yang serta merta membuat orang India langsung menunjuk hidung Pakistan sebagai kambing hitam? Ingat betapa susahnya orang India mendapat visa Pakistan dan juga sebaliknya? Orang India menggunakan kata Pakistan sebagai umpatan yang paling kasar – “Chalo Pakistan!”, artinya “Enyahlah ke Pakistan”. Mengapa Pakistan selalu digambarkan sebagai tempat bak neraka yang penuh kesengsaraan? Mengapa imej Pakistan di India hanya hitam dan kelabu? India dan Pakistan punya garis perbatasan sekitar 3000 kilometer, tetapi hanya satu perbatasan resmi yang dibuka. Perbatasan Wagah teramat sepi, kecuali di sore hari ketika upacara penurunan bendera berlangsung. Tak banyak orang yang [...]

January 27, 2015 // 4 Comments

Tais 27 Agustus 2014: Rumah di Sini dan Rumah di Sana (1)

Seorang warga Papua Nugini dengan baju TNI-AD, yang dibeli dari Merauke (AGUSTINUS WIBOWO) 17 Agustus 2003, Sisi Wainetti dan kakak sepupunya Paulus Waibon pertama kali menyeberang perbatasan dari Morehead di Papua Nugini menuju Merauke, Indonesia. Mereka berangkat dari desa penuh semangat. Mereka dengar kabar, pada hari itu akan dirayakan kemerdekaan negara baru: West Papua. Entah mereka dapat informasi dari mana. Yang jelas, mereka sangat terkejut karena yang mereka temukan hanyalah perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Nyanyian dan tari-tarian, tabuhan gendang kundu (di Indonesia disebut “tifa”), topi dari bulu kasuari, dan kibaran bendera merah putih di mana-mana di lapangan kantor Pemerintah Daerah Merauke. Orang-orang berbagai warna kulit berjoget tradisional maupun bergoyang dangdut dengan ceria. Tebersit kekecewaan di benak Sisi. Kenapa tak ada bendera Papua? Impian kemerdekaannya kandas seketika. Ketika dia mendengar kabar kemerdekaan West Papua itu, hatinya sempat berpikir: Tidak ada yang lebih bagus daripada ini! Merdekanya West Papua, dalam bayangannya adalah tentang berakhirnya garis batas antara Morehead dengan Merauke yang memisahkan mereka; semua orang Papua di sisi timur dan barat perbatasan akan bersatu dalam negeri yang baru. Perbatasan negeri baru mereka nanti adalah di Sorong. Sisi meyakini, andaikan negara Papua itu terbentuk, maka mereka akan terpisah dari Nugini—bagian utara Papua Nugini [...]

January 27, 2015 // 4 Comments