Recommended

Margilan

#1Pic1Day: Pengantin Uzbek | Uzbek Bride (Margilan, Uzbekistan, 2007)

Uzbek Bride (Margilan, Uzbekistan, 2007) An Uzbekistan woman wears her traditional wedding dress, made from traditional woven silk called atlas. Ferghana is regarded as the heart of Uzbek culture, with strong identity and religious tradition. Pengantin Uzbek (Margilan, Uzbekistan, 2007) Seorang perempuan Uzbekistan mengenakan pakaian pengantinnya yang terbuat dari sulaman sutra tradisional yang dikenal sebagai atlas. Ferghana dianggap sebagai jantung budaya Uzbek, memiliki identitas dan tradisi religius yang [...]

September 30, 2013 // 1 Comment

Garis Batas 67: Air Mata Pengantin

Kelin Salom (AGUSTINUS WIBOWO) Seperti kata orang, tidak ada senyuman terhias di wajah seorang kelin, mempelai wanita Uzbek. Yig’lama qiz yig’lama, jangan menangis, gadisku, jangan menangis. Demikian lagu Yor-yor mengalun sentimentil, mengiringi sang kelin memasuki kehidupannya yang baru. Butir-butir air mata membasahi pipinya. Kelin muncul dari balik pintu, diiringi sekelompok wanita tua yang semuanya berkerudung. Pakaiannya putih berpadu dengan rompi panjang hitam berbodir indah. Wajahnya ditutup selembar kain putih transparan yang penuh dengan sulaman. Kedua tangannya terbuka lebar, masing-masing memegang ujung kain yang menutupi kepalanya. Kelin membungkukkan badan, perlahan-lahan. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Inilah gerakan salom-salom, memberi salam, menghormati wanita-wanita dari keluarga mempelai pria. Kelin berbelok ke kiri, tiga kali salom-salom, ke kanan, tiga kali salom-salom. Kepala sang kelin terus tertunduk. Tak ada senyum kebahagiaan layaknya pengantin-pengantin di negara kita. Di sini, semuanya berjalan serius, diiringi lagu Yor-yor yang sangat berat menekan perasaan. Selembar kain sutra atlas bermotif wajik-wajik merah, kuning, hijau, dan putih digelar di atas tanah. Kelin berdiri di ujung kain itu, menghadap ke arah rumah. Di ujung lainnya, satu per satu wanita dari keluarga kuyov – mempelai pria, memberikan hadiah-hadiah kepada kelin. Kelin memberikan salom-salom tiga kali, yang kemudian langsung dipeluk oleh wanita dari keluarga [...]

September 16, 2013 // 8 Comments

Garis Batas 66: Yor-Yor

Yor-yor (AGUSTINUS WIBOWO) Adakah yang lebih sempurna dari ini, menghadiri pesta pernikahan tradisional Uzbek di jantung peradaban Uzbekistan, Lembah Ferghana? Yor-yor mengalun lembut menyebar tangis, ibu-ibu tua berkerudung menari-nari, dan mempelai perempuan sesenggukan di balik cadar. Kebetulan sekali waktu saya masih asyik menghabiskan waktu di pabrik sutra Yodgorlik di Margilan, ada orang yang membagikan sobekan kertas undangan pernikahan. Acaranya besok pagi. “Sudah, datang saja,” kata Firuza. Tetapi saya kan tidak diundang. “Tak masalah. Orang Margilan sangat suka kalau acara pernikahannya didatangi orang asing. Malah kadang undangan disebar sembarangan di pasar-pasar.” Dengan muka setebal tembok, saya datang ke alamat yang tertulis di atas sobekan kertas undangan itu. Bukannya dicerca pertanyaan macam-macam, saya malah disambut tuan rumah dengan penuh kehangatan. Keramahan Lembah Ferghana di Uzbekistan memang tidak perlu diragukan lagi. Para tamu pria duduk di halaman, yang sudah dipasangi tenda dan berdinding karpet-karpet bermotif indah. Merah menyala. Tamu-tamu mengenakan chapan, jubah tebal yang sebagian besar berwarna gelap, cocok untuk musim dingin begini. Kakek-kakek tua mengenakan topi bulu hitam, tinggi dan besar. Tuan rumah segera menyiapkan roti nan dan teh hijau, bagian tak terpisahkan dari meja makan Uzbekistan. Melihat ada tamu asing yang datang, tuan rumah buru-buru memperkenalkan saya ke anggota keluarga. Saya [...]

September 13, 2013 // 6 Comments

Garis Batas 65: Plov

Makan malam bersama. (AGUSTINUS WIBOWO) Di sini sutra, di sana sutra. Kehidupan di kota sutra Margilan memang tak terpisahkan dari ipak, sutra. Tetapi yang membuat saya lebih terpukau adalah keramahan dan kemurahan hati orang-orang Lembah Ferghana, seperti yang telah saya dengar sejak lama. Lembah Ferghana disebut-sebut sebagai jantungnya kebudayaan Uzbek. Bahasa Uzbek yang paling murni katanya berasal dari sini. Lembah ini ditinggali lebih dari 8 juta penduduk, yang menjadikannya sebagai tempat terpadat di seluruh penjuru Asia Tengah. Di sini pulalah agama Islam mengakar kuat dalam keseharian, bercampur dengan adat dan kebudayaan. Tetapi yang paling membuat penduduknya bangga adalah keramahtamahan yang konon tiada bandingannya di mana pun. Tidak sulit untuk membuktikannya. Saya yang tidak sampai sehari di Margilan, langsung diajak Firuza Turdameyeva untuk menginap di rumahnya yang tersembunyi jauh di dalam gang di pinggiran kota Margilan. Gadis Uzbek yang cantik jelita ini bekerja sebagai desainer kain sutra. Kulit Firuza putih bersih. Matanya besar dan bulat. Hidungnya mancung. Senyum selalu terkembang di bibirnya yang secantik delima. Wajahnya benar-benar boleh dikatakan sebagai kecantikan tipikal Uzbek, kecantikan yang berasal dari Lembah Ferghana. Tetapi Firuza bukan tipe gadis desa. Pakaiannya modis, roknya cuma sedengkul. Saya heran bagaimana dia bertahan dalam udara yang sedingin ini. Sepatu [...]

September 12, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 64: Di Sini Sutra di Sana Sutra

Selamat datang di negeri sutra (AGUSTINUS WIBOWO) Saya menghela nafas lega ketika berhasil melepaskan diri dari Halim, yang masih ingin terus menempel ke mana pun saya pergi. Tetapi, petualangan kemarin ke kantor polisi cukup sudah, dan saya tidak mau setiap malam harus tidur merangkul erat-erat tas kamera. Akhirnya Halim hanya minta 5.000 Sum untuk ongkos pulang, dan pergi dengan tertunduk lesu. Masih dengan jantung yang berdebar-debar, saya memutuskan melanjutkan perjalanan untuk menemukan apa yang saya cari-cari selama ini. Kota Ferghana adalah kota besar di seluruh Lembah Ferghana, dengan barisan gedung yang semuanya berbentuk kotak, di pinggir jalan yang diteduhi pohon-pohon rindang. Tetapi Lembah Ferghana, bukan hanya kota Ferghana. Orang yang datang ke sini pasti bertanya-tanya, “Mana lembahnya?” Sejauh mata memandang, ke segala penjuru, tak tampak sama sekali gunung apa pun. Lembah ini luas sekali, sampai 22 ribu kilometer persegi, sampai orang pun lupa berada di lembah.  Kota-kota berdiri di dasar lembah, mulai dari Margilan kota Sutra, Andijan tempat lahirnya Raja Babur, hingga Kokand kesultanan agung Asia Tengah, semakin menyemarakkan lintasan sejarah Uzbekistan. Lembah Ferghana ini adalah salah satu perhentian utama di zaman Jalan Sutra, oasis bagi karavan-karavan unta berduyun-duyun melintasi gunung-gunung surgawi, barisan Pegunungan Tien Shan dan Pamir, membawa segala [...]

September 11, 2013 // 0 Comments