Recommended

Afghanistan

Mashhad – The Empty Border

The dusty border Two years ago, when I came to Iran for the first time through the Islam Qala border, I was astonished by the scene of hundreds of wild Afghan men fighting to pass the border line, to quit their homeland and reach hope in rich Iran. But now, it’s not anymore the scene. The Afghan-Iranian border in Islam Qala is quite empty. Iran has tightened up the visa approval for Afghans. Land crossing is no more permitted for ordinary Afghans. The Iranian visa from Kabul is mostly stamped “For Air Travel Only”, putting them to obtain roundtrip ticket only with Iranian airlines. In some cases, visa applicants need to spend at least 1000 dollars just to get the entry visa. Indeed, one’s passport determines his or her fate. I arrived in Afghan immigration hall after 100 meter walk. People are sitting idly to wait for the officers come back from their lunch break. There are three officers behind the table. One is examining the passports, one is stamping, and the last one is noting down t he data before distributing the passports. All Afghans have to pay 10.000 Rial or 40 Afghani to the man who stamped the [...]

June 9, 2009 // 1 Comment

Kabul – End of Journey?

Mama, wearing my academic dress. She did not finish her primary education, as the school was forced to close by the Suharto regime. But her dream is to learn, learn a lot, and be a real university student The last few weeks were very difficult time for me. Once my dad called from Indonesia, “Your mom is going to have an operation. Please pray for her.” It’s very unlikely that my mom gets sick, as my mom is a very active woman, doing physical exercise almost on daily basis. In late few years I have never heard she fell into serious sickness, even for once.The news was not too good. It turned out to be tumor, cells which grow abnormally. It sounds not so serious, my mom just complained of pain in her abdominal. Operation was conducted. It’s not a simple tumor. Doctor said it was malignant tumor, euphemism of saying ‘your mom got cancer’. My mom ovary was lifted. The next diagnosis saying that the cancer has spread to her intestine, and they claimed my mom got a Stage-3C cancer. <!–more–> My days turn dark. I feel guilty, worry, fear, anxiety, … I make dozens of international calls a [...]

May 28, 2009 // 31 Comments

Lion Air Magazine (2009): Surga di Bumi Afghan

May 2009 LionMag SURGA DI BUMI AFGHAN Teks dan foto-foto: Agustinus Wibowo Adakah surga di Afghanistan? Lupakan gurun tandus dan desingan badai pasir. Lupakan perang, mayat bergelimpangan, ledakan bom. Di sini yang ada hanya kesunyian dan kedamaian di padang rumput hijau membentang, dikelilingi gunung bertudung salju yang bagaikan dinding berjajar di segala arah. Danau biru hening memantulkan kelamnya langit. Anak gembala mengiring kawanan ratusan domba dan yak, perlahan melintasi gunung cadas.   Pegunungan Pamir boleh jadi adalah tempat paling terpencil di negara ini. Letaknya di ujung terjauh di timur laut, dikelilingi oleh Cina, Tajikistan, dan Pakistan. Orang lebih mengenalnya dengan nama Atap Dunia di mana awan begitu rendah, nyaris tergapai. Di sini waktu pun seperti berhenti mengalir. Bangsa pengembara tinggal di kemah bundar, berpindah-pindah padang seiring bergantinya musim, mencari mata air dan rumput untuk menghidupi mereka sepanjang tahun. Ini adalah cara hidup yang sama seperti nenek moyang mereka ratusan tahun silam. Surga –kalau boleh kedamaian di tengah kecamuk perang Afghanistan ini disebut– sungguh tak mudah dijangkau. Ketika di zaman modern ini pesawat terbang sudah mewujudkan fantasi manusia untuk menjelajah bumi dengan kecepatan seribuan kilometer per jam, di pegunungan ini perjalanan masih berarti merayap perlahan di atas punggung kuda atau keledai [...]

May 11, 2009 // 16 Comments

HerWorld (2009): Life is Beautiful Around the World

May 2009 HERWORLD FEATURE LIFE IS BEAUTIFUL AROUND THE WORLD PITTA SEKAR WANGI memutar bola dunia searah jarum jam dan menunjuk benua yang ingin dikunjungi. Lalu, kembali lagi menghadap monitor dan berselancar. Orang bijak berkata, kejarlah mimpi hingga ke negeri Cina. Seorang teman terusik mendengar kalimat bijak tersebut kemudian bertanya, “Cuma sampai ke negeri Cina saja? Kan Cina itu dekat banget!” Secara logika, apabila ditempuh melewati jalur udara memang sangat dekat. Namun banyak cara untuk menuju Cina, bisa melewati India, Burma bahkan Hong Kong. Alasannya bisa beragam mengapa Anda memilih melewati negara-negara tersebut. Begitu juga dengan traveling, Anda sendiri yang memutuskan tujuannya dan bagaimana bisa menikmatinya sesuai dengan budget Anda. Simak 3 kisah petualangan dari Ninit Yunita, Agustinus Wibowo, Wasti Priandjani dan pengalaman seru menjadi host untuk tamu turis asing, Carmelita Bahrun. journey begins with Apabila ingin memulai sesuatu harus dengan niat dan usaha, so they say. Begitu juga dengan memulai perjalanan. Tepatnya membuat rencana. Sama seperti Anda ingin memulai bisnis atau proyek baru, perencanaan memegang peranan sangat penting. Karena dari situ, Anda bisa menentukan tempat tujuan, budget, transportasi, akomodasi, makanan hingga suvenir. Agustinus Wibowo yang saat ini sedang bermukim di Afghanistan mengatakan sejak kecil ia bercita-cita untuk mempelajari berbagai [...]

April 30, 2009 // 1 Comment

Jakarta Post Weekender (2009): Face of Kabul

http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/29/faces-kabul.html THE WEEKENDER JAKARTA POST: Face of Kabul The Jakarta Post – WEEKENDER | Thu, 01/29/2009 8:00 PM | City Scene Agustinus Wibowo is a 27-year-old backpacker, photographer and writer whose passion for traveling the world has carried him across continents and borders. Recent explorations led to Kabul, Afghanistan, a city that was once the proud son of Persia. Agus’ essays on Central Asian countries are published regularly on kompas.com and will soon be serialized in print by Kompas Publisher. Here he gives us a glimpse of the war-torn country after decades of civil war and living in fear under the Taliban regime. Mean Streets According to UNICEF, between 50,000 and 60,000 children live on the streets of Kabul. The number continues to rise every year, even though dozens of local and international organizations have committed themselves to eradicating poverty in Afghanistan’s war-torn regions. These children will do anything to earn money, from begging to polishing shoes to selling candy to passersby. Most of them make less than a dollar a day on the unfriendly Kabul streets. A Second Chance Three decades of war, thousands of land mines and various types of diseases caused by poor health services have turned [...]

January 29, 2009 // 2 Comments

Exposure Magazine (2009): Menggapai Negeri Atap Dunia

EXPOSURE MAGAZINE (DECEMBER 2008) MENGGAPAI NEGERI ATAP DUNIA “Tempat ini demikian tingginya, hingga burung pun tak mampu terbang ke sana,” demikian Marco Polo melukiskan barisan pegunungan ini. Kabut menyelimuti taburan kemah putih bundar suku nomaden. Lenguhan keras yak bertanduk raksasa menggemakan keangkuhan gunung padas. Sungai deras mengalir, padang hijau membentang, danau biru kelam menyemburatkan misteri, rintik salju mengguyur perlahan. Anak-anak bermain bola ditelan awan. Sunyi. Damai. Mistis. Inilah musim panas di Pamir, atap dunia di ujung paling terpencil negeri Afghan, pada ketinggian 4.300 meter. Di sini salju bisa turun kapan saja. Sepanjang musim, sepanjang tahun. Manakala ibukota Kabul terbakar oleh mentari bulan Juli, saya di Pamir harus meringkuk di tepi perapian, menghirup segarnya susu yak bersama potongan daging kambing rebus sebesar lengan. Yang tinggal di alam yang tak bersahabat ini adalah bangsa Kirghiz, bangsa minoritas di Afghanistan, yang masih mempraktikkan cara hidup nomaden yang hampir punah di penjuru mana pun di muka bumi ini. Kaum prianya adalah penunggang kuda yang jempolan. Kaum perempuannya berpakaian merah menyala, lengkap dengan lusinan kalung, gelang, dan pernak-pernik yang berat. Yang masih gadis bertudung merah. Yang sudah menikah berkerudung putih, seperti salju yang menangkupi puncakpuncak gunung raksasa yang menjulang di sekeliling. Mereka hidup dalam roda [...]

December 13, 2008 // 1 Comment

Gender Corridor Afghanistan (2008): A New Beginning

Gender Corridor Afghanistan, November 2008 “Gender Corridor Afghanistan” is the publication of Gender Equality Project of UNDP Afghanistan. A NEW BEGINNING Armed men loyal to brutal Afghan warlords set up checkpoints and take what they want – including helpless young girls. Women are often raped before being given or sold to whoever desires a bride. Some who survive and escape can no longer live with their ordeal. They douse themselves in gasoline and set themselves ablaze. “Who can say ‘no’ to a war commander?” asks Naseera Shafi, 26, the Regional Office Coordinator for UNDP’s Afghanistan New Beginnings Programme (ANBP) in the northern Afghan city of Mazar-e-Sharif. “They have guns and power. They do whatever they want. When they see a beautiful girl, they may kidnap her and force her to marry …. It’s not uncommon for a young girl to marry an old man under these conditions,” Naseera says. The ANBP aims to create new opportunities for peace and security in the war-torn country by focusing on the disbandment of illegal armed groups. These bandits challenge the nation’s security, leaving ordinary Afghans to grapple with instability and making the vast majority of Afghan women prisoners of an oppressive social environment. [...]

November 5, 2008 // 1 Comment

UNDP Gender Equality Posters (2008)

Photos I took in Badakhshan and some other parts of Afghanistan are used for publication posters of Gender Equality Project of UNDP Afghanistan, October 2008. WOMEN, PEACE AND SECURITY IN AFGHANISTAN   AFGHANS WORKING TOGETHER FOR PEACE AND DEVELOPMENT   COMMUNITIES CAN TAKE ACTION TO STOP VIOLENCE AGAINST WOMEN   Posters are designed by Inis Thailand.   [...]

October 25, 2008 // 5 Comments

Bomb in front of Indonesian Embassy in Kabul

I am not in Kabul at this moment, but was very much shocked to read a friend’s SMS: Bomb outside of Indian and Indonesian embassies in Kabul. Casualties. All Indonesian friends are safe. Building damaged. Later, I read more on the Internet. The bomb happened at 8:25 a.m., the busy hour when dozens of visa applicants queueing in front of the Indian embassy. The Indonesian embassy was not the target, but unluckily it was located right next to the Indian embassy. The location is on sensitive area of Ministry of Interior street, heavily guarded everyday during office hours as a deadly bomb blast in 2006 here. On the same street is also the Pajhwok Afghan News Office, where I used to live in Kabul. Here is a photo of the scene after the bomb blast, taken by photographer colleague of Pajhwok, Ahmadullah Salemi The deadly bomb blast At the right side, far behind, the white building is the Indonesian embassy. Despite of the worsening security in Kabul, the embassy still puts its office right beside the main street. The result of this blast, the building is damaged and some diplomats are wounded. Body pieces even reached the tennis lawn, about [...]

July 7, 2008 // 6 Comments

U-Mag (2008): Tulip Merah di Hari Baru

June 2008 U-Mag Travel TULIP MERAH DI HARI BARU Teks dan Foto: Agustinus Wibowo “Biya ke berim ba Mazar…. Mulla Muhammad jan,” lagu rakyat Afghan itu mendayu perlahan-lahan, mengajak semua orang pergi ke kota suci Mazar-e-Sharif. Di sana ada tulip merah merekah, makam suci bertasbih mukjizat, ada semangat Afghan yang menggelora. Di sana ada Singa Allah, raja umat manusia. Di sana, kita menyambut datangnya Hari Baru ketika salju mencair, angin dingin mereda, dan padang rumput menghijau… Naw Ruz Inilah Afghanistan, negeri yang tersembunyi di alam mimpi. Namanya lebih kerap menyiratkan kekerasan, perang, dan maut. Tetapi di sinilah sesungguhnya peradaban mulai berayun. Kota-kota kuno tegak, kejayaan masa lalu berpendar, kehidupan spiritual berbaur dengan adat dan embusan nafas penduduk. Zaman berganti, Afghanistan tetap hidup dalam waktunya sendiri. Di Afghanistan, pengetahuan tentang gerak perputaran bumi dan matahari tumbuh sejak jauh di masa lampau. Ketika matahari berada di garis balik 22,5 derajad lintang utara, zemestan – musim dingin – berakhir. Musim semi datang. Bunga merah bermekaran. Itulah Naw Ruz – Hari Baru. Perayaan Naw Ruz sudah ada sejak zaman Zarathushtra, ketika Dewa Api masih dipuja, jauh sebelum datangnya agama Nasrani dan Islam. Sukacita Naw Ruz dinikmati di seluruh penjuru negeri saat peradaban Persia melintasi [...]

June 18, 2008 // 5 Comments

Kerman – Life of Afghan Children

New life for Ismail here in Iran, totally different from what he dreamed of before. Ismail, 15 years old, is another ordinary story of an ordinary Afghan who is desperate of better life outside their homeland, and then found that life is not always as beautiful as dreams. The place where Ismail now work in live in southeastern Iranian city of Kerman cannot be called fancy. When others come to the Bazaar-e-Vakil for shopping or sightseeing, Ismail and his three Afghan compatriots work underground, digging holes for septic tanks of public toilets in the old bazaar area. From the dark hole, they brought out stones and sand, to be transported somewhere else. They work from 8 morning until 5 afternoon, earning about 15 dollars per day, much a better wage than the average income in Afghanistan. These young boys came from the northern Afghan province of Takhar, tuck between Kunduz and Badakhshan, about one full day journey from Kabul. Takhar, as I visited in 2006, was a dusty province with similarly dusty provincial capital town of Taloqan, wrapped in time where turbaned men and traditionally dressed nomads from the surrounding villages and grassland fill in the weekly animal market. Was [...]

June 12, 2008 // 0 Comments

Kabul – Welcome to Ariana Flight

The boarding room of Kabul International Airport. Everybody is ready to fly … The first encounter with Ariana – the Afghan national carrier – is not always thrilling. It might be a unique experience from the Afghan land. In last several months I have been working as a consultant for UN. This, more or less, has changed my preference in traveling. Probably I got spoiled already with those amenities, facilities, and luxuries. Today, the first day of me turning back to be a backpacker again, I feel a sudden shock. Usually I prefer to take overland trip, but this time, on my way going to Iran for a short holiday to change the routine in Kabul, I chose to fly Ariana. The Kabul – Herat’s 1000 kilometer distance can be reached through three different routes. The northern route, through Mazar-e-Sharif, takes at least four days, killing unpaved road full of dust of the desert Dasht-e-Laila at the end of its leg. I have experienced this in 2006 and am not so keen to try again. The second option is the Central Route, through Bamiyan, Ghour, and Heart provinces. Most of the roads are unpaved, hitchhiking is required, and in my [...]

June 9, 2008 // 3 Comments

Majalah Kreatif (2008): Kak Agus Si Petualang Dunia

Mei 2008 Majalah Kreatif Taman Kreatif Kak Agus Si Petualang Dunia   Weess… keren banget disebut petualang dunia, iya, Kak Agus ini sedang keliling dunia, lo. Hebat! Penasaran bagaimana petualangan Kak Agus selama keliling dunia?!   Kak Agus, kenapa ingin keliling dunia? Soalnya, saya ingin melihat dunia. Saya ingin belajar berbagai macam budaya dan kehidupan manusia di negeri-negeri asing.   Kapan mulai keliling dunia, Kak? Sudah ke mana saja? Tahun 2002, saya kuliah di Cina. Lalu, pertama kali “berkelana”, menjelajahi Mongolia sambil berkemah. Kemudian, ke Hong Kong, Macau, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Singapura, Tibet, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.   Perjalanannya naik apa aja? Yang paling umum, naik bus dan kereta api. Terkadang naik truk, traktor, keledai, kuda, atau berjalan kaki. Saya menghindari naik pesawat terbang. Cita-cita saya menyelesaikan perjalanan ini dengan jalur darat.   Gimana perjuangan Kak Agus selama di negara-negara itu? Saya bekerja sebagai fotografer dan penulis untuk menyambung hidup. Sewaktu di Pakistan, pernah bekerja sebagai sukarelawan gempa. Lalu, saya biasa tinggal di penginapan murah atau di rumah penduduk. Saat berkelana di Afghanistan, saya tinggal di warung-warung.   Wah, kalau keliling dunia, berarti sudah menguasai banyak bahasa, ya? Saya sudah menguasai [...]

May 28, 2008 // 3 Comments

Bobo (2008) – Salamat and Rashida from the Wakhan Valley

Bobo—Reportasia: Salamat dan Rashida dari Lembah Wakhan   Afghanistan, negara yang sering kita dengar tentang perangnya, ternyata sangat elok. Gunung-gunung menjulang tinggi bertudung salju. Sungai Amu mengalir deras. Padang rumput hijau bak permadani menyelimuti lembah. Tempat ini sangat indah. Seperti surga di muka Bumi. Di tanah gembala yang luas ini, ratusan kambing dan sapi asyik merumput. Salamat, umur 8 tahun, duduk gagah di atas keledainya. Topinya kecil dan indah, hasil sulaman ibunya sendiri. Jubahnya sudah kumal. Rompi hitamnya pun sudah lama tak diganti. Salamat mengawasi ternak-ternaknya. Hampir sepanjang hari ia menghabiskan waktunya di padang hijau ini. Walaupun masih kecil, Salamat kuat dan tangguh. Meski harus membantu menggembalakan sapi-sapi bapaknya, Salamat tak pernah bolos sekolah. Tiap hari, ia bangun jam empat pagi, lalu berangkat sekolah. Sekolahnya jauh sekali. Dua jam harus jalan kaki. Lembah Wakhan adalah daerah paling terpencil di Afghanistan. Di sini cuma ada gunung-gunung. Tak ada jalan raya. Tak ada bus sekolah. Salamat pergi sekolah jalan kaki. Kalau lagi beruntung dia menumpang naik kuda tetangga. Sekolahnya pun sederhana sekali. Tidak ada gedung sekolah. Sekolahnya cuma tenda. Salamat masih beruntung bisa sekolah. Rashida, temannya dari desa tetangga, malah sepanjang hari cuma menggembala kambing. Katanya sih, orang-orang di desa Rashida hampir [...]

May 28, 2008 // 6 Comments

Kabul – Assassination Attempt

He has managed to escape several assassination attempts. Who knows what happens next. Since the beginning of 2008, there had not been any big incidence in Kabul yet, until today, when the government and people of Afghanistan was proudly celebrating the victory of the Holy War, to commemorate the withdrawal of Russian troops. I did not go to the scene myself, as the program is restricted to accredited journalits (I am now a freelancer), but some colleagues from Pajhwok went there for reportage since early morning. Nobody expected that the yearly military parade turned to be assassination attempt to President Karzai, and the attack turned bloody. Some TV cameramen and photographers lost their cameras amid the chaos. Here is the updated news: http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601087&sid=atvXzZBpxTPI&refer=home ——————– Afghanistan’s President Karzai Is Safe After Attack (Update1) By Jay Shankar April 27 (Bloomberg) – Afghanistan President Hamid Karzai and foreign dignitaries are safe after an attack on a military parade in the capital, Kabul, the government said. At least one person was killed, Agence France-Presse reported. “The national police and army acted swiftly and are doing their job,’’ the government said today in an e-mailed statement. Karzai was escorted to safety from the parade ground [...]

April 27, 2008 // 1 Comment

Kabul – Women Carpenters from Afghanistan

Woman carpenters from Dasht Barchi. Most if not all of them are Hazaras. Most people believe that carpentry is a man’s trade, but for the 60 carpentresses of Kabul’s Dasht-e-Barchi district, it simply isn’t true. “Women are able to do all kinds of work that men do,” they proclaim proudly. Hidden among mud houses which sit idly off of the main road, the center for carpentry is a local shura (council) where women learn about basic carpentry and build various items from cupboards, tables, computer desks, chairs to sandalis (heaters). A middle-aged woman is too happy to take me to the production center, where everything seems to happen all at once, located inside a small hut. “See, we are now able to handle heavy machinery,” she points out to several woodworking equipments that are modern-looking, where two or three women work in tandem to produce wood chops or create nail punctures and screw holes. Nails, chisels, hammers, sawing machines, screwdrivers are as familiar to these women as the pots and pans hanging inside their kitchens. Fatima Akbari, 42, is one among a handful of optimistic war-widow who promotes carpentry for women in her neighborhood. She encourages them to become involve [...]

April 3, 2008 // 3 Comments

Mazar-i-Sharif – Malam Naoruz

Busy Mazar street and business before the great holy day Proses mengurus izin liputan Naoruz memang ribet. Saya mesti bolak balik ke kantor urusan kebudayaan, minta surat sana-sini, ketemu pejabat ini itu. Akhirnya kami baru sampai pada tahap akhir: penitipan kamera. “Kawanku,” kata bapak tua yang bertugas di kantor itu, “jangan lupa nanti kirim hadiah padaku ya.” Bapak itu berbicara bahasa Rusia. Entah mengapa di sini banyak sekali orang yang lebih bangga berbahasa Rusia dengan orang asing. Si bapak, walaupun baru ketemu pertama kali, sudah minta saya mencatat nomor telepon dan alamat di Indonesia. Mau kirim surat katanya. Kamera, lensa, batera, memory card kepunyaan saya, ditambah mikrofon dan kaset perekam milik Zabiullah, semuanya kami titipkan di kantor ini. Sudah ada antrean panjang jurnalis dan kameraman Afghan dan mancanegara. Petugas yang menerima pentitipan barang-barang berharga ini tampak begitu serabutan, bahkan untuk mencatat pun malas sekali. “Jangan kuatir,” katanya, “tidak akan ada yang rusak. Serahkan saja pada kami.” Bapak yang tadi minta kiriman hadiah itu juga meyakinkan saya, “besok pagi, jam 6 pagi, kamu tinggal datang ke Makam Hazrat Ali untuk mengambil barang-barang ini.” Kami cuma diberi secarik tanda terima sederhana, lebih kumal daripada karcis bus, tanpa kartu pengenal apa pun. “Ini [...]

March 19, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Orang Pashtun

Pashtun guys having fun in Mazar Kantor Pajhwok Afghan News dipenuhi orang Pashtun. Selain Zabiullah Ehsas dan adiknya yang tinggal di sini, hari ini mereka kedatangan serombonan tamu dari Kabul. Sebagian dari tamu ini saya kenal sebelumnya, karena kami pernah bekerja di kantor yang sama di ibu kota. Suasana lantai atas hotel ini semakin ramai oleh kedatangan tamu-tamu ini. Dalam sekejap, saya menjadi sangat kikuk. “Jangan sekali-sekali kau bicara bahasa Persia di sini,” kata Israr, seorang pemuda Pashtun dari Kunar yang pernah memperoleh gelar juara dalam lomba programing internasional, memperingatkan dengan tegas, “di sini cuma boleh ada bahasa Pashtu!” “Orang Tajik itu brengsek,” kata yang lain, “mereka sama sekali tidak taat dan banyak melakukan dosa. Bahasa mereka sama sekali tidak terhormat.” Saya merasa tidak enak dengan Naqeeb yang mengantar saya ke sini, karena Naqeeb adalah orang Tajik. Tetapi Naqeeb bisa berbahasa Pashtu dan para pemuda Pashtun ini sama sekali tidak tahu ke-Tajik-an Naqeeb. Primordialisme etnik adalah fenomena yang sangat kuat di Afghanistan. Semua suku punya kebanggaan kesukuan yang luar biasa, jauh melebihi segala-galanya. Identitas Islam tidak cukup kuat untuk mengikat semua suku ini bersatu. Dalam sejarah Afghanistan kita teringat bagaimana semua suku Afghan bersatu padu melawan invasi Rusia tetapi kemudian [...]

March 19, 2008 // 5 Comments

Mazar-i-Sharif – Keluarga Naqeebullah

Donor, projects, humanitarian, NGOs, UN, etc are the vocabulary of today’s Afghanistan Seperti malam sebelumnya, malam ini saya bermalam di rumah Naqeeb. Saya belum pernah bertemu Naqeeb sebelumnya. Saya mengenalnya melalui perantaraan seorang kawan Indonesia. Tetapi walaupun demikian, keluarga Naqeeb ramah menyambut saya. “Rumah ini adalah rumahmu,” demikian kata Naqeeb berulang-ulang. Naqeeb masih muda, tetapi kumis dan jenggotnya membuatnya nampak jauh lebih tua. Sekujur tubuhnya pun ditumbuhi bulu. Saya sempat berpikir dia berumur tiga puluhan. Ternyata dia bahkan masih lebih muda daripada saya. Naqeeb bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah NGO asing. Ke mana-mana ia selalu membawa radio HT. Dia harus terus mendengar kabar dari kantornya dan memantau situasi keamanan. Naqeeb sedang dapat tugas shift malam. Setiap sore pukul 6 ia berangkat ke kantor dan baru pulang keesokan paginya pukul 7. Sebagai satpam tentunya ia berjaga hampir sepanjang malam. Cuma tidur dua sampai empat jam sehyari sudah cukup baginya. Walaupun ia tuan rumah, saya jarang bertemu dengannya karena waktu kerjanya. Tetapi masih ada anggota keluarganya yang lain. Rumah Naqeeb cukup besar, ditinggali oleh banyak orang. Ada ayahnya yang sudah tua tetapi masih bekerja, abang-abangnya, dan hampir selusin keponakan. Hampir semua orang dewasa di rumah ini adalah pekerja sosial. Selain Naqeeb [...]

March 18, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Ata Muhammad dan NATO

Busy atmosphere of the holy shrine before the New Year. “Berada di Rawza pada saat upacara janda bala? Itu terlalu berbahaya!” kata Naqeeb. Sebuah gambar di buku tua An Historical Guide to Afghanistan tulisan Nancy Hatch Dupree, diterbitkan tahun 1977, selalu membuat saya terbayang akan nuansa penuh fantasi di Mazar. Gambar itu adalah perayaan Naoruz di kota ini. Latar belakangnya adalah bangunan megah mausoleum Hazrat Ali. Ada ratusan orang di halaman, bersorak-sorai menyambut sebuah bendera besar bangkit dari tanah. Bendera itu adalah ‘janda’ yang dipercaya mempunyai kekuatan magis. “Keamanan sekarang sudah tidak baik,” kata Naqeeb, “kalau kamu ingin melihat janda, kita lihat di televisi. Nanti kalau keramaian sudah mereda, kita berangkat bersama-sama.” Naqeeb bukan jurnalis. Dia bekerja sebagai satpam di sebuah organisasi internasional. Naqeeb tak punya hasrat untuk mengejar semua peristiwa. Apalagi baginya perayaan janda bala ini bukan sesuatu yang istimewa. Dari ke tahun sama saja, dan sudah disiarkan di televisi. Kerumunan ribuan orang yang ingin melihat pengibaran bendera mukjizat itu dikhawatirkan akan mengundang penjahat, aksi teror, dan sebagainya. Akhirnya saya terpaksa mencari cara lain, menghubungi jurnalis Pajhwok Afghan News di kota ini, yang mungkin bisa membantu saya. Zabiullah Ehsas, umurnya masih 24 tahun, tetapi sudah memegang kantor wilayah Pajhwok [...]

March 18, 2008 // 0 Comments

1 15 16 17 18 19 23