Recommended

Pikiran Rakyat

Pikiran Rakyat (2014): Berselimut Debu, Menembus Garis Batas

MINGGU  (PAHING)  9 MARET 2014 7 JUMADIL AWAL 1435  H JUMADIL AWAL 1947   Agustinus Wibowo Berselimut Debu, Menembus Garis Batas SULIT juga ”menangkap” pria yang satu ini. Dalam dua hari kunjungannya ke Bandung, travel writer Agustinus Wibowo (33) disibukkan dengan aktivitas menjadi pembicara di berbagai tempat dari pagi hingga tengah malam. Wartawan Pikiran Rakyat, Endah Asih, baru bisa menemui nya Minggu (2/3/2014) pagi, sambil mengobrol di atas kereta api yang melaju dari Stasiun Kiaracondong ke Cicalengka, Kabupaten Bandung. Memang, tak ada cara yang lebih menyenang kan untuk berakhir pekan dengan traveller, selain melakukan perjalanan itu sendiri meski singkat.   SETELAH berkeliling Asia selama 13 tahun, Gus, begitu ia biasa disapa, akhirnya bermukim di Indonesia sejak Februari 2013. Dalam terminologi seorang backpacker “kahot“, harap dimaklumi bahwa kata bermukim itu hanya diartikan sebagai tinggal sekurang-kurangnya satu tahun di suatu tempat. “Saya memang rencana mau pulang ke Indonesia nengok keluarga dan ngeluarin buku ketiga waktu itu, tapi ternyata Ayah saya meninggal tepat dua minggu sebelum jadwal pulang, akhirnya saya mempercepat agenda pulang kampung,” kata pria kelahiran Lumajang Jawa Timur ini, memulai perbincangan. Pagi itu, suasana Stasiun Kiaracondong masih agak lengang. Dalam satu malam, barang-barang yang seluruhnya memiliki  berat 100 kilogram, selesai di-packing.  [...]

March 11, 2014 // 1 Comment

Pikiran Rakyat (2011) Menembus Garis Batas Asia Tengah

16 May 2011 Menembus Garis Batas Asia Tengah SAAT duduk di bangku sekolah dasar, di Lumajang, Jawa Timur, Agustinus Wibowo ditanya oleh gurunya, “Cita-citamu menjadi apa?” Dengan tegas Agustinus menjawab, “Saya ingin menjadi turis.” Jawaban itu tidak dapat diterima oleh sang guru karena cita-cita seorang anak haruslah menjadi dokter, pilot, insinyur, dan berbagai predikat “bergengsi” lainnya. Menjadi turis tidak boleh menjadi cita-cita. Akan tetapi, Agustinus tetap bersikukuh ingin menjadi seorang turis. Belasan tahun kemudian, pada 2003, pada usianya yang baru 21 tahun, Agustinus memang menjadi turis. Namun, dia bukan seorang turis biasa. Pemuda yang tampak culun itu sedang berada di Afganistan, negeri yang sedang terca-bik-cabik perang untuk keseki-an kalinya. Keberadaan Agustinus di Afganistan bukan tidak sengaja. Dia merencanakan perjalanan itu sejak 2001 ketika dia melihat berita di televisi tentang Taliban yang menghancurkan patung Buddha raksasa. Bukan masalah hancurnya patung Buddha yang membuat Agustinus ingin mengunjungi Afganistan, tetapi gambar panorama alam di sekitar parung itu yang memukau matanya, sampai terbawa ke alam mimpi. “Saya lihat sekilas di televisi. Afganistan begitu indah. Kemudian saya bermimpi datang ke Afganistan, di sebuah tempat yang hijau, dan ada seorang perempuan bercadar di sana. Saya singkap cadar itu, dan mungkin itu pertanda bahwa saya harus menyingkap [...]

May 16, 2011 // 0 Comments