Recommended

Buddha

Selimut Debu 15: Bayang-Bayang Sang Buddha

Seperti baru kemarin saja perang itu berhenti (AGUSTINUS WIBOWO) Berabad silam, negeri ini adalah pusat peradaban Buddha, dengan patung-patung raksasa yang memancarkan kemilau batu mulia. Tetapi, hanya dalam dua tahun yang lalu, puncak peradaban itu menjadi bongkah-bongkah batu tanpa makna. Di hadapan puing-puing reruntuhan, aku merenungkan betapa manusia bisa menjadi begitu kejam dan bodohnya. Aku punya perasaan istimewa terhadap tempat ini. Adalah Bamiyan yang membuatku bermimpi tentang Afghanistan. Suatu hari di dua tahun lalu, siaran berita televisi mengabarkan Taliban akan segera menghancurkan patung Buddha tertinggi di dunia yang terletak di jantung Afghanistan. Ada patung Buddha di negeri Afghan? Aneh juga kedengarannya. Televisi menunjukkan gambar para pelaku, yang menyebut diri sebagai Taliban, berwujud orang-orang berjenggot lebat, berjubah hitam, dan beserban kain hitam panjang menjuntai hingga ke pinggang. Mereka berbicara penuh semangat. Tentang perjuangan, tentang agama, tentang kelaparan dan dunia yang lebih mementingkan patung daripada penderitaan manusia Afghan. Siaran berita televisi itu kemudian menunjukkan gambar tebing cadas sebuah dusun bernama Bamiyan. Cadas itu berdiri tegak lurus. Pada sisinya terdapat dua relung besar dengan dua patung Buddha raksasa berdiri di dalamnya. Patung-patung itu sudah cacat. Kakinya hilang, hidungnya tertebas, wajahnya rusak. Itulah peninggalan peradaban dunia yang masih tersisa di negeri yang hancur lebur. [...]

November 15, 2013 // 7 Comments

Garis Batas 13: Negeri Para Penganggur

Jalanan Vrang yang lengang, di mana mayoritas penduduknya adalah pengangguran. (Agustinus Wibowo) Berjalan-jalan di Tajikistan memang tidak mudah. Angkutan umum sangkat jarang, karena harga BBM sudah tidak terjangkau lagi oleh penduduk. Di sini hukumnya, semakin tinggi tempatnya, semakin mahal harga bensinnya. Tidak ada yang tahu kapan angkutan akan lewat. Sehari penuh mungkin hanya dua saja yang melintasi desa ini. Itu pun biasanya sudah penuh sesak. Hari ini saya berencana pergi ke desa Vrang, 5 kilometer jauhnya dari Tughoz. Tetapi sudah tiga jam lebih menunggu, tidak ada juga yang lewat. Sambil menunggu, saya mengunjungi rumah sakit di desa itu. Dokter Akhmed yang bekerja sebagai dokter kepala mempersilakan saya masuk. Bahkan desa terpencil seperti ini punya rumah sakit yang bagus. Infrastruktur di Tajikistan memang lebih bagus daripada di Indonesia. Tetapi gaji dokter Akhmed hanya 50 Somoni saja, sekitar 15 dolar, per bulan. Di Jakarta pengemis pun pendapatannya lebih besar dari ini. Dengan uang segitu di Tajikistan memang tidak akan membawanya ke mana-mana. Tetapi ia bangga dengan pekerjaannya, yang jauh lebih terhormat daripada mengemis. Dokter Akhmed bahkan menjerang teh untuk saya, tetapi belum sempat saya minum, saya sudah harus melompat ke angkutan desa yang baru saja melintas. Vrang hanya 5 kilometer saja, tetapi [...]

June 6, 2013 // 1 Comment

Ghazni – From the Glorious Past

The glorious past has gone, forever The glorious past has gone Ghazni is the capital of province of the same name, located north of Zabul province on the Kabul – Kandahar highway. The altitude of slightly more than 2000 m guarantees the temperature in Ghazni is cool. At this moment, Ghazni is among the riskiest provinces in Afghanistan, where Taliban attacks happen in regular basis in the districts of the province. But as everybody tried to convince, the city is a safe place. Shehr Ahmad Haider is a Pajhwok journalist covering the news of the area. His office is a tiny office in a hotel near the bus station to Kandahar. There are two computers in his 3 x 5 m room, and his main weapons of getting news are: two sets of mobile phones and a desktop phone. He never meets Taliban, despite that most of his news dealing with Taliban. Interviews are done through phones. But he is not idle. In fact, to get at least five news per day he has to make many telephone calls and some visits to the Internet Cafe, the only one in the city and costs beautifully at 70 Afs (1.40 US$) [...]

July 16, 2006 // 1 Comment

Bamiyan – The Mined Buddha

War and Peace. This is the first impression of Bamiyan Buddha I saw back in 2003 This is still re-visiting trips of what I have visited three years ago. The devastated Buddha statues of Bamiyan are still quiet empty niches on the hill surrounded by green farming land. It was extremely quiet this morning, as children were already in the school and men started working. No other obvious ‘tourists’. But it was not that quiet either. This time there were many workers working in the area. There were two groups of them. First, those with yellow helmet, working near the big niches of the Big Buddha (55 m) and further on the Small Buddha (38 m). The Buddha niches are both fenced now, requesting visitors to pay for ticket to enter (I don’t know exactly about the ticket stuff as it seems it was OK to wander around without ticket, and the ticket office was always closed). Actually the workers just started working today. Their task is to remove the rubbish stones from the area. A worker told me that they wanted to re-build the Buddhas, but I didnt believe him. There have been many organizations saying so, but it [...]

June 18, 2006 // 4 Comments

1 2 3