Recommended

pernikahan

Garis Batas 66: Yor-Yor

Yor-yor (AGUSTINUS WIBOWO) Adakah yang lebih sempurna dari ini, menghadiri pesta pernikahan tradisional Uzbek di jantung peradaban Uzbekistan, Lembah Ferghana? Yor-yor mengalun lembut menyebar tangis, ibu-ibu tua berkerudung menari-nari, dan mempelai perempuan sesenggukan di balik cadar. Kebetulan sekali waktu saya masih asyik menghabiskan waktu di pabrik sutra Yodgorlik di Margilan, ada orang yang membagikan sobekan kertas undangan pernikahan. Acaranya besok pagi. “Sudah, datang saja,” kata Firuza. Tetapi saya kan tidak diundang. “Tak masalah. Orang Margilan sangat suka kalau acara pernikahannya didatangi orang asing. Malah kadang undangan disebar sembarangan di pasar-pasar.” Dengan muka setebal tembok, saya datang ke alamat yang tertulis di atas sobekan kertas undangan itu. Bukannya dicerca pertanyaan macam-macam, saya malah disambut tuan rumah dengan penuh kehangatan. Keramahan Lembah Ferghana di Uzbekistan memang tidak perlu diragukan lagi. Para tamu pria duduk di halaman, yang sudah dipasangi tenda dan berdinding karpet-karpet bermotif indah. Merah menyala. Tamu-tamu mengenakan chapan, jubah tebal yang sebagian besar berwarna gelap, cocok untuk musim dingin begini. Kakek-kakek tua mengenakan topi bulu hitam, tinggi dan besar. Tuan rumah segera menyiapkan roti nan dan teh hijau, bagian tak terpisahkan dari meja makan Uzbekistan. Melihat ada tamu asing yang datang, tuan rumah buru-buru memperkenalkan saya ke anggota keluarga. Saya [...]

September 13, 2013 // 6 Comments

Garis Batas 32: Nikah ala Kirghiz

Bersulang anggur (AGUSTINUS WIBOWO) Betapa saya hampir menangis, ketika saya mendapatkan paspor saya yang hilang masih disimpan dengan rapi oleh gadis penjaga kserokopia. Moken yang dengan sabar menunggu di rumah ikut tertawa bahagia. Masalah paspor saya yang hilang, seperti garam yang dituang ke lautan, hanya menambah kesibukan keluarga Moken yang sudah teramat sangat sibuk. Anak Moken yang paling besar, Timur, akan menikah dengan Zarina. Keduanya masih belum 20 tahun. Zarina, si gadis Kirghiz yang ayu itu, sudah sejak sebulan ini tinggal di rumah Moken bersama Timur. Akad nikah sebenarnya sudah dilaksanakan jauh sebelumnya. Hanya kurang resepsinya saja, yang juga harus menunggu hari baik tanggal baik. Rumah Moken sudah kebanjiran tamu sejak seminggu ini. Kebanyakan sanak saudara, yang hubungan persaudaraannya rumit sekali. Di Kyrgyzstan, arti keluarga sangat penting. Dalam bahasa Kirghiz, untuk menyebut ‘paman’ dan ‘bibi’ saja banyak sekali istilahnya. Kayanya kosa kata dalam pertalian kekeluargaan menunjukkan kuatnya ikatan persaudaraan dalam kultur bangsa ini. Dari Toktogul berdatangan sanak saudara Moken, yang biarpun dijelaskan hubungannya, saya susah sekali mengerti. Ada kakek Moken yang sudah tua sekali, namun masih sangat sehat, berjenggot putih dan bertopi bulu. Benar-benar seorang aksakal dalam arti yang sebenarnya. Orang Kirghiz menyebut kakek tua yang dihormati sebagai aksakal, yang [...]

July 29, 2013 // 4 Comments

Islamabad – Wedding in the Capital (2)

April 9, 2006 Membaca Qur’an di rumah dulha Hari ini hari ketiga pernikahan, setelah mehndi kemarin. Acaranya, yang semula kata Ijaz dimulai pukul 12, ternyata terlambat lagi (seperti biasa di Pakistan) hingga pukul 2. Ijaz, sebagai teman terdekat mempelai pria, mengiringi mempelai pria dalam mobilnya. Arak-arakan mobil panjang berjalan dari Islamabad menuju Rawalpindi. Di dalam mobil ada yang bertanya tentang asalku. Aku jawab Pakistani. Mereka manggut-manggut, “Gilgit ya…”, dengan sok tahunya menambahkan, “memang orang Gilgit wajahnya mirip orang Cina ya…” Sebagaimana acara pernikahan lainnya di Pakistan, di sini juga acara mempelai pria menjemput mempelai wanita, istilahnya dulha menjemput dulen. Namun karena ini di kota, acara bukan lagi di rumah masing-masing mempelai, melainkan di sebuah Wedding Hall di pusat kota Rawalpindi, tepatnya di Liaquat Chowk. Wedding hall, bukanlah seperti halnya gedung pernikahan di Indonesia di mana piring-piring makanan membanjiri setiap perut pengunjung. Di sini, kami, para tamu laki-laki pengiring mempelai ditempatkan di sebuah aula bersama sang mempelai pria, sedangkan tamu-tamu perempuan di ruangan sebelah, yang dipisahkan oleh dinding dengan sebuah pintu. Pemisahan kelamin adalah hukum di Pakistan, dan di tempat ini pun hukum harus berjalan. Tak ada makan dan minum. Yang ada hanya menunggu. Aku sendiri tak tahu untuk apa acara [...]

April 9, 2006 // 0 Comments

1 2