Recommended

Jokhang

Titik Nol 34: Tashi Delek

Komunitas pengungsi Tibet di Nepal cukup besar jumlahnya. (AGUSTINUS WIBOWO) “Tashi Delek…!” sapa seorang pria botak. Ia mengatupkan kedua tangan di depan dadanya, setengah membungkuk, kemudian membenturkan jidatnya dengan jidat saya, seperti cara dua orang sahabat lama dari Tibet bersalaman. “Aduh… senang sekali aku, bisa ketemu kamu lagi sini. Budha memang baik,” pria asing itu melanjutkan. Matanya yang sipit menjadi segaris saja, tenggelam dalam senyumannya. Giginya kuning, tak terawat. Saya sungguh tak ingat pernah berkenalan dengan orang ini sebelumnya. Sebagai seorang backpacker yang hanya sekadar lewat di Tibet, tak mungkin saya ingat wajah setiap orang dari ratusan peziarah yang saya lihat atau barisan biksu berbaju merah. Tetapi pria berusia empat puluh tahunan ini bersikukuh pada ingatannya. “Iya… betul! Kita pernah ketemu!” katanya meyakinkan. Saya hanya tersenyum. Mau bilang tak ingat, malu. Mau bilang ingat, sungguh benar saya tak tahu siapa dia. “Kamu sekitar seminggu kemarin di Lhasa, kan? Di kuil Jokhang kan? Bawa kamera kan?” lanjut pria itu penuh semangat. Apakah orang ini bisa meramal? Tetapi memang benar saya sedang berkalung kamera (walaupun sudah rusak). Ditambah lagi dengan teori probabilitas, 80 persen turis di Nepal yang tahu artinya Tashi Delek baru datang dari Tibet, dari jumlah itu sebagian besar hanya [...]

June 18, 2014 // 2 Comments

Titik Nol 20: Perayaan Akbar

Pengibaran bendera Republik Rakyat China di depan Potala. (AGUSTINUS WIBOWO) Bendera merah dengan lima bintang emas berkibar di seluruh penjuru Lhasa. Provinsi ini sedang bersolek merayakan empat puluh tahun berdirinya Tibet Autonomous Region (T.A.R), empat puluh tahun yang merombak total wajah dan kehidupannya. Di hadapan Istana Potala, bendera besar berwarna merah berkibar gagah. Lagu kebangsaan China, “Bangkitlah…. orang-orang yang tak hendak menjadi budak ….” membahana. Barisan tentara berseragam hijau memainkan terompet, seruling, genderang. Yang lainnya melakukan gladiresik, menyambut upacara perayaan akbar yang akan berlangsung di lapangan di depan Potala. Pada tahun 1951, utusan pemerintahan Tibet di bawah Dalai Lama menandatangani perjanjian dengan pemerintah komunis di Beijing. Tibet, walaupun punya pemerintahan sendiri, tak pernah diakui oleh negara mana pun sebagai negeri berdaulat. Salah satu poin perjanjian itu adalah menyatakan Tibet adalah bagian dari Republik Rakyat China dengan otonomi. Peristiwa bersejarah itu dirayakan sebagai terbebasnya Tibet, kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Tahun-tahun berikutnya, kedudukan Dalai Lama sebagai pemimpin spiritual sekaligus dewa di hati orang Tibet, secara perlahan namun pasti, mulai tergeser, hingga pada akhirnya sang pemimpin melarikan diri ke India tahun 1959. Tanggal 1 September 1965, berdirilah Daerah Otonomi Tibet (T.A.R) dengan wilayah yang jauh lebih kecil daripada teritorial Tibet di bawah [...]

May 28, 2014 // 1 Comment

Titik Nol 18: Modernisasi

Panji-panji perayaan berdirinya Tibet Autonomous Region di bawah pemerintahan Republik Rakyat China menghiasi jalan utama Lhasa. (AGUSTINUS WIBOWO) Kota Lhasa bukan lagi ujung dunia yang misterius. Tibet bukan lagi atap dunia yang tak terjamah. Shangrila ini tidak lagi hidup dalam dunianya sendiri. Istana Potala, bekas tempat kedudukan Dalai Lama, menjulang tinggi di puncak bukit, terletak di pusat kota Lhasa. Siapa yang tak kenal landmark Tibet ini? Bangunan belasan lantai dengan seribu kamar lebih ini sudah ada sejak zaman ratusan tahun silam. Megah, menjulang gagah. Saya pernah menonton dokumentasi tentang Tibet tahun 1930-an. Kala itu, Potala sudah berdiri menjulang, dikerumuni oleh orang-orang Tibet dengan pakaian yang rumit dan berat. Kereta kuda dan keledai di mana-mana. Hulubalang kerajaan berjubah panjang, bersanggul, memakai topi seperti mangkuk. Gambaran Lhasa itu benar-benar mistis, sebuah dunia yang terkurung dalam kosmologinya sendiri. Lhasa disebut sebagai Forbidden City – kota terlarang yang tak terjamah dunia luar. Tibet, tak pernah diakui sebagai negara merdeka, tetapi pernah punya sistem pemerintahan sendiri. Theokrasi, atau pemerintahan agama, membuat rakyat Tibet larut dalam pemujaan tanpa henti. Rakyat tak lagi memikirkan pembangunan material, kesenangan duniawi. Yang semakin besar adalah kuil-kuil dengan patung emas raksasa, istana Potala yang menggurita, serta sekelompok kecil keluarga yang mendominasi [...]

May 26, 2014 // 6 Comments