Ber 24 Agustus 2014: Lambatkan Langkahmu
Hanya ada rumah gubuk bertebaran jarang-jarang di Ber (AGUSTINUS WIBOWO) Saya membuka mata. Sinar matahari menyeruak lewat tembok dari bilah-bilah bambu dan anyaman dedaunan. Saya menyibak kelambu, keluar dari ranjang, menemukan lensa kamera saya hanya bisa mengambil foto-foto kabur seperti tertutup embun tebal. Pasti karena kedinginan dan air laut kemarin. Pandangan mata saya kini sama kaburnya dengan lensa itu. Saya tidak tahu ini rumah gubuk ini milik siapa. Saya menuruni tangga di luar pintu, berjalan mencari Sisi dan Marcella, yang ternyata tidur di balai-balai rumah lain seratus meter jauhnya di seberang hamparan rumput tinggi. “Sisi, jam berapa kita berangkat ke Buzi?” kata saya. “Tidak bisa. Kami harus pergi menyeberang dulu ke Boigu untuk belanja,” katanya santai. Boigu adalah pulau milik Australia yang terletak tepat di seberang laut dari Ber, sekitar 5 kilometer jauhnya. “Kenapa kalian tidak cepat berangkat?” “Kau lupa ya? Ini hari Minggu. Hari untuk Tuhan. Tidak ada orang bepergian di hari ini.” Sisi mengucapkan itu ketika saya sibuk mencuci lensa kamera saya dengan air sabun sembari menggumamkan keluhan apakah kamera saya akan bisa berfungsi normal. Melihat kegelisahan saya, Sisi berkata, “Jangan buru-buru, lambatkan langkahmu. Percayakan semua masalahmu pada Tuhan. Olgetta bai orait.” Semua akan baik-baik saja. Sisi adalah [...]