Recommended

heroin

Titik Nol 153: Keresahan yang Terpendam

Terpenjara [ilustrasi] (AGUSTINUS WIBOWO) Di balik terali besi pintu gerbang penjara kota Gilgit, saya berjumpa dengan kedua gadis Indonesia yang terpenjara. Dua gadis itu bertubuh pendek. Berkaus lengan panjang dan mengenakan celana training. Warna kerudung mereka mencolok, menyembulkan rambut hitam di dahi. “Mas dari Indonesia ya?” sapa gadis kedua yang baru datang. Suaranya lembut. Ramah sekali. “Sendirian ke sini? Kenapa ke sini?” Saya bercerita tentang Rajja Sadafar dari kantor District Commissioner di Gilgit. Si gadis mengangguk-angguk, mengucapkan terima kasih. Gadis yang satu lagi, yang semula berteriak-teriak mengusir saya, kini datang mendekat dan bergabung dalam percakapan. Tetapi, belum sempat kami bercakap-cakap banyak, dan masih cuma taraf basa-basi, tiba-tiba terdengar suara menggelegar. “Jao!Tum jao! Pergi! Pergi kamu!” Seorang sipir berlari sambil membentak, membuat gerakan seperti mengusir ayam. Tak pernah saya diperlakukan seperti ini selama berada di Pakistan, yang orang-orangnya ramah dan lembut. “Jao!” teriaknya lagi. Kini sudah hampir menyeret saya menjauh. Di kejauhan, Mariam dan Christina sayup-sayup memandang. Saya tak tahu apa yang mereka pikirkan. Pertemuan ini sangat mengecewakan. Sudah sekian lama saya memimpikan untuk bertemu dengan kedua gadis ini. Sebenarnya saya sudah mendengar kisah mereka sejak dua bulan silam, dari gosip-gosip yang beredar di Gilgit. Adalah Rajja Sadafar yang membuat saya [...]

March 25, 2015 // 4 Comments

Titik Nol 152: Terpenjara

Terpenjara [ilustrasi] (AGUSTINUS WIBOWO) Di kota Gilgit, ada dua kawan kita yang terkucil dalam penjara. “Kasihan sekali,” kata Rajja Sadafar, seorang pegawai pemerintahan di kantor Deputy Commissioner, “mereka sendirian di sini. Tak ada yang mengunjungi. Tak ada kawan, tak ada keluarga.” Matanya berkaca-kaca ketika berkisah tentang dua gadis Indonesia yang terpenjara di Gilgit. Rajja, pria berusia empat puluhan ini, begitu senang bertemu saya yang kebetulan sedang memperpanjang visa di kantor DC. “Jarang ada orang Indonesia bisa sampai ke sini. Sebagai kawan senegara, kamu mesti menengok mereka. Bawalah buah, mereka pasti senang sekali.” Rajja kemudian menulis dalam buku catatan saya, ‘Maryam dan Christina’, nama kedua gadis itu. Di kota Gilgit, rumor bertebaran tentang kedua gadis misterius ini. Khalayak ramai seakan tahu segala-galanya tentang mereka. Kasusnya pernah merebak, menjadi buah bibir di kota. Maryam dan Christina ditangkap petugas perbatasan Pakistan ketika mencoba menyelundupkan empat kilogram heroin ke negeri Tiongkok, melalui perbatasan Karakoram Highway. “Mereka gadis lugu,” kata Yaqub, pemilik penginapan yang katanya pernah diinapi oleh Maryam dan Christina sebelum ditangkap, “masih sangat muda belia. Wajah mereka mungil dan tubuhnya pun kecil. Ada seorang pria Pakistan bersama mereka. Kasihan, gadis-gadis itu diperalat karena keluguannya.” Heroin itu konon disimpan di dasar tas ransel mereka. [...]

March 24, 2015 // 6 Comments