Recommended

Peace Corps

#1Pic1Day: Jam Istirahat | Rest Hour (Kyrgyzstan, 2006)

Rest Hour (Kyrgyzstan, 2006) School boys in Toktogul, a small town in Kyrgyzstan, are playing in the school playground during rest hour. Ex-Soviet countries generally have high coverage of education. Even the poorest nations have illiteracy rate next to zero. The rural school in Toktogul have somehow adopted international system, receive Peace Corps volunteers and aid from Soros Foundation from the States, and their students also often win national-level awards. Jam Istirahat (Kirgizstan, 2006) Bocah-bocah sekolah di Toktogul, sebuah kota kecil di Kirgizstan, sedang bermain di halaman sekolah pada saat jam istirahat. Negara-negara pecahan Uni Soviet umumnya memiliki pendidikan yang merata, bahkan untuk negara yang paling miskin pun hampir tidak ada penduduk yang tidak bisa baca tulis. Sekolah desa di Toktogul ini bahkan mengadopsi sistem pendidikan internasional dan para siswanya sering meraih penghargaan di tingkat nasional. [...]

February 27, 2014 // 5 Comments

#1Pic1Day: Bahasa Inggris di Dusun | Rural English (Kyrgyzstan, 2006)

Rural English (Kyrgyzstan, 2006) Satina is an English teacher in Toktogul, a very small town (in Kyrgyzstan standard) in central part of the country. The country is one among few Central Asian countries which accept Peace Corps volunteers from the States. Most of the volunteers were English teachers. Kyrgyzstan also received aid for education sector from the Soros Foundation. Every year or two, Toktogul receives one or two English teacher volunteers from the States, who then work together with local teachers like Satina. Their teaching material was imported directly from the States, full of up to date information and cultural background. America is no more too far away for them, even for those who live in forgotten rural villages like this one. Bahasa Inggris di Dusun (Kirgizstan, 2006) Satina adalah seorang guru bahasa Inggris di kota kecil Kirgizstan, Toktogul. Kirgizstan adalah salah satu negara di Asia Tengah yang menerima kedatangan relawan Peace Corps dari Amerika Serikat, mayoritas sebagai guru bahasa Inggris, dan menerima banyak bantuan pendidikan dari Soros Foundation. Setiap tahun, Toktogul menerima satu atau dua relawan pengajar dari Amerika, bekerja sama dengan guru lokal seperti Satina. Bahan materi pelajaran mereka berasal dari Amerika Serikat, lengkap dengan penjelasan budaya yang [...]

February 26, 2014 // 0 Comments

Garis Batas 30: Bagaimana Cara Membaca Kyrgyzstan

Aksakal, atau “kakek berjenggot putih” (AGUSTINUS WIBOWO) Bab ini mungkin seharusnya diletakkan pada saat awal-awal kita memasuki negeri ini. Saya yakin, banyak orang yang kesulitan membaca nama negara ini, karena dari sekian banyak deretan huruf itu, hampir semuanya huruf mati. Jadi bagaimana sih membaca Kyrgyzstan? Saya sebenarnya juga baru belajar bahasa Kirghiz. Dapat buku pinjaman dari sukaralewan PeaceCorps asal Amerika. Penutur bahasa Kirghiz sekitar 4 juta jiwa, tersebar di Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Afghanistan, China, dan Rusia. Bahasa Kirghiz bersaudara dekat dengan bahasa Kazakh, Uzbek, Turkmen, dan Turki, semuanya masuk rumpun bahasa Turki. Ada yang bilang bahasa Jepang dan Korea juga masih bersaudara jauh, semuanya ikut kelompok bahasa Altai. Saya pernah belajar bahasa Jepang, tetapi tidak banyak membantu untuk belajar bahasa Kirghiz. Pertama kali belajar bahasa ini, saya merasa pusing karena begitu banyak rumus-rumus aneh bin ajaib. Dalam dua hari, saya melahap 100 halaman buku tata bahasa dasar itu, dan waktu malam Satina menanyakan mengapa jalan saya jadi sempoyongan. Karakteristik utama dalam bahasa Kirghiz, seperti bahasa-bahasa Turki lainnya, adalah harmonisasi vokal. Dalam satu kata, semua vokalnya harus berasal dari kelompok yang sama. Ada 4 kelompok vokal yang menjadi hukum dasar bahasa Kirghiz: a berpasangan dengan u dan y o berpasangan [...]

July 25, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 29: Susahnya Jadi Guru

Manapova Satkinbu alias Mbak Satina di ruang kelasnya (AGUSTINUS WIBOWO) Sekolah Dasar dan Menengah Birimkulov adalah tempat Satina Eje mengajar bahasa Inggris. Walaupun terletak di desa kecil, Satina sangat bangga bahwa sekolah ini tidak kalah kualitasnya dengan sekolah-sekolah di kota besar seperti Bishkek dan Jalalabad. Satina, yang nama aslinya Manapova Satkinbu, membawa saya ke ruang kelas tempat saya mengajar. Murid-muridnya keleleran karena Satina terlambat datang. Melihat guru mereka datang, murid-murid yang bermain di halaman dalam hitungan detik langsung masuk ke ruangan kelas, duduk manis, seperti domba-domba tanpa dosa. Satina duduk di bangku guru, dengan kaca matanya yang berukuran super besar, mulai mengabsen murid-muridnya. Satina mengajar, mengajukan beberapa pertanyaan dalam bahasa Inggris. Murid-muridnya diam saja. Satina menerjemahkan pertanyaan dalam bahasa Kirghiz, baru ada satu dua murid yang mengacungkan tangan. Satina mengeluh kepada saya yang duduk di barisan belakang, “My students are too much stupid.” Keras sekali. Baru pertama kali ini saya mendengar guru yang mengeluhkan kebodohan murid-muridnya sendiri tanpa tedeng aling-aling. Murid-murid tak bereaksi. Mungkin tak mengerti, mungkin tak berani. Murid-murid Satina memang sangat pasif, seperti yang dikeluhkan Satina. Dia kebagian kelas mengajar siswa yang kurang mampu. Setiap kelas dibagi menjadi dua grup. Grup A, siswa-siswa yang dianggap pandai, ikut kelas [...]

July 24, 2013 // 3 Comments

Garis Batas 28: Kawan Lama dari Toktogul

Depresi Kyrgyzstan (AGUSTINUS WIBOWO) Dari Karakul saya melanjutkan perjalanan ke Toktogul. Sebuah memori indah mengantar saya ke sana. Dua tahun silam, saya terdampar di kota ini, berkenalan dengan dua orang sukarelawan Amerika, Rosa dan Jason, yang mengajar bahasa Inggris. Gelar mereka keren – Peace Corps. Lewat mereka saya berkenalan dengan seorang guru bahasa Inggris di desa itu. Inilah awal persahabatan saya dengan Satina Eje, atau Mbak Satina, guru desa yang tak pernah padam semangatnya. Betapa manis kenangan bersama wanita paruh baya yang ramah dan terus berceloteh tanpa henti tentang kehidupan di Kyrgyzstan. Ia menghabiskan waktu bersama putra satu-satunya, Maksat, yang sudah hampir lulus sekolah, di rumah kayunya di sebuah apartemen kuno di sebuah gang kecil di Toktogul. Rumah Satina seperti mesin waktu. Ada dinding kayu berbalut shyrdak – permadani sulam-sulaman khas Kyrgyzstan. Ada hiasan dinding bergambar Mekkah dan bertulis huruf Arab. Satina tidak tahu kalau tulisan itu berbunyi “Allah” dan “Muhammad”. Ada telepon yang masih menggunakan papan putar yang mengeluarkan bunyi gredek-gredek tiap kali nomornya diputar. Ada pula televisi hitam putih yang tabungnya super cembung. Ada koleksi foto-foto keluarga hitam putih ketika suami Satina masih hidup. Bagi Satina, semua ini adalah barang biasa. Bagi saya, setiap pernik rumah Satina adalah serpihan [...]

July 23, 2013 // 0 Comments