Recommended

interview

[Suara.com] Agustinus Wibowo, Kisah Pengeliling Dunia Berbekal 2000 Dolar AS

Esti Utami : 02 Dec 2015 | 09:01 Suara.com – “Lakukanlah perjalanan. Karena perjalanan tidak hanya mengenalkanmu pada dunia luar, tapi juga membuatmu lebih mengenal diri sendiri. Tanpa perjalanan, kamu bisa kehilangan kesempatan untuk mengenal diri sendiri.” Itulah pesan seorang Agustinus Wibowo, salah satu orang yang menjadi ‘nabi’ bagi para backpacker di tanah air. Ia adalah seorang petualang, musafir, pengembara. Seorang backpaker sejati. Bagi banyak orang, aktivitas jalan-jalan dengan biaya rendah sebagai bakckpaker adalah hobi. Tapi bagi Agus, demikian Agustinus biasa disapa, menjadi backpaker adalah hidupnya, napas yang setiap hari dihelanya. Perjalanan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan laki-laki kelahiran Lumajang, Jawa Timur 34 tahun silam ini. Hidup, baginya, adalah sebuah perjalanan yang pelakunya tidak tahu kapan semua itu akan selesai. Ribuan kilometer jarak telah dijejakinya. Banyak negara telah dikunjunginya, tapi ia belum tahu kapan akan berhenti. Ditemui di sela peluncuran buku di “Titik Nol” versi bahasa Inggris beberapa waktu lalu, Agus, demikian ia sering disapa, mengatakan ia sedang merencanakan untuk sebuah perjalanan ke Myanmar. Meski menurutnya, perjalanan ke Myanmar kali ini adalah untuk ‘berhenti’. “Saya mungkin sebulan di sana. Tiba-tiba saja ingin ke sana, mungkin untuk tidak melakukan apa-apa. Meski untuk itu saya harus rela melepaskan banyak hal,” ujarnya. [...]

December 2, 2015 // 13 Comments

[GIV]: The Knowmad’s Journey Along Indonesia’s Eastern Border

Global Indonesian Voices Posted On 01 Dec 2015 By : Tony Sugiarta and Jennifer Sidharta For the locals, the Indonesia-Papua New Guinea border is so vague that they could not differentiate which part belongs to which country. Here is a story from Indonesian travel writer and photographer Agustinus Wibowo, who have spent a significant amount of time at the border area. Students at Tais, a coastal village located at Papua New Guinea’s Western Province. (Photo source: Agustinus Wibowo) Perspective Singapore, GIVnews.com – At one point of our life, we all question our identity. Agustinus Wibowo takes it a step further, as he makes it his quest. Many who are familiar with his works will agree that they are hardly classified as the typical travel writings like Lonely Planet guidebooks or reviews of glamourous hotels and establishments. Instead, Agustinus travels to contemplate intrapersonal conflicts and writes about them, taking readers along to experience his physical and mental tribulations. No doubt, he is a great storyteller and in Singapore, GIV had the privilege to sit down and listen to his adventure in Papua New Guinea, Indonesia’s closest, yet the furthest, neighbour. “So how can they survive? So this is the reason of the anger. [...]

December 1, 2015 // 0 Comments

[Outdoor Exploration户外探险]:旅行就是回家

Interview with a Chinese Magazine, “Outdoor Exploration” (户外探险) on traveling and travel philosophy. 旅行就是回家 Agustinus Wibowo 印尼华人,旅行作家,2002年开始背包旅行,曾三次进入阿富汗,在那里生活了将近三年,并曾深入阿富汗最人迹罕至的瓦罕走廊地带,寻找电视新闻以外的阿富汗;也曾游历中亚五国所有的边境地区。每次的旅行,他都选择最艰苦的方式,搭车、住最廉价的旅馆。在旅行中,他全部的兴趣都在人的身上,已经出版两本旅行文学畅销书《A Blanket of Dust: Dreams and Pride from the War-torn Afghanistan》《Borderlands: A Journey to Central Asia》《Ground Zero: When the Journey Takes You Home》,最近还将余华的小说《活着》首次翻译成印尼文版本。   只有在旅行中才没有身份 [...]

July 27, 2015 // 0 Comments

Jawa Pos (2015): Traveling Gila tanpa Lewat Udara

Agustinus Wibowo, Traveler dan Travel Writer Muda Indonesia http://www.jawapos.com/baca/artikel/18472/agustinus-wibowo-traveler-dan-travel-writer-muda-indonesia Traveling Gila tanpa Lewat Udara 7/06/15, 05:00 WIB Hidup adalah perjalanan. Sebagai traveler sekaligus travel writer, Agustinus Wibowo tentu sudah akrab dengan jalanan. Stempel belasan negara telah melekat di paspor. Puluhan ribu kilo sudah ditempuh. Banyak cerita dan potret yang telah dihimpun dan dibagi. Apa lagi yang dia cari? MELIHAT sosok Agustinus Wibowo, orang tidak akan langsung percaya bahwa empunya nama pernah menjajal profesi pewarta foto di Afghanistan. Penampilan sederhana –kaus, celana selutut, serta sepatu olahraga serbagelap– dengan didukung wajahnya yang ramah senyum, pria asal Lumajang tersebut tampak innocent. Bahkan, mengutip traveler Malaysia Lam Li, Agus tampak seperti ’’anak lelaki lucu’’. ’’Jadi, traveler adalah salah satu impian masa kecil saya. Beginilah saya sekarang. Serba berpindah-pindah,’’ kata sulung dari dua bersaudara itu. Padahal, Agus kecil bukan anak yang pemberani. Untuk menempuh jarak ratusan meter, dia lebih memilih naik becak. Padahal, kota tempat dia tinggal, Lumajang, bukan kota yang besar dan ganas. Setiap hari lelaki pemalu itu memilih berdiam diri di rumah untuk membaca buku. Buku pintar, ensiklopedia, bahkan buku pelajaran menjadi makanan sehari-hari buat Agus. Hobi tersebut membawa berkah buatnya. Selama SD hingga SMA, dia tidak pernah luput dari [...]

June 7, 2015 // 24 Comments

行李︱Agustinus:在阿富汗的3年里……

 2015-05-15 行李 他是堪比奈保尔的著名作家,曾以最艰苦的方式在阿富汗生活3年,深入人迹罕至的瓦罕走廊,并游历中亚5国所有边界地区,现正采访印尼数百个岛屿的神秘故事。 (Augustin Wibowo在帕米尔高原) 行李&Augustin Wibowo 行李:你最近刚参加完伦敦书展? Augustin :是,印尼是今年法兰克福书展的主题国,所以印尼出版界推荐了很多本国作家到世界各地参加书展。伦敦书展是世界第二大书展,我是作为印尼游记文学的作家代表去伦敦演讲,介绍印尼游记文学的情况。 行李:在国外,游记文学已经单独作为一个门类了吗? Augustin :在英国是这样。英国在游记文学方面是全世界最发达的,已经有几百年历史,英国人很早就开始到世界各地游历,游记文学在英国已经变成一个门类,这个是他们文化的一部分。在美国,travelwriting这个词并不流行,但你在英国的书店里,所有在travel门类下的书基本都是旅行文学类的,甚至历史、地理、传记类的书籍都包含在里面。但在其他国家,travelwriting一般只有导游书。 行李:中国现在也出现了大量游记文学,但感觉真正好的作品并不多,你在读游记文学方面有什么经验? Augustin [...]

May 17, 2015 // 1 Comment

CNN Indonesia: Indonesia Darurat Penulis Buku Perjalanan

Vega Probo, CNN Indonesia Kamis, 14/05/2015 11:15 WIB Jakarta, CNN Indonesia — Minimnya buku perjalanan Indonesia—narasi, bukan panduan—yang ditulis oleh orang Indonesia, mendorong penulis Agustinus Wibowo untuk memulai proyek baru: keliling Indonesia. Hal ini berawal dari keprihatinannya. “Kebanyakan buku perjalanan Indonesia ditulis oleh orang asing. Mereka memberikan pandangan atas-bawah,” kata Agustinus kepada CNN Indonesia, saat ditemui di kawasan Slipi, Jakarta Barat, baru-baru ini. Pandangan atas-bawah yang dimaksud Agustinus merujuk pandangan yang merendahkan: bangsa asing merasa dirinya lebih unggul, sementara bangsa Indonesia dipandang negatif dan primitif. Ia pun melanjutkan, “Berbeda halnya bila buku perjalanan Indonesia ditulis sendiri oleh orang Indonesia, maka pandangan yang diberikannya sejajar, tidak berat sebelah.” Sebagai penulis perjalanan, pria asal Lumajang, Jawa Timur, ini mengakui tulisan perjalanan membawa bias dan persepsi dari orang yang melakukannya. Tanpa disadari, terjadi penjajahan fantasi. Contohnya, orang Indonesia digambarkan sebagai si pemalas oleh orang asing. Fatalnya, bila literatur asing ini dibaca anak cucu kita, maka begitulah gambaran yang ia dapat tentang nenek moyangnya. Padahal tidak semua orang Indonesia malas. Gambaran salah kaprah macam ini tidak akan terjadi andai orang Indonesia sendiri yang melakukan penjelajahan dan mencatatnya dalam buku perjalanan. Padahal lagi, bangsa Indonesia adalah bangsa bahari yang [...]

May 14, 2015 // 7 Comments

CNN Indonesia: Agustinus Wibowo Menjamah Perbatasan Papua

Vega Probo, CNN Indonesia Rabu, 13/05/2015 22:01 WIB   Jakarta, CNN Indonesia — Dituduh mata-mata OPM dan “diintai” buaya saat melintasi perairan. Begitulah antara lain petualangan seru yang dialami penulis Agustinus Wibowo saat blusukan di daerah perbatasan Papua-Papua Nugini, beberapa waktu lalu. Petualangan yang dilakoninya selama beberapa bulan ini merupakan awal dari sebuah proyek besar: berkeliling Indonesia. Berikutnya, ia akan mengestafet perjalanan ke daerah perbatasan Indonesia lain dan merangkumnya dalam sebuah buku perjalanan. “Kebanyakan buku perjalanan Indonesia ditulis oleh orang asing. Mereka memberikan pandangan atas-bawah,” kata Agustinus kepada CNN Indonesia, saat ditemui di kawasan Slipi, Jakarta Barat, baru-baru ini. Dengan melakukan dan menulis perjalanan sendiri, setidaknya, menurut Agustinus, kita—orang Indonesia—tidak perlu meminjam persepsi bangsa asing untuk mengenal dan memahami negerinya. Pandangan yang diberikan pun sejajar, tak berat sebelah. Bukan perkara mudah bagi penulis buku Selimut Debu, Garis Batas dan Titik Nol ini untuk menjelajahi daerah perbatasan Papua. Akses terbatas, kriminalitas tinggi, dan komunikasi pun terkendala. Namun semua itu tak menyurutkan semangatnya. Ice Breaking Setiap Hari Lalu, bagaimana caranya menyatu dengan warga setempat? Mengingat tidak banyak turis di daerah perbatasan Papua. Terlebih secara fisik, Agustinus, yang bermata sipit dan berkulit kuning, terlihat mencolok dan asing. “Saya harus [...]

May 13, 2015 // 2 Comments

中国网:呈现106期–行走故事–世界那么大,我想找个“家”

http://h5.china.com.cn/cx/publish/0509/ 想讲一个“回家”的故事 奥古斯丁,印尼华人作家,34岁。由于自我身份无法认同的过程驱动他踏上“寻家”之旅。奥古斯丁行走世界,虽漫笔各地域,落笔终回归印尼和华人的人与事,字里字外尝试解读这个新世界。  中国曾让他“看不懂” 奥古斯丁很难与长辈交流,无法得知更多关于中国的事情。联姻结盟后,他的表兄弟中开始出现蓝眼睛的后代。近百年历史沉浮,贯穿印尼华人祖孙辈的情感羁绊,因语言障碍,因联姻,情感在一步步萎缩。  陌生又熟悉的中国版图 大多数印尼华人对于中国的印象皆自一代代口耳相传下来模糊记忆,更多源于想象,且所有记忆也仅停留当初第一批移民华人离开中国时的样子。  回中国是当时印尼华人梦想 奥古斯丁被同学称为中国“新客”;老师说:“你是中国人”;妈妈说:“你要回中国,那里是你的家”。伴随着苏哈托极权时代的“排华运动”,印尼华人境遇每况愈下。越是被压抑,越发加深内心无限放大对中国的信仰。  他是大家眼里的“印尼人” 18岁的奥古斯丁只身踏上中国寻“根”之路,清华大学的学习压力将他的恐惧感延续,曾一度想到自杀。从大学期间的中国生活,直至后来留京工作,奥古斯丁觉得中国没有带给他“家”的感受。 [...]

May 9, 2015 // 3 Comments

Adventurer Agustinus Wibowo: A journey home

By Rory Howard China.org.cn, May 8, 2015 Agustinus Wibowo is a Chinese-Indonesian author. At first glance, he seems more like a traveler than an adventurer and more like a happy conversationalist than a philosopher. But just as my first impression of him is challenged by what I learn of him in our conversation, so too do we find in his latest book, “Ground Zero: When the Journey Takes You Home,” that his sense of self has been tested by his upbringing, his culture and his travels. Danger, charity, humanity Wibowo’s first two books – “A Blanket of Dust” and “Borderlines: A Journey to Central Asia” – tell of his earlier travels through Afghanistan, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan and Uzbekistan. When asked what took him to these places, he answers that his journeys were governed by chance. “I wanted to be a journalist, but I didn’t have a background in journalism. The road itself is the best university,” he says. His journey began in China, the “land of his ancestors,” where he studied computer engineering for many years in Beijing before becoming disillusioned by education. He had no interest in pursuing a career in his field, so he decided he had to travel [...]

May 8, 2015 // 1 Comment

CNN Indonesia: Penulis Indonesia Berjaya di London Book Fair

Vega Probo, CNN Indonesia Jumat, 17/04/2015 12:25 WIB   Jakarta, CNN Indonesia — Stand Indonesia di ajang London Book Fair (LBF), meriuh saat digelar acara bincang-bincang Indonesian Travel Writing: When Indonesians See The World yang menghadirkan penulis Agustinus Wibowo, pada Kamis (16/4), pukul 11 waktu Inggris. Agaknya publik London mulai jatuh hati pada kisah-kisah seru yang dipaparkan oleh penulis Indonesia. Sebagaimana diketahui, Agustinus adalah penulis buku best seller berjudul Selimut Debut, Garis Batas, dan Titik Nol. “Kalau ditotal sekitar 30 orang yang mendengarkan acara, baik di tempat duduk maupun dari luar stand. Di luar stand juga diputar video-video Afghanistan yang menarik pengunjung untuk datang,” tulis Agustinus melalui surel kepada CNN Indonesia (17/4). Stand Indonesia, 5B140, menampilkan 223 judul buku pilihan dari berbagai penerbit. LBF adalah ajang jual beli rights buku. LBF diramaikan 25.000 pelaku industri dari 124 negara. Selain itu, juga digelar acara diskusi dan pameran foto. “Stand Indonesia terletak di corner dengan lemari buku di sisi-sisi tembok yang menampilkan buku anak-anak, sastra, dan fotografi. Ruangan terbuka di keempat sisi tembok sehingga pengunjung bisa mengalir dari berbagai arah,” kata Agustinus. Pengalaman Lebih Berharga Ketimbang Uang Pria yang kenyang bertualang ini tak tampil sendirian, melainkan bersama Elizabeth Pisani, penulis Indonesia Etc. [...]

April 17, 2015 // 9 Comments

Hipwee: Agustinus Wibowo, Si Penembus Garis Batas dan Catatan Perjalanan yang Tak Melulu Indah

Danar Mustofa | Feb 3, 2015 Hipwee “Bagi saya perjalanan bukan lagi gaya hidup. Tapi perjalanan adalah kehidupan yang sesungguhnya.” Agustinus Wibowo Maraknya tren traveling memunculkan banyak penulis catatan perjalanan dengan gayanya masing-masing. Ada yang kocak, menjual tempat-tempat indah, sampai yang gemar menceritakan proses menemukan diri yang ia rasakan selama perjalanan. Ada satu pejalan Indonesia yang berbeda dari itu semua — Agustinus Wibowo namanya. Ia memilih berjalan ke negeri-negeri penuh konflik, tinggal bertahun-tahun di sana, mempelajari bahasanya, menyelundup dari satu perbatasan ke perbatasan lain tanpa visa demi satu hal: menjadi manusia.   Berbeda dengan pejalan lain yang mengunjungi destinasi indah semata, Agustinus justru pergi ke tempat-tempat yang dihindari orang karena ketidakamanannya Bicara soal pejalan yang sekarang naik daun tentu membuat pikiran kita terbang pada destinasi eksotis yang sudah tersohor. Eropa, Amerika, New Zealand, Singapura, Jepang, sampai Australia jadi destinasi favorit the so called traveler untuk melangkahkan kaki. Namun, apa yang akan kalian pikirkan ketika mendengar Afghanistan, Tajikistan, Kazakhstan maupun Turkmenistan? Tak salah memang jika dalam kepala akan muncul bayangan tentang perang, bom, dan huru-hara yang sering terjadi di sana. Sebab seluruh pemberitaan di media lain mengabarkan tentang hal yang serupa. Namun pernahkah kalian mendengar tentang pegunungan Pamir, maupun lembah Bamiyan yang [...]

February 3, 2015 // 0 Comments

Koran Sindo (2013): Lebih Akrab dengan Arab

http://www.koran-sindo.com/node/348056 Lebih Akrab dengan Arab Ada banyak cara untuk mengenal sebuah kebudayaan. Nah yang punya banyak uang dan waktu, biasanya melakukan traveling, sementara yang belum punya, salah satu dari dua hal tersebut bisa membaca buku tentang sebuah kebudayaan. Tapi ada satu cara kreatif yang bisa dilakukan selain dua kegiatan tersebut, yaitu datang ke sebuah festival kebudayaan seperti Arab Festdi Universitas Padjadjaran (Unpad). Acara keren ini baru saja selesai digelar temanteman dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) pada 7-9 November lalu. Mengapa acaranya keren? Soalnya, kegiatannya superseru! Ada diskusi dengan penjelajah sekaligus penulis beken Agustinus Wibowo, fashion showbusana Arab, sampai lomba makan makanan Arab. Keseruan bahkan sudah dimulai sejak pengunjung masuk ke gerbangnya. Pas masuk gerbang, banyak orang yang berpakaian khas Timur Tengah berseliweran di mana-mana. Sementara di pertengahan area, ada gerbang kuning dengan tulisan Arab. Lokasi ini jadi tempat yang paling banyak dikerumuni karena banyak pengunjung yang pengin narsis, berfoto-foto di dekat replika mumi yang disandarkan di gerbang. Di gerbang ini, pengunjung juga bisa mengorek langsung segala hal tentang budaya Mesir dari mahasiswa Sastra Arab yang seolah-olah menjadi tour guide. Pada hari pertama Arab Fest, ada diskusi seru tentang travelingke Timur Tengah dengan pembicara Agustinus Wibowo. Nah yang belum tahu, Mas [...]

November 30, 2013 // 0 Comments

Indonesia Book Fair (2013): Menulis Perjalanan Ke Dalam Diri Sendiri

http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-diri-sendiri/ Agustinus Wibowo: Menulis Perjalanan Ke Dalam Diri Sendiri Agustinus Wibowo (32), seorang backpacker penulis trilogi perjalanan Selimut Debu (2011), Garis Batas (2011), Titik Nol (2013) lahir 08 Agustus 1981 di Lumajang dan besar di sana. Kemudian, kuliah di Institut Teknologi Surabaya dan melanjutkannya di China. Seorang kutu buku yang tertarik pada backpacking ini, setelah berkenalan dengan backpacker perempuan asal Jepang. Pada tahun 2001, dia pun memulai perjalanannya ke Mongolia. Lalu, melanjutkannya lagi pada tahun 2005, setelah lulus kuliah, dengan  melintasi Tibet, Nepal, ke gurun pasir India, pegunungan di Pakistan Utara. Dia juga sempat bekerja sebagai sukarelawan gempa Kashmir, ke pedalaman Pakistan, berkeliling Afghanistan dengan hitchhiking, lalu ke Iran, Tajikistan, Kirgistan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Perjalanannya terus berlanjut hingga Mei 2009, ketika akhirnya dia harus pulang ke Lumajang karena Mamanya divonis kanker dan harus menjalani pengobatan. Pada kesempatan pameran Indonesia Book Fair 2013, Sabtu (09/11) di Panggung Utama Istoran Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta ia membagikan pengalamannya dalam menulis buku perjalanan. Ia sendiri jika disebut berbeda dengan penulis perjalanan lain tidak mengiranya dan begitu tahu. Karena konsep yang ia pahami dari travel writing ini dari awal sebelum ia menulis sering membaca buku-buku traveler [...]

November 9, 2013 // 0 Comments

KabarJagad (2013): Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung

Senin, 24 Juni 2013 12:57 Reporter Lora Satrapi Gaya Hidup Kabarjagad.com Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung Semua berawal ketika Agustinus menjadi sukarelawan tsunami di Aceh pada Januari 2005. Di daerah yang luluh lantak akibat terjangan gelombang dahsyat tersebut, ia justru melihat semangat warga yang kuat untuk bangkit kembali. Agustinus yang saat itu baru lulus dari jurusan Komputer, bertekad banting stir menjadi seorang jurnalis. Tujuannya hanya satu, bisa mengunjungi tempat-tempat yang tak biasa dikunjungi, untuk menyebarkan cerita-cerita inspiratif. Rencananya jelas, ia akan melakukan perjalanan dari Beijing sampai Afrika Selatan lewat jalan darat. Karena tak mendapat restu orang tua, praktis ia membiayai sendiri perjalanannya tersebut. Perjalanan akbarnya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina, pada bulan Juli 2005. Dari sana, ia menanjak ke Tibet, menyeberang ke Nepal, India, menembus ke Pakistan, Afghanistan, Iran, lalu masuk ke negeri-negeri Stan di Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Sebagai titik awal perjalanan, Tibet mendapat tempat spesial di hati Agustinus. Saat itu, ia masuk ke negeri atap dunia tersebut dengan cara menyelundup karena tak mengantongi izin masuk yang biayanya sangat tinggi. Satu bulan di Tibet dijalaninya dengan penuh ketakutan. Takut ketahuan sebagai orang asing, takut diciduk polisi, takut dipenjara, dan [...]

June 24, 2013 // 0 Comments

#VBookClub (2013): “Titik Nol”

3 May 2013 #VBookClub http://indynatalia.blogspot.com/2013/03/vbookclub-titik-nol.html?spref=tw #VBookClub – “Titik Nol” Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan membaca buku se-menarik “Titik Nol” dan bertemu dengan penulisnya, @avgustin88 di #VBookClub @VRadioFM. Sebelumnya, saya memang sudah jatuh cinta dengan buku ini. “Titik Nol” menceritakan tentang kisah perjalanan penulis, Agustinus Wibowo ke beberapa wilayah seperti Tibet, Nepal, India, Afghanistan, sampai Pakistan. Melalui buku ini, rasanya saya ikut merasakan perjalanan darat yang dilakukan @avgustin88 dan mengenal kultur kebudayaan di masing – masing daerah. Ritual ziarah di tibet yang dilakukan sambil merangkak; Eksotisnya bukit – bukit curam di Nepal; Keprihatinan terhadap India yang berbeda kehidupan dengan gambaran Bollywood; sampai rasa tidak aman saat mengunjungi Afghanistan yang tengah dilanda konflik. Dilengkapi dengan foto – foto menarik sepanjang perjalanan, saya sebagai pembaca mendapatkan gambaran yang jelas tentang terjadinya sebuah peristiwa. Tentang bagaimana sebuah tulisan mampu menggerakkan hati untuk ikut prihatin dengan apa yang terjadi di negara perang seperti Afghanistan. “Perjalananku bukan perjalananmu. Perjalananku adalah perjalananmu” Sesungguhnya, makna perjalanan yang ingin disampaikan oleh @avgustin88 adalah luas. Tidak hanya tentang berapa jumlah lokasi yang dituju, tidak hanya tentang berapa jumlah negara yang [...]

March 3, 2013 // 0 Comments

The Jakarta Globe (2011): An Indonesian’s Lust for Asian Travel

An Indonesian’s Lust for Asian Travel Lisa Siregar | May 26, 2011 http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/an-indonesians-lust-for-asian-travel/443364 For Agustinus Wibowo, a travel writer who has explored and lived in some of the most dangerous parts of Central Asia, traveling is all about gaining fresh perspectives — even if it means going unshowered for months or getting kicked out of an Afghan man’s house for refusing the generous offer of a male prostitute. “It’s not about the number of stamps in your passport. It’s the traveler’s point of view that matters,” he said last week during the launch of his new travel book, “Garis Batas” (“Borderlines”). He showed up to the launch proudly wearing a white flowing tunic known as a shalwar kameez from Afghanistan, where he had lived for several years. Agustinus, now a translator based in Beijing, is famed for his travel columns published in Kompas newspaper as well as his first book, “Selimut Debu” (“Blanket of Dust”), published in January last year. Most people like holidays in luxurious, or at the very least comfortable, spots. Agustinus is a bit more adventurous. His new book, for example, details his sometimes nightmarish experiences in Tajikistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Turkmenistan and Uzbekistan. Once, his things were [...]

March 26, 2011 // 0 Comments

Reader’s Digest Indonesia (2010): Terpukau Oleh Peradaban dan Alam

October 2010 Reader’s Digest Indonesia Memori Destinasi bukan lagi menjadi sesuatu yang penting, tetapi bagaimana proses yang terjadi selama perjalanan itu sendiri. Oleh Agustinus Wibowo Ini adalah perjalanan yang dimulai dari sebuah mimpi. Mimpi untuk menyingkap rahasia negeri Afghan. Mimpi yang membawa saya berjalan ribuan kilometer untuk menemukan rohnya, menikmati kecantikannya, merasakan air mata yang membasahi pipinya….” Begitulah tulisan dalam buku harian kumal yang menemani perjalanan panjang saya dari Beijing hingga ke Afghanistan. Hanya dengan berbekal 300 dolar, menumpang kereta kelas kambing, bus, truk, melintasi gunung-gunung Pakistan utara, bertahan hidup dengan jajanan pasar, menembus keganasan panasnya kota Peshawar dan terguncang-guncang dalam mobil berdebu saat menembus perbatasan. Sampai akhirnya saya berdiri penuh takzim di hadapan reruntuhan patung Buddha Bamiyan, Afghanistan. Surga yang cantik, dengan ranjau bertebaran di mana-mana. Perang dan pertumpahan darah seperti cadar hitam yang menyelubungi tanah Bangsa Afghan, yang diselimuti debu tebal dan dilupakan orang. Tragis memang, karena negara itu sebenarnya sangat indah dan permai. Dan meski begitu berat dan melelahkan, saya terus berjalan mengelilingi Afghanistan, untuk menemukan rahasia dan misteri negeri kuno itu, dan menjalin persaudaraan dengan warga Afghan, yang ternyata menerima saya dengan tangan terbuka, penuh cinta dan persahabatan. Tanpa terasa, dua tahun saya habiskan untuk [...]

October 8, 2010 // 6 Comments

Kontan (2007): Yuk, Keliling Dunia Tanpa Duit Berjuta-juta!

Kontan Minggu I, Oktober 2007 Yuk, Keliling Dunia Tanpa Duit Berjuta-juta!   Seluk-beluk seorang backpacker Tidak perlu menjadi triliuner untuk bisa keliling dunia. Modal niat dan tekat saja bisa membawa pehobi backpacker berkelana ke mana-mana. Eh7 Anda juga bisa meniru mereka, lo!   Agung Ardyatmo, Aprillia Ika, Femi Adi S.   Trinity. Begitu ia minta disapa. Dalam usia kepala tiga, wanita ini sudah banyak mengunjungi tempat-tempat menarik di dalam dan luar negeri. Jangan membayangkan Trinity sebagai wisatawan yang tinggal duduk manis dengan pelayanan dan fasilitas hotel bintang lima. Bukan seperti itu. Modal Trinity untuk bepergian adalah sebuah ransel di punggungnya. Jadi, jangankan kamar mewah dengan jacuzzi, Trinity rela tidur di terminal dan bandara untuk menghemat biaya perjalanan. Gaya Trinity ketika sedang bepergian itu lazim disebut sebagai backpacker. Trinity hanyalah salah seorang dari jutaan pehobi iMickjHickfn- di dunia. Menurut Bimada, pemilik jaringan Bakmi Raos yang juga hobi backpacker, ada dua tipe backpacker. Pertama, orang yang punya uang namun dia ingin bepergian dengan dana minimal. Kedua, orang yang ingin bepergian namun tidak mempunyai uang yang cukup. Bagi seorang backpacker, ada kepuasan tersendiri jika bisa mengunjungi suatu tempat tanpa harus terikat jadwal ketat yang biasa dilakukan biro perjalanan wisata. “Saya selalu melakukan backpacking [...]

October 9, 2007 // 1 Comment