Recommended

buku

Buku ‘Titik Nol’ Agustinus Wibowo Terbit Lagi Hari Ini

Detik.com Senin, 06 Jan 2020 17:10 WIB Tia Agnes  Jakarta – ‘Titik Nol’ sukses membuat nama Agustinus Wibowo makin dikenal ke mancanegara. Buku ketiganya itu terbit lagi dengan sampul terbaru yang berwarna hitam. Di bagian sampul berjendela ada gambar pemandangan di bagian tengah. Dilengkapi pula dengan subjudul ‘Makna Sebuah Perjalanan’. “Catatan perjalanan yang luar biasa ini akhirnya dicetak ulang. Tahun 2020 ini ketiga buku Agustinus Wibowo akan memakai konsep sampul yang baru, sampul berjendela. Selamat menikmati!” tulis penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU), seperti dilihat detikcom, Senin (6/1/2020). ‘Titik Nol’ merupakan buku ketiga setelah ‘Selimut Debu’ dan ‘Garis Batas’ yang menceritakan tentang pengalaman dan pengamatan tentang kehidupan di Asia Tengah. ‘Titik Nol’ juga mengupas pengalaman lebih dalam tentang sebuah perjalanan. Sebelumnya ‘Titik Nol’ pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Vietnam. Lulusan Ilmu Komputer di Universitas Tsinghua, Beijing, China juga dikenal sebagai seorang petualang dan [...]

January 8, 2020 // 1 Comment

Detik.com: Papua Nugini hingga Singkawang, Ini 5 Titik bagi Buku Baru Agustinus Wibowo

Rabu, 14 Sep 2016 16:16 WIB  ·   Tia Agnes – detikHOT tautan Beijing – Lebih dari satu dekade melakukan perjalanan, Agustinus Wibowo kembali menelaah apa yang terjadi di negaranya. Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur itu berencana untuk bepergian ke lima titik lokasi yang merupakan fragmen-fragmen dari proyek buku baru yang kini sedang digarapnya sejak dua tahun lalu. Fragmen pertama adalah perbatasan Papua dengan Papua Nugini yang sudah ditinggalinya selama tiga bulan di sana. Ada empat titik lokasi atau destinasi lainnya yang akan dikerjakan sebagai proyek baru. “Saya berencana akan ke Toraja untuk memahami bagaimana agama tua bertahan di tengah-tengah agama baru. Ada Aceh untuk mempelajari bagaimana penerapan pasca syariat Islam,” ujarnya ketika berbincang di sela-sela Beijing International Book Fair (BIBF) 2016 di China International Exhibition Center, Beijing, belum lama ini. Baca Juga: Agustinus Wibowo Bicara Soal Proyek Buku Baru Selain itu, Agus akan menjelajahi Pulau Dewata untuk mencari tahu identitas Bali bertahan di tengah perubahan globalisasi. Serta Singkawang tentang etnis Tionghoa sampai pasca Reformasi. “Benang merahnya bisa dibilang tentang identitas, dari sudut pandang orang Indonesia sendiri. Bagaimana suara orang Indonesia, bagaimana orang Indonesia menggali negaranya sendiri, itu yang saya gali,” lanjut Agus. Simak: Agustinus Wibowo Kritisi Orang Asing yang [...]

September 15, 2016 // 0 Comments

Detik.com: Agustinus Wibowo Kritisi Orang Asing yang Tulis Buku Perjalanan Indonesia

Rabu, 14 Sep 2016 15:43 WIB  ·   Tia Agnes – detikHOT tautan Catatan: Saya rasa saya perlu sedikit mengklarifikasi artikel ini. Tampaknya jurnalis yang mewawancara tidak menyampaikan maksud saya secara tepat. Saya BUKAN mengkritisi orang asing yang menulis buku perjalanan Indonesia, melainkan ketiadaan buku perjalanan tentang Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia sendiri yang mampu menembus pasar internasional. Ini karena tidak banyak penulis perjalanan Indonesia yang menulis tentang Indonesia sendiri, atau masih relatif rendahnya kualitas tulisan perjalanan kita. Beijing – Agustinus Wibowo yang dikenal dengan narasi perjalanan ‘Titik Nol’ tengah menggarap proyek nasionalisme baru tentang Nusantara. Dia pun mengkritisi buku travel writing Indonesia yang ditulis oleh penulis asing. “Kebanyakan buku tentang Indonesia malah ditulis oleh orang asing. Begitu banyak minat orang luar tapi stok buku kita yang sangat terbatas. Itu hal yang sangat miris,” katanya ketika berbincang dengan detikHOT di sela-sela Beijing International Book Fair (BIBF) 2016, belum lama ini. “Bukan masalah siapa yang menulis, tapi perspektif kita yang pasti berbeda. Artinya bangsa kita didefinisikan menurut perspektif orang luar,” lanjutnya lagi. Simak: Agustinus Wibowo Bicara Soal Proyek Buku Baru Atas alasan tersebut, Agus mencoba memahami kembali apa makna nusantara, dan mencoba menelaahnya ke lima titik. Lokasi tersebut yang didatanginya [...]

September 15, 2016 // 14 Comments

Detik.com: Agustinus Wibowo Bicara Soal Proyek Buku Baru

Rabu, 14 Sep 2016 13:46 WIB  ·   Tia Agnes – detikHOT tautan Beijing – Perjalanan Agustinus Wibowo melintasi negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tengah yang terangkum dalam buku trilogi membuat namanya kian dikenal publik. Dari Beijing, sarjana Ilmu Komputer Universitas Tsinghua itu memulai petualangan perjalanan darat keliling Asia. Kini sebelas tahun kemudian, Agus muncul dengan proyek terbaru, semangat serta antusiasme yang tak kalah seru dari buku-buku sebelumnya. Tak lagi menceritakan tentang negara-negara berakhiran ‘tan’ maupun rencana penaklukan ke belahan benua Afrika, namun kali ini Agus kembali melihat ‘ke dalam’. Negara asalnya yang kaya akan budaya dan beragam cerita di dalamnya. Lewat tema ‘Nusantara’, Agus menjelajahi kawasan-kawasan yang berbeda yang bakal menjadi proyek buku berikutnya. Indonesia dipilihnya sebagai fokus pencarian dengan berbagai alasan. Ditemui di sela-sela kemeriahan stand Nasional Indonesia di ajang Beijing International Book Fair (BIBF) 2016, akhir Agustus lalu, Agus menjelaskan tentang rencana proyek terbarunya tersebut. “Indonesia adalah negara yang secara ajaib masih berdiri dengan utuh, ada ratusan etnik dan bahasa yang beragam. Setelah Reformasi pun Indonesia masih berdiri, itu jadi misteri sekaligus pertanyaan, ada kekuatan apa di balik Indonesia. Saya ingin memahami apa itu Indonesia, apa makna menjadi Indonesia, dan apa yang menyatukan Indonesia sampai sekarang [...]

September 15, 2016 // 1 Comment

[Detik] Hak Cipta Buku ‘Titik Nol’ Agustinus Wibowo Terjual ke Penerbit Vietnam

Detik Sabtu, 27 Ags 2016 19:40 WIB  ·   Tia Agnes – detikHOT Beijing – Di hari keempat Beijing International Book Fair (BIBF), hak cipta buku ‘Titik Nol’ atau dalam bahasa Inggris berjudul ‘Zero’ karangan Agustinus Wibowo berhasil terjual. Hak cipta buku bergenre travel writing tersebut dibeli oleh penerbit asal Vietnam, Chibooks. Hal tersebut dikatakan oleh International Marketing Gramedia Publisers, Yudith Andhika RH. “Setelah proses negosiasi, hari ini hak cipta Titik Nol berhasil dijual. Ini pencapaian luar biasa dan kabar bahagia bagi kami,” katanya ketika mengobrol di booth Gramedia di BIBF 2016, Sabtu (27/8/2016). Dalam waktu dekat, buku trilogi setelah buku ‘Selimut Debu’ dan ‘Garis Batas’ segera diterjemahkan. Untuk tahap pertama, lanjut Yudith, akan dicetak sebanyak 2000 eksemplar di Vietnam. “Kepastiaan waktu penerbitan akan dibahas lebih lanjut,” ungkap Yudith. Buku ‘Titik Nol’ atau ‘Zero’ menceritakan tentang perjalanan Agustinus ke tahap berikutnya. Bermula dari perjumpaannya bersama penziarah Tibet, orang-orang Nepal yang tangguh mendaki gunung, tentang Lasha yang menjadi komersial, serta cerita tentang Afghanistan yang pernah disebut Agus di buku pertama ‘Selimut Debu’. Ada juga yang menyebut buku ini sebagai prekuel dari dua buku sebelumnya. Serta buku yang tak hanya menceritakan tentang perjalanan dan pemaknaan yang lebih mendalam, [...]

August 28, 2016 // 27 Comments

Dari Titik Nol Menuju Frankfurt

Kisah ini dimulai dari seorang ibu yang terbaring di ranjang rumah sakit menanti ajal. Anaknya yang bertahun-tahun tinggal di perantauan akhirnya pulang. Menyadari tidak banyak waktu tersisa, anak itu duduk di samping ibunya, membacakan buku hariannya tentang negeri-negeri jauh yang pernah dialaminya. Bersama cerita-cerita itu, sang ibu yang tidak pernah ke mana-mana itu akhirnya membuka sebuah cerita yang selama ini dipendamnya. Tentang masa kecilnya, cintanya, penantiannya, perjuangannya, Tuhannya, hidup dan matinya. Dua perjalanan dalam dua dimensi waktu dan tempat itu berkelindan, akhirnya menyatu. Itulah kisah yang tertuang dalam memoar-cum-catatan-perjalanan saya, Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan, yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2013. Buku itu mendapat sambutan cukup hangat dari pembaca Indonesia. Beberapa bulan setelah buku itu terbit, penerbit menanyakan apakah saya tertarik menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Pada saat itu, Indonesia telah dipastikan akan menjadi Tamu Kehormatan dalam ajang pameran buku terbesar di dunia—Frankfurt Book Fair 2015. Itu artinya, fokus dunia perbukuan akan tertuju pada Indonesia. Namun terlepas Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat dunia dan industri buku yang sangat aktif dengan penerbitan 30.000 judul buku per tahun (faktor penting terpilihnya Indonesia sebagai Tamu Kehormatan), Indonesia masihlah sebuah negara “tembus pandang” di kancah perbukuan [...]

October 11, 2015 // 40 Comments

London Book Fair 15 April 2015: Penulis di Tengah Pameran Buku

Saya mendapat kehormatan menjadi salah satu penulis yang dikirim untuk berbicara di stand Indonesia pada forum London Book Fair 2015, yang diselenggarakan pada 14-16 April 2015 di Olympia, Kensington, kawasan barat London. Pameran ini diikuti 25.000 pelaku industri dari 124 negara, termasuk Indonesia yang membawa 200an judul pilihan dari berbagai penerbit. Indonesia, dalam partisipasi perdananya di ajang ini, menempati stan 5B140, yang berukuran hanya 20 meter, terletak jauh di ujung belakang Hall B yang berjarak sekitar 20 menit berjalan kaki dari pintu utama. Praktis, di tengah lautan puluhan ribu penerbit, stan Indonesia sangat tersembunyi dan nyaris tenggelam. Sementara di sekeliling stan Indonesia adalah stan dari negara-negara lain yang tidak kalah sepi, seperti dari Abu Dhabi, Slowakia, Al Ain, Dubai. Berbeda dengan pameran buku yang pernah saya hadiri, London Book Fair murni bisnis, bukan ajang jumpa pembaca atau penikmatan sastra. Para pengunjung adalah para pemain industri seperti penerbit, pedagang hak cipta, agen literasi. Kelompok pengunjung lainnya adalah para pekerjanya seperti penulis, penerjemah, desainer, jurnalis. Pengalaman pertama menghadiri pameran buku seraksasa ini sangat mengobrak-abrik pemikiran saya. Di balairung utama Grand Hal, berjajar stan-stan dari penerbit besar dunia: Penguins, Harper Collins, Oxford, juga negara-negara Eropa seperti Prancis, Skandinavia, Jerman. Ini adalah zona yang [...]

September 28, 2015 // 9 Comments

Titik Nol 178: Kantor Pos yang Ribet

General Post Office (GPO) Lahore (AGUSTINUS WIBOWO) Saya sungguh tak menyangka bahwa kirim surat di Pakistan bisa menjadi pekerjaan yanag paling merepotkan sedunia. Setelah berjalan sepuluh bulan menyusuri Asia Tengah, setiap hari tas ransel saya semakin berat saja. Sepanjang jalan saya selalu membeli buku untuk dibaca. Sebagian buku yang sudah terbaca saya berikan ke orang lain, sebagian lagi terlalu saya untuk dibuang. Tak ada jalan lain, beberapa buku koleksi ini harus dikirim pulang untuk meringankan beban di punggung. Bagi backpacker yang gemar membaca buku, bersukacitalah, karena mengirim buku dari Pakistan dan India benar-benar murah meriah. Layanan khusus kantor pos Pakistan yang berbandrol book post membolehkan saya mengirim tumpukan buku seberat hampir dua kilogram dengan biaya hanya 166 Rupee, atau hampir tiga dolar saja. Hanya satu syaratnya, buku ini dibungkus dengan kertas khusus yang disediakan oleh deretan kios penjual amplop di luar kantor pos, satu sisinya tidak boleh disegel supaya pihak kantor pos bisa melihat isinya. Tetapi ada kabar buruk bagi backpacker yang gemar memotret, karena mengirim CD berisi foto tak diizinkan. Sebenarnya, segala macam CD, VCD, dan DVD dilarang dikirim keluar Pakistan. “Tidak boleh,” kata petugas di loket, “karena mengirim CD pasti kena objection.” Ibu paruh baya di bagian informasi, [...]

April 29, 2015 // 0 Comments

CNN Indonesia: Cengkeram Penulis Indonesia di Eropa Makin Kuat

Vega Probo, CNN Indonesia Selasa, 14/04/2015 16:10 WIB   Jakarta, CNN Indonesia — Hanya segelintir penulis Indonesia yang karya-karyanya dikenal di luar negeri. Sebut saja, Pramoedya Ananta Toer. Namun kini, agaknya angin sejuk tengah berembus membawa nama-nama penulis baru ke daratan Eropa. Dua penulis Indonesia, Eka Kurniawan dan Agustinus Wibowo, turut berpartisipasi di London Book Fair di London, Inggris, pada 14-16 April 2015. Nama yang disebut terakhir ini dikenal lewat buku Selimut Debut, Garis Batas, dan Titik Nol. “Saya ada talkshow soal travel writing Indonesia dan pameran foto Melihat Dunia dari Lensa Orang Indonesia,” kata Agustinus kepada CNN Indonesia melalui pesan singkat, hari ini (14/4). “Kegiatan saya nanti pas hari terakhir, 16 April.” Saat ini, Agustinus mengaku sedang berkeliling arena bersama rombongan Indonesia. Selain Eka dan Agustinus, juga turut Desiree Sitompoel (seniman dan kolektor cangkir), Haidar Bagir (cendekiawan dan penulis), Putut Widjanarko (Penerbit Mizan),  Lucya Andam Dewi (Presiden IKAPI), serta Sari Meutia (CEO Mizan Publishing, Koordinator Promosi dan Publikasi Komite Nasional Indonesia di London Book Fair). Eka dikenal lewat buku Lelaki Harimau yang telah diterbitkan oleh Verso UK dengan judul Man Tiger. Desiree meluncurkan buku SophisTEAcation-An Anthology of Porcelain Teacups Collecting, yang ditulis oleh Arlyn Lawrence. Haidar, Putut dan Lucya [...]

April 14, 2015 // 0 Comments

Gramedia (2013): Resensi Pilihan – Titik Nol

2 April 2013 http://gramedia.tumblr.com/post/46926421949/resensi-pilihan-titik-nol-agustinus-wibowo Oleh: Nabila Budayana (http://www.goodreads.com/review/show/549712128) Selimut Debu adalah buku yang ‘nyaris tak memberikan celah’. Garis Batas ‘sedikit memberikan celah’. Titik Nol adalah buku yang terbuka. Membaca Titik Nol bukan hanya tentang mengenali dan menyelami berbagai makna dalam kehidupan dari sebuah perjalanan, namun juga mengenal pandangan dan isi hati sang penulis. Sempat beredar kabar akan terbit di tahun 2012, mundur menjadi awal Februari 2013, akhirnya benar-benar beredar di akhir Februari 2013. Saya termasuk yang menunggu. Cover birunya memperlihatkan seorang anak yang seakan terbang setelah melompat dari batang pohon yang tak berdahan dan berdaun. Bagi saya, cover itu bercerita tentang kebebasan dan keberanian. Identik dengan sisi yang dimiliki seorang pejalan. Jauh hari sebelum buku ini terbit, penulis telah mengatakan bahwa Titik Nol kelak akan berupa makna perjalanan, bukan hanya perkara destinasi. Sesuai dengan tagline yang digunakan : “Makna Sebuah Perjalanan”. Makna perjalanan yang menjadi tema besar dari buku ini mencakup begitu banyak hal yang seakan tak habis. Menggabungkan kisah tentang tujuan (Tibet, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan) dan perenungan bukan hal mudah. Melalui Twitteriak, Agustinus Wibowo mengatakan ada dua plot paralel dalam Titik Nol. Nyatanya, dua plot tersebut adalah kisah tentang mama penulis dan kisah tentang [...]

April 2, 2013 // 0 Comments

Wego Indonesia (2013): Agustinus Wibowo pengelana negeri tak terjamah

20 March 2013 http://www.wego.co.id/berita/agustinus-wibowo-pengelana-negeri-tak-terjamah/ Wego Indonesia Meet the Travelers Agustinus Wibowo pengelana negeri tak terjamah by Deasy Elsara March 20, 2013 Agustinus Wibowo dengan buku perjalanan ketiganya yang berjudul Titik Nol. Laksana kepompong yang keluar dari perlindungannya usai tidur panjang, seperti itulah hidup Agustinus Wibowo sejak 10 tahun silam. Kutubuku canggung yang jarang keluar rumah dan takut panas, kini telah berkelana ke negara-negara yang  mungkin luput dari daftar tujuan traveler kebanyakan. Agustinus kecil bercita-cita menjadi seorang turis. Bukan polisi, dokter, atau profesi-profesi lain yang dianggap mulia dan menjadi tolak ukur kesuksesan. Ia rela melepaskan modal masa depan sebagai lulusan universitas terbaik di Beijing, Cina, demi mengunjungi negara-negara yang dulu hanya bisa ia intip dari koleksi perangkonya. Semua berawal ketika Agustinus menjadi sukarelawan tsunami di Aceh pada Januari 2005. Di daerah yang luluh lantak akibat terjangan gelombang dahsyat tersebut, ia justru melihat semangat warga yang kuat untuk bangkit kembali. Agustinus yang saat itu baru lulus dari jurusan Komputer, bertekad banting stir menjadi seorang jurnalis. Tujuannya hanya satu, bisa mengunjungi tempat-tempat yang tak biasa dikunjungi, untuk menyebarkan cerita-cerita inspiratif. Warna-warni Nepal yang terpancar dari busana yang dikenakan oleh penduduk lokal. Rencananya jelas, ia akan melakukan perjalanan dari Beijing [...]

March 20, 2013 // 0 Comments

Tempo (2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah

Majalah Tempo (18 September 2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah Resensi oleh J. Sumardianta Kisah perjalanan yang menguak betapa Islam Asia Tengah simpel tapi misterius. Warisan sekularisasi Uni Soviet. GARASIMOV, arkeolog Rusia, menemukan kuburan Timur Leng di Registan, Samarkand, pada 1941. Pada penutup peti raja yang bengis itu tertulis “Barang siapa mengutak-atik jasad Amir Timur akan dihancurkan musuh yang lebih beringas.” Seolah wujud dari nujum itu, beberapa jam sesudah kuburan Timur Leng di bongkar, pasukan Hitler menyerbu dan menduduki Uni Soviet. Di Uzbekistan, Amir Timur adalah kebanggaan. Di Samarkand, kota terbesar kedua Uzbekistan, patungnya duduk anggun di singgasana, menggengam sebilah pedang. Pada masa kegila kegemilangannya di abad ke-14, Samarkand merupakan sentra peradaban Islam, kota di Jalur Sutra. Agustin Wibowo, jurnalis dari Lumajang, Jawa Timur, yang kini bermukim di Beijing, menuturkan kemegahan Islam di Asia Tengah itu melalui Garis Batas : Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah. Inilah dokumentasi petualangannya menjelajahi pelbagai negeri pecahan Uni Soviet-Tajikistan, Kirgistan, Uzbekistan, Kazakstan dan Turmenistan. Di negeri-negeri itu terjadi perkembangan yang berbeda-beda. Tajikistan terkapar dalam kemiskinan. Kirgistan dan Kazakstan bergemilang kemakmuran kapitalisme. Dan Turkmenistan diliputi nostalgia sosialisme utopis. Tradisi Islam telah dipenggal Uni Soviet. Peradaban Islam meredup, hampir punah. Sholat, puasa, huruf Arab [...]

September 18, 2011 // 5 Comments

Garis Batas – Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah (Borderlines)

My second published travel writing book, on journey to Central Asian countries (The “Stans”). Indonesian language. Borderlines – Journey to the Central Asian States Everyday, Afghan villagers stare to “a foreign country” which is just a river away. They look at passing cars, without even once experiencing sitting inside the vehicles. They look at Russian-style villas, while they live in dark mud and stone houses. They look at girls in tight jeans, while their own women are illiterate and have no freedom to travel. The country across the river seems magnificent—a magnificent fantasy. The same fantasy brings Agustinus Wibowo travel to the mysterious Central Asian states. Tajikistan. Kyrgyzstan. Kazakhstan. Uzbekistan. Turkmenistan. The “Stan brothers”. This journey will not only bring you step on snowy mountains, walk accross borderless steppes, adsorbing the greatness of traditions and the glowing Silk Road civilization, or having nostalgy with Soviet Union communism symbols, but also finding out the mystery of fate of human beings who are always being separated in the boxes of borderlines. Paperback, 528 pages Published April 14th 2011 by Gramedia Pustaka Utama ISBN13 9789792268843 primary language Indonesian original title Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah url http://www.gramedia.com/buku-detail/84515/Garis-Batas ————– Garis Batas: Perjalanan [...]

April 25, 2011 // 4 Comments

My First Book, “BLANKET OF DUST — SELIMUT DEBU” is Launched in Indonesia

Finally…. after long time of editing and rewriting, and editing again, and rewriting again, (I already have lost count about the process), my first travel narrative book will be launched by Gramedia Pustaka Utama, one of the leading publishers in Indonesia, by January 12, 2010. This book is about Afghanistan, based of my travel around the country by hitchhiking in 2006, but the contents are enriched with my contemplation after my two and half year stay in Afghanistan as a journalist. The first edition is in Indonesian, but hopefully an English version will come out soon as well. ——————————————– http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=KAHI4419&kat=4 Selimut Debu – Agustinus Wibowo 468 halaman Rp69.000,- Dilengkapi foto-foto berwarna. No GM 40101100002 ISBN: 978-979-22-5285-9 Pada tahun 2006, Agustinus mulai melintasi perbatasan antar negara menuju Afghanistan, dan selama dua tahun ia menetap di Kabul sebagai fotografer jurnalis—catatannya di buku ini adalah hasil perenungan yang memakan waktu tak singkat. Selimut Debu akan membawa Anda berkeliling “negeri mimpi”—yang biasa dihadirkan lewat gambaran reruntuhan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum—sambil menapaki jejak kaki Agustinus yang telah lama hilang ditiup angin gurun, namun tetap membekas dalam memori. Anda akan sibuk naik-turun truk, mendaki gunung dan menuruni lembah, meminum teh dengan [...]

January 6, 2010 // 34 Comments