Recommended

salju

Garis Batas 36: Raksasa Asia Tengah

Pintu perbatasan Kazakhstan (AGUSTINUS WIBOWO) Menyeberangi Sungai Chui, melintasi perbatasan alami antara Kyrgyzstan dengan Kazakhstan, saya merasakan pergeseran kehidupan yang luar biasa. Dari kantor perbatasan Kyrgyzstan yang terbuat dari tanker minyak bekas yang sudah berkarat ke kantor perbatasan Kazakhstan memamerkan kecanggihan sebuah negeri yang sedang menikmati kemakmuran. Salju terus mengguyur bumi. Sejauh mata memandang yang tampak hanya langit kelabu. Saya masih teringat tentara perbatasan Kyrgyzstan yang dari tadi memberi isyarat minta disogok, gara-gara visa saya tidak distempel ketika memasuki negeri Kirghiz dari perbatasan Bör Döbö. Baru setelah menunjukkan beberapa surat dari KBRI, tentara penjaga perbatasan yang rakus-rakus itu mengizinkan saya lewat menyeberangi jembatan menuju Kazakhstan.  Bendera biru muda Kazakhstan, berhias matahari kuning yang cerah, berkibar di atas gedung balok putih itu. Prosedur imigrasi Kazakhstan, dibandingkan negara tetangga yang berkantor di bekas tanker minyak, nampak jauh lebih modern dan teratur. Bukan hanya harus mengisi Migration Card yang harus disimpan bersama paspor dan visa selama berada di negara ini, semua orang yang masuk Kazakhstan harus dipotret dulu oleh petugas imigrasi ketika mengecap paspor. Tak lama lagi mungkin Kazakhstan juga akan menyimpan sidik jari dan memindai retina mata. Kazakhstan memang kaya. Dibandingkan dengan negara tetangga Kyrgyzstan yang masih harus bergumul dengan frustrasi para [...]

August 2, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 33: Kumis dan Balbal

Negeri bangsa pengembara (AGUSTINUS WIBOWO) Salju mulai mengguyur kota Bishkek, menyulap taman-taman cemara menjadi negeri Sinterklas. Anak-anak Rusia dengan riang membuat manusia salju. Kakek-kakek melintas pelan karena lapisan es yang licin sudah membungkus jalan setapak. Saya hanya bisa tertegun, karena celana jeans yang saya cuci dan jemur di luar sepanjang malam, kini jadi kaku seperti papan tripleks. Musim dingin sudah datang di Kyrgyzstan. Setelah diguyur salju selama dua hari terakhir, matahari mulai menampakkan senyumnya. Kota yang sempat muram, dingin, dan kelabu, seketika menjadi penuh gairah. Selain taman-taman yang dipenuhi para gadis muda yang sibuk berfoto di tengah lapisan salju, menggelincir di atas lapisan es, dan kakek-nenek yang berjalan-jalan menikmati segarnya udara bermandi sinar mentari, TSUM juga penuh sesak oleh pembeli. TSUM adalah department store pusat, mal terbesar milik pemerintah di seluruh negeri. Mal berlantai tiga ini mungkin tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pertokoan di Jakarta, tetapi gedung ini cukup fenomenal di Kyrgyzstan. Mal ini adalah satu-satunya gedung di seluruh negeri yang memiliki eskalator, mungkin sudah ada sejak zaman Soviet. Eskalator tua dengan tangga yang tinggi-tinggi dan bersudut tajam, meluncur perlahan dengan suara berderik, seakan sudah tak kuat lagi membawa para pengunjung. Toko-toko tersebar di semua penjuru, mulai dari studio foto [...]

July 30, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 32: Nikah ala Kirghiz

Bersulang anggur (AGUSTINUS WIBOWO) Betapa saya hampir menangis, ketika saya mendapatkan paspor saya yang hilang masih disimpan dengan rapi oleh gadis penjaga kserokopia. Moken yang dengan sabar menunggu di rumah ikut tertawa bahagia. Masalah paspor saya yang hilang, seperti garam yang dituang ke lautan, hanya menambah kesibukan keluarga Moken yang sudah teramat sangat sibuk. Anak Moken yang paling besar, Timur, akan menikah dengan Zarina. Keduanya masih belum 20 tahun. Zarina, si gadis Kirghiz yang ayu itu, sudah sejak sebulan ini tinggal di rumah Moken bersama Timur. Akad nikah sebenarnya sudah dilaksanakan jauh sebelumnya. Hanya kurang resepsinya saja, yang juga harus menunggu hari baik tanggal baik. Rumah Moken sudah kebanjiran tamu sejak seminggu ini. Kebanyakan sanak saudara, yang hubungan persaudaraannya rumit sekali. Di Kyrgyzstan, arti keluarga sangat penting. Dalam bahasa Kirghiz, untuk menyebut ‘paman’ dan ‘bibi’ saja banyak sekali istilahnya. Kayanya kosa kata dalam pertalian kekeluargaan menunjukkan kuatnya ikatan persaudaraan dalam kultur bangsa ini. Dari Toktogul berdatangan sanak saudara Moken, yang biarpun dijelaskan hubungannya, saya susah sekali mengerti. Ada kakek Moken yang sudah tua sekali, namun masih sangat sehat, berjenggot putih dan bertopi bulu. Benar-benar seorang aksakal dalam arti yang sebenarnya. Orang Kirghiz menyebut kakek tua yang dihormati sebagai aksakal, yang [...]

July 29, 2013 // 4 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2012): Menapak Jejak Shaman Mongolia

KAMI MENUJU TAIGA untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tentang shamanisme atau perdukunan di Mongolia yang selama ini memenuhi benak saya: Masih adakah shamanisme di zaman ini setelah puluhan tahun komunisme memberangus praktik-praktik kuno? Ketika para nomad Mongol sudah bertelepon genggam dan menetap di kota? Ketika internet sudah merambah? Ketika dokter dan obat sudah menggantikan jampi-jampi untuk menyembuhkan penyakit? Di Mongolia, shamanisme adalah jalan hidup utama jauh sebelum datangnya agama-agama. Kepercayaan dan ritual shamanisme menjadikan kultur negeri misterius ini begitu “eksotis.”

October 10, 2012 // 16 Comments

1 2