Recommended

homesick

Titik Nol 162: Rindu Rumah

Pathika yang masih bernafas di tengah kehancuran (AGUSTINUS WIBOWO) Kehangatan keluarga-keluarga Noraseri terkadang membuat saya tersiksa. Ada kerinduan yang menggebu di dalam hati – kerinduan akan rumah, kampung halaman, ayah bunda dan keluarga. Sudah lebih dari satu bulan saya tinggal di desa ini. Saya masih ingat betul, betapa garangnya hujan di Kashmir kala itu, diikuti gemuruh longsor yang sambung-menyambung, dan gelap gulita di setiap malam. Di bawah kelip lampu petromaks, saya menyantap nasi biryani dan kari tanpa sendok, berkenalan dengan belasan kawan baru yang nama-namanya hampir mustahil untuk diingat semua. Tetapi sekarang, ketika gunung-gunung menjulang di seluruh penjuru itu berbalut permadani rerumputan hijau, saya merasa sudah menjadi bagian dari kampung ini. Saya mulai tahu gosip-gosip yang beredar. Penduduk desa pun selalu memanggil nama saya. Medan gunung yang berat, naik turun tebing, meloncati batu besar, sekarang sudah menjadi keseharian saya. Dulu saya hanya tahu Pak Basyir cuma penjaga tenda, tetapi sekarang saya tahu bahwa Bu Basyir sering menangis di malam hari hanya karena merindukan saya. Ketika saya ‘turun gunung’ untuk berinternet, Afaq, Danish, Ilham, dan para pemuda desa lainnya selalu menanyakan keberadaan saya. Pak Dokter yang penuh candaan konyol ternyata menyimpan kisah sedih di sudut rumahnya. Demikian pula keluarga Pak Haji yang [...]

April 7, 2015 // 0 Comments

Titik Nol 160: Akhir Sebuah Perkabungan

Mahfil, menutup masa perkabungan meninggalnya Haji Sahab (AGUSTINUS WIBOWO) Saya masih ingat nuansa pilu pada acara perkabungan di bawah rintik hujan itu. Almarhum Haji Sahab meninggalkan berbagai kenangan di sanubari penduduk Noraseri. Tak lama lagi masa berkabung empat puluh hari ini akan berlalu. Sekali lagi saya menginap di rumah almarhum Pak Haji yang didiami janda dan putra-putrinya. Kali ini saya datang setelah menerima undangan peringatan chehlum, empat puluh hari, kepergian almarhum. Rumah Haji Sahab kali ini jauh lebih meriah daripada biasanya. Semua sanak saudara dan kerabat berdatangan untuk memperingati hari terpenting dalam rentetan acara perkabungan ini. “Ini kawan saya,” kata Hafizah dengan ramah, memperkenalkan seorang wanita. ‘Teman’ yang dimaksud ternyata saudara iparnya. Kemudian ada lagi ‘kawan’ yang lain, yang ternyata bibinya. Ada puluhan ‘kawan’, datang dari segenap penjuru Kashmir dan Punjab untuk memanjatkan doa untuk almarhum. Bocah-bocah berlarian ke sana ke mari, loncat ke sini, loncat ke sana. Terkadang suara tangis menambah semrawutnya suasana rumah ini. Chehlum, bagi Bu Haji, adalah sebuah kesempatan bahagia yang cukup langka. Tidak sering sanak saudara bisa berkumpul seperti ini. Bu Haji cukup sibuk, setiap ada tamu yang datang beliau menemani para tamu memanjatkan doa bagi almarhum Haji Sahab. Tetapi beliau masih sangat bersemangat dengan [...]

April 3, 2015 // 0 Comments

Noraseri – Homesick

March 29, 2006 Totally devastated, but life has to go on Time passed very fast, and it had been my thirtieth day in the NGO camp in Noorasery. I was reading some printed material from Andreas Harsono blog (andreasharsono.blogspot.com) which explained about some basics of journalism. This weblog was recommended in the photographer website. It was indeed enlightening. The posts were mostly in Indonesian, and the articles about investigative journalism, how to write in English, some basic elements of journalism, the narrow Indonesian nationalism in tsunami disaster, and the literal journalism were very well-written that I thought deeply about my country. He was right, Indonesia, our country, was full of problems. It was not difficult to see injustice, suppressed people, poverty, mysteries, struggles, and so on. I felt that somehow I wanted to dedicate myself deeper to the journalism world. But I still had too much to learn, as my educational background was not exactly fit with this new life I am trying to start. There is no reason to complain. Live here is much harder. Reading the articles in Indonesia made me really homesick. I dreamt about Indonesia, and somehow wanted to be there soon. I missed the food, [...]

March 29, 2006 // 2 Comments