Recommended

yak

Titik Nol 58: Manang

Barisan bendera doa dan gunung salju. (AGUSTINUS WIBOWO) Manang adalah kejutan di tengah pendakian Sirkuit Annapurna. Sebuah perkampungan umat Budha Tibet yang religius, campur aduk dengan rombongan trekker, porter, pemandu wisata, barisan keledai, ladang jewawut, hotel, restoran, toko perlengkapan pendakian, warung internet, rumah sakit, dan seterusnya. Tak perlu heran, Manang adalah dusun terbesar sepanjang sisi timur lintasan Sirkuit Annapurna. Pada ketinggian 3540 meter ini, Manang adalah tempat yang paling dianjurkan bagi para pendaki untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian. Beristirahat dua malam di sini sangat dianjurkan sebelum melangkahkan kaki menuju Puncak Thorung La. Nefransjah adalah salah satu trekker Indonesia yang sedang mengadaptasikan dirinya dengan tempat tinggi. Tak pernah ia berada di tempat setinggi ini. Keluhannya, kepala pusing dan cepat lelah. Tak salah pula kalau ia mengikuti kelas pelatihan gratis khusus para pendaki yang diselenggarakan setiap sore di klinik Manang. Acute Mountain Sickness (AMS) umumnya terjadi pada orang yang berpindah ketinggian terlalu cepat. Jadi bukan ketinggiannya yang bermasalah, tetapi kedrastisannya. Biasanya akan mulai terasa kalau kita sudah berada di atas ketinggian 2500 meter. Tanda-tandanya adalah sakit kepala, pusing, mual, batuk, hilang nafsu makan, muntah, atau halusinasi. Tanda-tanda ini tidak perlu harus muncul semuanya. Salah satu saja cukup sebagai gejala AMS. Kalau tidak [...]

August 13, 2014 // 1 Comment

Titik Nol 10: Kora

Kailash menjulang di balik kibaran bendera doa. (AGUSTINUS WIBOWO) Orang Hindu menyebutnya Kailash. Orang Tibet menyebutnya Permata Agung. Dalam  bahasa Mandarin namanya Shenshan, Gunung Dewa. Menjulang pada ketinggian 6638 meter, bertudung langit malam yang cerah. Ribuan bintang bertabut di angkasa raya. Langit menangkup ke seluruh batas cakrawala. Lolongan anjing bersahut-sahutan. Bulan bulat purnama. Keheningan malam membungkus Darchen. “Kamu harus banyak istirahat,” kata Xiao Wang, pria Sichuan pemilik warung, “keliling Gunung Dewa bukan perjalanan mudah. Kalau dalam perjalanan nanti lelah, jangan dipaksa. Di atas sana oksigen sangat tipis.” Xiao Wang kemudian menceritakan tentang peziarah India yang bertubuh tambun dan mati di puncak sana. Tetapi karena ia Hindu, penduduk Tibet tak mengizinkan mayatnya dibakar di sini. Jenazah pria malang itu dibawa pulang lagi ke negaranya, melalui perjalanan panjang melintasi barisan gunung suci. “Malangkah pria itu? Sama sekali tidak,” lanjut Xiao Wang, “bagi mereka yang percaya, mati di tempat sesuci ini adalah berkah yang tiada terkira.” Sejak China mengibarkan benderanya di Tibet, Dalai Lama mengungsi, hubungan China-India terus memburuk, kesempatan bagi orang Hindu India untuk sekadar melihat wajah Kailash – tempat paling suci dalam agama mereka – sangat tipis. Hanya mereka yang teramat sangat beruntung yang bisa memperoleh visa datang ke sini. Kailash [...]

May 14, 2014 // 2 Comments

#1Pic1Day: Musim Pindahan | Moving Season (Khovsgol, Mongolia, 2009)

Moving Season (Khovsgol, Mongolia, 2009) As winter is not so far away, river streams are drying and grass in pastureland is yellowing, the Mongolian nomads start to pack their yurt and animals to move to their winter encampment. The nomadism is still way of life for many Mongolians, moving out is part of their nomadic routine. Musim Pindahan (Khovsgol, Mongolia, 2009) Musim dingin sudah menjelang, sungai-sungai pun mulai mengering dan rerumputan di padang sudah menguning. Para penggembala nomaden Mongolia sudah mulai mengemas kemah dan mengumpulkan semua ternak mereka untuk berpindah ke tempat permukiman musim dingin. Nomadisme masih merupakan cara hidup utama bagi kebanyakan orang Mongolia, dan berpindah adalah bagian dari rutinitas bangsa nomaden.   [...]

October 21, 2013 // 5 Comments

Osh – Goodbye Tajikistan

Finally… the truck. And a new country Maybe it was because of the falling stars. When I woke up very early, about 7, as I couldn’t sleep at all the whole night, I saw two trucks were having custom check in Khurshid’s border post. These were trucks owned by Kyrgyz drivers from Kyrgyzstan. My Kyrgyz host helped me with a negotiation (‘chakchak’ in Tajik) with the drivers, and they agreed to take me as far as Sary Tash for 20 Somoni. Sary Tash would be the first Kyrgyzstan city to be approached from here. I was not the only passengers of the trucks. There was already an old Kyrgyz man with his family. The trucks were taking sheep and yaks. The drivers didn’t have document to transport these animals to Kyrgyzstan, so the numerous checkpoints along the road had to be really fuelled by money to smooth up the way. This is the way the business done. Tajikistan’s Pamir region is famous of its animal products, raised by the Kyrgyz and Pamiri Tajik herders. Animals are brought from the mountain areas in GBAO to the bazaar city of Osh in south Kyrgyzstan, where they may gain profit. Then to return [...]

November 4, 2006 // 0 Comments