Garis Batas 45: If You Wanna Live
Almaty menuju gerbang negeri modern (AGUSTINUS WIBOWO) Hari yang cerah. Saya berjalan melintasi jalan taman yang rindang di seberang Gedung Parlemen Almaty. Taman ini memang menjadi tempat favorit orang Almaty untuk nongkrong menikmati matahari yang menghangatkan musim dingin. Hari ini tak banyak orang yang bermandi matahari di taman ini. Hanya dua orang pemuda Kazakh yang duduk-duduk di bawah monumen peringatan perang. Salah seroang dari pemuda itu mencegat saya, mau pinjam HP, katanya. Saya tidak menghiraukan. Saya memang tidak punya HP. Mereka mulai mengajak saya ngobrol dengan bahasa Inggris yang rusak parah. Saya tak punya waktu. “Stop! Stop!” teriak salah seorang dari mereka. Saya tetap tak menghiraukan mereka dan bergegas menuju kantor pos untuk mengirim beberapa kartu. Pegawai kantor pos, seperti di negara-negara Stan lainnya, memang judes dan ogah-ogahan kerjanya. Saya sampai harus memohon-mohon dengan penuh penderitaan supaya mereka mau menjual prangko kepada saya. Saya menghabiskan waktu kira-kira satu jam di kantor pos, sebelum akhirnya menuju ke sebuah warnet di dekat Silkway Gipermarket. Saya hanya satu-satunya pengunjung. Ketika sedang asyik-asyiknya berselancar di dunia maya, tiba-tiba ada sebuah lipatan kertas yang terlempar ke atas keyboard. Pelemparnya adalah seorang pemuda, yang langsung melenggang ke sebuah komputer tak jauh dari tempat saya duduk. “READ!” [...]