Recommended

Mazar-e-Sharif

#1Pic1Day: Sacred Ritual in Sacred Site

Sacred Ritual in Sacred Site A religious leader is preparing to attend a sacred ritual to welcome the arrival of spring, which comes together with the Persian New Year of Naoruz, in the sacred mausoleum of Caliph Ali in Mazar-e-Sharif. Upacara Suci di Makam Suci Seorang imam bersiap mengikuti upacara suci untuk menyambut datangnya Tahun Baru Naoruz di makam suci Hazrat Ali di Mazar-e-Sharif. [...]

March 21, 2014 // 0 Comments

#1Pic1Day: New Year’s Prayers

New Year’s Prayers Afghan men gather in the city park to watch New Year’s theatrical play, as part of the celebration of Naoruz New Year in Mazar-e-Sharif. Doa Tahun Baru Para lelaki Afghan berkerumun di tengah taman untuk menyaksikan drama tahun baru, sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Naoruz di Mazar-e-Sharif. [...]

March 19, 2014 // 1 Comment

#1Pic1Day: Camel Fighting

Camel Fighting The Persian New Year of Naoruz is to signify the arrival of sun in north equinox, or the arrival of spring, and has been used as the day of New Year in Persian calendar since ancient time. Naoruz is usually on 21 March. The most vibrant place to celebrate Naoruz in Afghanistan is in the northern city of Mazar-e-Sharif. The Arab descendants there have tradition of holding camel fighting competition. Many of Afghan traditional games includes fighting, in local language is known as jang (“war”), like dog fighting, camel fighting, bird fighting, even egg fighting. Adu Unta Tahun baru Naoruz adalah penanda tibanya matahari di garis balik lintang utara, merupakan tahun baru dalam penanggalan Persia kuno, biasanya jatuh pada 21 Maret. Di Afghanistan, tempat paling ramai untuk merayakan Naoruz adalah di Mazar-e-Sharif. Masyarakat keturunan Arab di sana punya tradisi mengadu unta. Banyak permainan di Afghanistan yang bersifat mengadu, dalam bahasa setempat disebut jang (perang), seperti perang anjing, perang unta, perang burung, bahkan perang telur. [...]

March 18, 2014 // 0 Comments

#1Pic1Day: Buzkashi

Buzkashi Buzkashi, the national sport of Afghanistan, usually held in winter and around the Naoruz New Year celebration. Buzkashi is the ancestor of polo, of which the horse riders fight to get a headless carcass as the ball, and they have to bring the carcass around the ground to be the winner. This sport emphasizes on values of honesty, bravery, strength, and honor—all of which are the pride for the Afghans. Buzkashi, olahraga nasional Afghanistan, biasa dipertandingkan di musim dingin dan di tengah perayaan Tahun Baru Naoruz. Buzkashi adalah nenek moyang olahraga polo, di mana para penunggang kuda berebutan sebuah bangkai binatang tanpa kepala sebagai bola yang dibawa berkeliling lapangan. Olahraga ini mengutamakan nilai-nilai kejujuran, keberanian, kekuatan dan keperkasaan, menjadi peleburan semua nilai kebanggaan Afghanistan. [...]

March 17, 2014 // 0 Comments

#1Pic1Day: The Love We Share #3 (Afghanistan, 2008)

The Love We Share #3 (Afghanistan, 2008) Father’s Dream—a father brings his sick son from a village hundreds of kilometers away and stay over a chilling night in the holy shrine in Mazar-e-Sharif at the Eve of Naoruz New Year, so they can touch the holy flag and wish for a miracle for the son’s recovery. Impian Ayah—seorang ayah membawa anaknya yang sakit dari desa yang ratusan kilometer jauhnya dan melewatkan malam yang dingin di makam suci Mazar-e-Sharif sebelum tahun baru Naoruz, sehingga mereka bisa menyentuh bendera suci dan mengharapkan mukjizat bagi kesembuhan si anak.     [...]

March 5, 2014 // 3 Comments

Selimut Debu 77: Kematian di Kota Suci

Badanku rasanya sudah hampir menguap karena hari berziarah ini. Sudah lebih dari sepuluh makam yang kami kunjungi, dan Arvin masih bersemangat mengunjungi makam-makam yang lain. Kawan-kawannya tampaknya tidak sesemangat dia, dan berhasil membujuknya untuk mengunjungi jembatan kuno. Kami sampai di tepi sungai. Waktunya beristirahat sejenak dari ritual berkomat-kamit dan menangkupkan tangan pada wajah di pinggir puluhan makam. Kami memandang iri para pemuda desa yang berenang riang gembira di sungai yang mengalir deras. Banyak dari mereka yang berenang dengan pelampung. Sebagian bertelanjang dada, sebagian lagi berenang dengan shalwar qamiz lengkap. Karena shalwar adalah celana longgar yang lebar pinggangnya bisa mencapai dua meter, begitu masuk ke air langsung menggelembung seperti balon. Entah bagaimana mereka bisa berenang dengan celana seperti itu. Di kejauhan, aku melihat sosok mayat yang sudah membiru diarak oleh para pemuda. Matanya terpejam. Lelaki itu masih dua puluh tahunan. Badannya terbalut kaus jingga tanpa lengan dan celana pendek selutut, diangkut di atas pelampung menyeberangi sungai. Para pemuda desa langsung mengerubungi mayat itu. Kasihan sekali, pemuda ini dua jam yang lalu masih berenang bersama kawan-kawannya. Ini pertama kali ia berenang, namun langsung praktek di arus berbahaya seperti ini. Akibatnya maut. Sungai ini memang tampak sejuk, namun ada banyak jeram tersembunyi. Ia [...]

February 11, 2014 // 2 Comments

#1Pic1Day: Olahraga Keperkasaan | Sport of Honor (Afghanistan, 2008)

Sport of Honor (Afghanistan, 2008) Buzkashi is the national sport of Afghanistan, and usually held amidst the Naoruz New Year celebration. Buzkashi is the ancestor of polo, of which the horse riders fight to get a headless carcass as the ball, and they have to bring the carcass around the ground to be the winner. This sport emphasizes on values of honesty, bravery, strength, and honor—all of which are the pride for the Afghans. Olahraga Keperkasaan (Afghanistan, 2008) Buzkashi adalah olahraga nasional Afghanistan, dan biasa dipertandingkan di tengah perayaan Tahun Baru Naoruz. Buzkashi adalah nenek moyang olahraga polo, di mana para penunggang kuda berebutan sebuah bangkai binatang tanpa kepala sebagai bola yang dibawa berkeliling lapangan. Olahraga ini mengutamakan nilai-nilai kejujuran, keberanian, kekuatan dan keperkasaan, menjadi peleburan semua nilai kebanggaan Afghanistan. [...]

January 9, 2014 // 4 Comments

#1Pic1Day: Bendera Ajaib | Magical Flag (Afghanistan, 2008)

Magical Flag (Afghanistan, 2008) The Afghans celebrate Persian New Year, known as Naoruz (“New Day”), which is usually celebrated on 21 March when the sun arrives exactly on northern equinox. The center of Naoruz celebration in Afghanistan is in the northern city of Mazar-e-Sharif, which is believed by the Afghans as the location of the mausoleum of Caliphate Ali bin Abi Thalib. On the Naoruz morning, they will raise a sacred flag known as “janda”. People would struggle hard to touch the flag as they believe the magical flag would cure any disease and bring good fortune. The celebration used to be banned under the Taliban. Bendera Ajaib (Afghanistan, 2008) Orang Afghanistan merayakan Tahun Baru Persia, yang disebut Naoruz (“Hari Baru”) dan jatuh pada 21 Maret, ketika matahari tepat berada di titik balik utara. Pusat perayaan Naoruz di Afghanistan adalah di kota Mazar-e-Sharif, di mana terdapat makam suci yang dipercaya sebagai makam Ali bin Abi Thalib. Di hari Naoruz, mereka akan mendirikan sebuah bendera suci yang disebut “janda”, dan orang-orang berebutan untuk menyentuh bendera itu karena dipercaya akan membawa mukjizat. Perayaan Naoruz pernah dilarang pada zaman Taliban. [...]

January 8, 2014 // 1 Comment

Mazar-i-Sharif – Perayaan di Makam Suci

The holy flag in the holy shrine Perayaan Naoruz pun dimulai. Pukul 6 pagi, barisan orang sudah mengular di depan keempat pintu gerbang menuju Rawza Sharif, makam suci Hazrat Ali. Bangunan ini megah berdiri dengan kubah-kubahnya yang bak fantasi negeri seribu satu malam. Dindingnya berukir mozaik indah. Orang asing biasa menyebutnya sebagai Blue Mosque, walaupun gedung ini tidak biru dan sama sekali bukan masjid. Mazar, artinya kuburan. Sharif berarti yang agung. Mazar Sharif menjadi ternama karena dipercaya jenazah Hazrat Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad, beristirahat di kota ini. Umat Sunni menganggap Ali sebagai khalifah keempat sedangkan Syiah menganggapnya sebagai Imam pertama. Di kalangan umat Syiah sendiri sebagaian besar menganggap tempat peristirahatan Ali (A.S) ada di Najaf, Iraq. Tetapi di Asia Tengah ada Mazar Sharif dan Shakhimardan (Uzbekistan) yang punya klaim yang sama. Bangunan megah Rawza terletak di tengah taman. Bangunan ini dibangun pada abad ke-13. Berbagai kesaksian mengenai kesucian tempat ini selalu menghiasi buah bibir orang Afghan. Makam suci Hazrat Ali dipenuhi oleh ribuan merpati putih. Konon merpati hitam yang datang akan dengan sendirinya berubah menjadi putih dalam 40 hari. Demikian pula ribuan orang yang datang ke Rawza di hari Naoruz ini. Semuanya menantikan mukjizat dari [...]

March 20, 2008 // 1 Comment

Mazar-i-Sharif – Malam Naoruz

Busy Mazar street and business before the great holy day Proses mengurus izin liputan Naoruz memang ribet. Saya mesti bolak balik ke kantor urusan kebudayaan, minta surat sana-sini, ketemu pejabat ini itu. Akhirnya kami baru sampai pada tahap akhir: penitipan kamera. “Kawanku,” kata bapak tua yang bertugas di kantor itu, “jangan lupa nanti kirim hadiah padaku ya.” Bapak itu berbicara bahasa Rusia. Entah mengapa di sini banyak sekali orang yang lebih bangga berbahasa Rusia dengan orang asing. Si bapak, walaupun baru ketemu pertama kali, sudah minta saya mencatat nomor telepon dan alamat di Indonesia. Mau kirim surat katanya. Kamera, lensa, batera, memory card kepunyaan saya, ditambah mikrofon dan kaset perekam milik Zabiullah, semuanya kami titipkan di kantor ini. Sudah ada antrean panjang jurnalis dan kameraman Afghan dan mancanegara. Petugas yang menerima pentitipan barang-barang berharga ini tampak begitu serabutan, bahkan untuk mencatat pun malas sekali. “Jangan kuatir,” katanya, “tidak akan ada yang rusak. Serahkan saja pada kami.” Bapak yang tadi minta kiriman hadiah itu juga meyakinkan saya, “besok pagi, jam 6 pagi, kamu tinggal datang ke Makam Hazrat Ali untuk mengambil barang-barang ini.” Kami cuma diberi secarik tanda terima sederhana, lebih kumal daripada karcis bus, tanpa kartu pengenal apa pun. “Ini [...]

March 19, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Keluarga Naqeebullah

Donor, projects, humanitarian, NGOs, UN, etc are the vocabulary of today’s Afghanistan Seperti malam sebelumnya, malam ini saya bermalam di rumah Naqeeb. Saya belum pernah bertemu Naqeeb sebelumnya. Saya mengenalnya melalui perantaraan seorang kawan Indonesia. Tetapi walaupun demikian, keluarga Naqeeb ramah menyambut saya. “Rumah ini adalah rumahmu,” demikian kata Naqeeb berulang-ulang. Naqeeb masih muda, tetapi kumis dan jenggotnya membuatnya nampak jauh lebih tua. Sekujur tubuhnya pun ditumbuhi bulu. Saya sempat berpikir dia berumur tiga puluhan. Ternyata dia bahkan masih lebih muda daripada saya. Naqeeb bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah NGO asing. Ke mana-mana ia selalu membawa radio HT. Dia harus terus mendengar kabar dari kantornya dan memantau situasi keamanan. Naqeeb sedang dapat tugas shift malam. Setiap sore pukul 6 ia berangkat ke kantor dan baru pulang keesokan paginya pukul 7. Sebagai satpam tentunya ia berjaga hampir sepanjang malam. Cuma tidur dua sampai empat jam sehyari sudah cukup baginya. Walaupun ia tuan rumah, saya jarang bertemu dengannya karena waktu kerjanya. Tetapi masih ada anggota keluarganya yang lain. Rumah Naqeeb cukup besar, ditinggali oleh banyak orang. Ada ayahnya yang sudah tua tetapi masih bekerja, abang-abangnya, dan hampir selusin keponakan. Hampir semua orang dewasa di rumah ini adalah pekerja sosial. Selain Naqeeb [...]

March 18, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Ata Muhammad dan NATO

Busy atmosphere of the holy shrine before the New Year. “Berada di Rawza pada saat upacara janda bala? Itu terlalu berbahaya!” kata Naqeeb. Sebuah gambar di buku tua An Historical Guide to Afghanistan tulisan Nancy Hatch Dupree, diterbitkan tahun 1977, selalu membuat saya terbayang akan nuansa penuh fantasi di Mazar. Gambar itu adalah perayaan Naoruz di kota ini. Latar belakangnya adalah bangunan megah mausoleum Hazrat Ali. Ada ratusan orang di halaman, bersorak-sorai menyambut sebuah bendera besar bangkit dari tanah. Bendera itu adalah ‘janda’ yang dipercaya mempunyai kekuatan magis. “Keamanan sekarang sudah tidak baik,” kata Naqeeb, “kalau kamu ingin melihat janda, kita lihat di televisi. Nanti kalau keramaian sudah mereda, kita berangkat bersama-sama.” Naqeeb bukan jurnalis. Dia bekerja sebagai satpam di sebuah organisasi internasional. Naqeeb tak punya hasrat untuk mengejar semua peristiwa. Apalagi baginya perayaan janda bala ini bukan sesuatu yang istimewa. Dari ke tahun sama saja, dan sudah disiarkan di televisi. Kerumunan ribuan orang yang ingin melihat pengibaran bendera mukjizat itu dikhawatirkan akan mengundang penjahat, aksi teror, dan sebagainya. Akhirnya saya terpaksa mencari cara lain, menghubungi jurnalis Pajhwok Afghan News di kota ini, yang mungkin bisa membantu saya. Zabiullah Ehsas, umurnya masih 24 tahun, tetapi sudah memegang kantor wilayah Pajhwok [...]

March 18, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Secuplik Masa Lalu

During Taliban era, celebrating Naoruz was forbidden “Sekarang semua serba mahal. Waktu zaman Taliban, semuanya murah,” Obaidullah (32 tahun), kakak Naqeebullah memulai selasar kenangannya tentang kehidupan Mazar di masa lalu. Harga barang yang terus melambung tinggi belakangan ini menjadi bahan kegelisahan hampir semua orang. Roti nan yang tahun kemarin masih 5 Afghani sekarang sudah jadi 10 Afghani (sekitar 2.000 Rupiah). Harga sepiring nasi di Salang sekarang 100 Afghani, dua dollar. Obaid berkumis tipis, berkaca mata, dan bertubuh besar. Sekarang bekerja sebagai insinyur di sebuah NGO lokal bernama CHA (Coordination for Hummanitarian Assistance). Bahasa Rusianya bagus sekali karena ia melewatkan waktu bertahun-tahun sebagai insinyur di Uzbekistan dan beberapa bulan di Turkmenistan. Sering kali ia lebih suka berbicara dalam bahasa Rusia daripada bahasa Dari dengan saya. Bahasa Inggrisnya pas-pasan. “Waktu zaman Taliban dulu, sewa rumah tak sampai 40 dolar. Sekarang, sudah ratusan dolar per bulannya.” Tetapi itu bukan berarti hidup di zaman Taliban lebih mudah. Walaupun harga murah, tetapi orang tak punya uang. Tak ada pekerjaan. Dan semua dirundung ketakutan. “Siapa yang tak takut, potongan tangan digantung di pohon, untuk memperingatkan orang akan kejamnya hukuman bagi para pelanggar.” Obaidullah menceritakan bagaimana Taliban melaksanakan hukum rajam dan gantung di lapangan. “Waktu pertama kali, [...]

March 17, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Perjalanan Menuju ke Utara

Biya ke berim ba Mazar, Mullah Muhammad jan (Mari pergi ke Mazar, Mullah Muhammad sayang) – Lagu tradisional Afghanistan   Electricity… sign that development in Afghanistan is going the right track Sudah hampir sebelas bulan berlalu sejak saya melintas perbatasan Uzbekistan-Afghanistan di desa Hairatan, beberapa kilometer jauhnya dari kota Mazar-i-Sharif. Sejak saat itu kehidupan saya hanya terkurung dalam lingkup kota Kabul. Saya bahkan tidak pernah bepergian lebih dari lima kilometer. Tak bisa dibayangkan, betapa rindunya lagi saya untuk kembali ke jalan, pergi ke tempat-tempat baru dan belajar hal-hal unik. Tahun baru Naoruz, tahun barunya orang Afghan yang didasarkan pada perhitungan matahari, akan segera tiba. Naoruz adalah perayaan penting untuk orang-orang berlatar belakang kebudayaan Persia. Di Iran, tradisi merayakan Naoruz penuh dengan pengaruh dengan tradisi pra-Islam, seperti mengumpulkan tujuh buah bahan yang berawalan huruf ‘s’ (haft sin), atau merayakan Rabu malam dengan api dan petasan. Di Uzbekistan, Navruz adalah hari di mana orang menyiapkan sumalak – puding dari rerumputan – dan tari-tarian indah menghiasi kota-kota kuno. Naoruz juga tahun baru bagi masyarakat Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Turkmenistan, Azerbaijan, dan Afghanistan. Kota Mazar-i-Sharif adalah pusat perayaan Naoruz di Afghanistan. Ratusan ribu orang berbondong ke kota besar di utara itu. Apalagi tahun ini libur [...]

March 17, 2008 // 0 Comments

Mazhar e Sharif – The Holy City

The holy shrine The skyline is dominated by the blue domes of fantasy-like architecture of the mausoleum, along with hundreds of white pigeons flying around to seek fortune. Mazhar e Sharif, once a small village overshadowed by the nearby Balkh, now is the biggest city in northern Afghanistan. Mazhar-e-Sharif, literally means Tomb of the Exalted, had passed different path of history Kabul had experienced. It was Russian stronghold area and it was under the occupation of communist general Rashed Dostum, an uneducated warlord who once the big ruler of Northern Afghanistan. Dostum had published his own money, what was known as Junbeshi money (Peace money), and he had his own airlines. Taliban failed to conquer Mazhar at its first attack, but succeeded in 1992 when Mazhar turned to be a city of blood. The Hazara ethnic were slaughtered. The fantasyish holy building is believed to be site where the body of Ali bin Abi Thalib lies Huge poster of the national hero, a Tajik man by ethnicity, Ahmad Shah Massoud Dostum is Uzbek. But not all Mazhar Uzbek like him. “He is a terrorist. I prefer Taliban as they are more Islamic,” said Kamran, a 20 year old man from [...]

August 12, 2006 // 1 Comment