Recommended

Interviews

[Kompas] Cermin Identitas di Antara Garis Batas

Kompas Minggu 20 Juni 2021 HERLAMBANG JALUARDI Kompas.id Jurnalisme utamanya adalah pekerjaan kaki. Maka itu yang dilakukan Agustinus Wibowo, petualang dan penulis perjalanan. Dengan ransel di punggung, buku catatan, dan kamera, dia melintasi banyak batas negara. Pengalaman di tempat asing itu ibarat cermin yang merefleksikan identitasnya. Agustinus tiba di sebuah warung mi jawa di daerah Palmerah, Jakarta, setengah jam sebelum janji bertemu pada Senin (14/6/2021) siang. Dia duduk sendirian. Es teh manis terseruput hampir setengah gelas. Mi goreng pedas mengalihkan perhatiannya dari buku Jalan Pulang karya Maria Hartiningsih yang tertelungkup di samping piring. ”Aku enggak terbiasa baca e-book,” ujarnya menyeka mulut dengan tisu. Itu sama asingnya dengan angkutan berbasis daring yang perlahan jadi kebiasaan warga perkotaan. Untuk tiba di tempat perjumpaan itu dari tempat tinggalnya di daerah Grogol, Jakarta Barat, Agus naik bus umum dan jalan kaki lagi sekitar 2 kilometer. Dia menyandang ransel harian merek lokal, bukan endorsement. Gawai—ponsel dan komputer—dia pakai untuk urusan pekerjaan, seperti riset, menulis, dan berkomunikasi. Berinteraksi di media sosial pun, katanya, jarang sekali. Aktivitasnya di depan layar dihitung secara rinci. ”Jadi ketahuan produktif sudah berapa jam, non- produktif berapa jam, Kalau kebanyakan main, harus diseimbangkan,” kata dia yang senang bercakap-cakap dalam bahasa Jawa. Kedisiplinan [...]

July 4, 2021 // 1 Comment

Penulis Indonesia Meriset tentang Islam dan Jawanisme di Kalangan Orang Jawa

Wawancara dengan surat kabar Suriname, De Ware Tijd (DWT) mengenai riset saya tentang agama-agama Islam dan Jawanisme (Kejawen) di kalangan diaspora Jawa di Suriname. Orang Jawa Muslim Suriname terdiri atas dua golongan utama, yaitu yang salatnya menghadap ke barat (Islam madep ngulon) dan yang menghadap ke timur (Islam madep ngetan atau ngiblat). Dalam beberapa dekade terakhir, muncul agama baru di tengah konflik antara dua golongan Muslim ini, yaitu agama Jawanisme. Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Belanda. Teks Charles Chang De Ware Tijd (Suriname), Rabu 21 Juni 2017 Dia telah menulis tiga buku, dan buku ketiganya akan difilmkan di Indonesia. Topik-topik tulisan Agustinus utamanya adalah tentang kehidupan di daerah perbatasan negara dan bagaimana orang-orang hidup dengan garis batas. Pencariannya untuk jawaban bagi buku keempat membawanya ke Belanda, di mana sebagai seorang Indonesia dia otomatis berhubungan dengan diaspora Jawa Suriname. Ketika dia mendengar tentang Islam-hadap-barat dan Islam-hadap-timur di Suriname, dan juga tentang makna Jawanisme (agama Jawa), dia menjadi sangat tertarik. Selama dua bulan risetnya di Suriname, dia telah membuat sejumlah penemuan yang menakjubkan. “Itulah indahnya menjadi seorang penulis perjalanan, karena pekerjaan ini membuat kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita,” kata Wibowo (35) tentang pekerjaannya. Sebagai seorang sarjana ilmu komputer, ini adalah [...]

July 8, 2020 // 43 Comments

DWT Suriname: Indonesian Writer Researches on Islam and Javanism among the Javanese

An interview with a Surinamese newspaper, De Ware Tijd, on my research on Islam and Javanism religions among the Javanese diaspora in Suriname. The Javanese Muslims are divided into two main groups, those who pray towards the west (the west-prayers) and those who pray towards the Mecca (the east-prayers). In the last few decades, a new religion emerged amidst the conflict between the west-prayers and the east-prayers–Javanism. The article is in Dutch. Indonesische schrijver onderzoekt islam en javanisme bij Javanen Tekst Charles Chang De Ware Tijd, woensdag 21 juni 2017 Hij heeft reeds drie boeken geschreven, waarvan de derde wordt verfilmd in Indonesië. Agustinus Wibowo’s topics gaan vooral over het leven op de grens tussen twee landen en hoe de mens zich daarin profileert. Zijn zoektocht naar antwoorden voor zijn vierde boek brengt hem naar Nederland, waar hij als Indonesiër automatisch de Surinaamse Javaanse diaspora tegenkomt. Wanneer hij hoort over de west- en oostbidders in Suriname en wat het javanisme inhoudt, raakt hij geboeid. Tijdens zijn twee maanden onderzoek in Suriname doet hij enkele markante ontdekkingen. “Dat is het mooie van een travel writer, het levert antwoorden op je vragen,” zegt Wibowo(35) over zijn beroep. Als afgestudeerde voor computerwetenschap is [...]

May 22, 2020 // 15 Comments

[Detik.com] Filosofi Tembok di Balik Lockdown China

https://travel.detik.com/travel-news/d-5018485/filosofi-tembok-di-balik-lockdown-china Minggu, 17 Mei 2020 18:30 WIB Johanes Randy Prakoso, detikTravel Jakarta – Kebijakan Lockdown di China jadi salah satu rujukan untuk menahan COVID-19. Di baliknya, ada filosofi tembok yang lekat dengan budaya China. Merunut ke tahun 2003 silam, China sudah terlatih menghadapi pandemi SARS jauh sebelum COVID-19 muncul akhir tahun 2019 silam. Sehingga ketika virus corona muncul, China kembali menerapkan ‘tembok’ miliknya yang jauh lebih ketat. Hal itu pun dikisahkan oleh penulis dan penjelajah Agustinus Wibowo (Penulis Selimut Debu dan Titik Nol) dalam sesi Live Instagram bersama Pulau Imaji, Minggu (17/5/2020). Kala itu, Agustinus yang akrab disapa Agus memang tengah mengenyam pendidikan di Beijing. “Waktu SARS di Beijing 2003 bukan lockdown total seperti di Wuhan, tapi lockdown bercluster. Perumahan di lockdown, ada satpam yang jaga,” kenang Agus. Kala itu, sejumlah daerah atau titik ditutup sedemikian rupa. Siapa saja yang berada dalam titik penutupan, tidak diperkenankan keluar dari wilayahnya. Hal itu dilakukan untuk mengkarantina penderita SARS di suatu wilayah. Berbekal dari pengalaman itu, China pun kembali melakukan lockdown untuk skala yang lebih besar ketika corona menyerang “Ketika di Wuhan 400 kasus positif, lockdown total dan levelnya jauh lebih ketat dari Beijing tahun 2003. Bahkan orang tidak boleh [...]

May 22, 2020 // 0 Comments

[Detik.com] ‘Seharusnya Pandemi Corona Menyatukan NKRI’

https://travel.detik.com/travel-news/d-5024130/seharusnya-pandemi-corona-menyatukan-nkri h Jumat, 22 Mei 2020 04:03 WIB Femi Diah, detikTravel Jakarta – Pandemi virus Corona menghantam siapa saja tanpa mengenal negara, ras atau agama. Penulis perjalanan Agustinus Wobowo menyebut seharusnya situasi ini menjadi momen persatuan NKRI, bukan memecah belah. Wabah virus Corona telah melumpuhkan berbagai sektor di dunia, termasuk Indonesia. Tak sedikit industri yang berhenti total sehingga ribuan karyawan harus cuti tanpa bayaran ataupun kehilangan pekerjaan. Penerbangan dan pariwisata boleh dibilang mati suri. Pemilik usaha pun tak berkutik. Sementara itu, tenaga medis dan mereka yang bekerja di rumah sakit harus mengeluarkan tenaga ekstra. Jika awalnya disebut sebagai virusnya orang Asia, tapi COVID-19 telah melampaui batas negara hingga ke Eropa, Amerika, hingga Afrika. “Pandemi ini sifatnya universal, tidak peduli dari negara apa, ras apa, agamanya apa. Sebelum pandemi ini menjadi universal ada yang mengolok-olok, negara A suka makan yang aneh-aneh makanya muncul virus ini atau virus ini merupakan azab. Tapi, kemudian ketika ini menjadi universal kita sama di depan penyakit ini. Kita sama-sama rapuhnya di depan penyakit ini,” kata Agustinus dalam IG Live bersama bukgpu, tengah pekan ini. “Ketika menyadari kerapuhan ini seharusnya kita bekerja sama dan menunjukkan solidaritas karena kita berbagi masa depan yang sama, berbagi [...]

May 22, 2020 // 1 Comment

[Detik.com] Penulis Perjalanan Berkisah Agama Kejawen di Benua Amerika

https://travel.detik.com/travel-news/d-5024142/penulis-perjalanan-berkisah-agama-kejawen-di-benua-amerika Jumat, 22 Mei 2020 05:32 WIB Femi Diah, detikTravel Jakarta –  Travel writer Agustinus Wibowo mengisahkan perjalanan ke Suriname di Amerika Selatan. Dia menceritakan kepercayaan di Jawa yang menjadi agama resmi di sana: kejawen. Agustinus mengungkapkan lewat IG Live bersama bukugpu tengah pekan lalu. Dia bilang saat melakukan perjalanan ke Suriname, sebuah negara bekas jajahan Belanda dengan salah satu komunitas penghuninya adalah orang Jawa, menemukan bahasa Jawa masih digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari di negara tersebut. “Saat saya melakukan perjalanan ke Suriname, bukan hanya komunitas Jawa yang saya temukan, namun saya bisa menjadi bangga sekali menjadi orang Jawa, yang dibesarkan di Jawa dan bisa berbahasa Jawa. Di sana bahasa Jawa sangat terpakai dan memudahkan saya melakukan riset,” kata Agustinus. Bukan cuma itu, bahkan penulis buku Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol itu menceritakan tentang Islam Timur, Islam Barat, dan agama Kejawen di Suriname. Seperti apa? “Umat Islam Jawa terbagi menjadi dua, sholat kiblat ke barat dan sholat kiblat ke timur. Mereka saling bermusuhan, tidak saling menyapa, tidak saling menghadiri acara satu sama lain,” kata Agustinus. “Saya masuk ke masjid-masjid yang menghadapi kiblat ke barat dan ke timur untuk memahami sudut pandang masing-masing dan sisi [...]

May 22, 2020 // 0 Comments

[Destinasian] Lima Travel Writer Bicara tentang Dunia Tanpa Travel

Juga tentang pariwisata pasca-pandemi dan destinasi yang ingin didatangi. Searah jarum jam, dari kiri atas: Kenny Santana, Trinity, Fatris MF, Agustinus Wibowo, Ayos Purwoaji 10 April, 2020 Wawancara oleh Cristian Rahadiansyah Destinasian.co.id AGUSTINUS WIBOWO Mantan jurnalis di Afghanistan ini sudah menulis tiga buku: Selimut Debu: Impian dan Kebanggaan dari Negeri Perang Afghanistan (2010), Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah (2011), dan Titik Nol: Sebuah Makna Perjalanan (2013). Dia kini menggarap buku tentang nasionalisme Nusantara. agustinuswibowo.com Selain sulit bepergian, dampak terbesar pandemi?Kesulitan berkomunikasi dengan orang, dan hidup menjadi penuh kecurigaan. Saya pernah menghadapi epidemi SARS di Beijing pada 2003, dan harus hidup dalam karantina kota selama berbulan-bulan. Pandemi Covid-19 seperti membangkitkan memori itu: hidup dibayangi kecemasan. Kita dicurigai sebagai pembawa virus, sekaligus waspada terhadap orang yang kita jumpai. Dampak psikologis ini cukup besar dalam memengaruhi pola interaksi. Aktivitas favorit selama isolasi?Membaca buku, menulis, meditasi, menikmati koleksi prangko, berkontak kembali secara virtual dengan kawan-kawan lama di berbagai penjuru dunia. Jika ada, sisi positif dari bencana virus?Punya lebih banyak waktu untuk mengenali diri sendiri, mendekatkan diri dengan orang-orang terdekat di rumah, serta merenungkan makna hidup. Pandemi ini juga membuat orang jadi lebih sadar akan pentingnya menjaga [...]

April 11, 2020 // 13 Comments

[Xingli]行李︱Agustinus:如果一个国家由17000个岛屿组成,还有什么事不能发生?

An interview with a Chinese media on the diversity of Indonesia. It was an in-depth interview, for more than 3 hours by phone (!). Here I talked about my experience and coming project on Indonesian nationalism. I discussed about the South Mollucan Republic movement, Papuan issues, Sharia Islam implementation in Aceh, the traditional religion of Toraja, the Javanese diaspora community of Suriname, the tourism history of Bali, the Dutch colonialization history, the religion policies of Indonesia, until my experience living as Chinese-ethnic in Indonesia. After the interview, I realized that the project I’m doing now is indeed very huge, very challenging, but at the same time, colourful and enlightening, as I also got much deeper in learning about my own country, my nation, and myself. Xingli 2017-03-24 07:14   这是Agustinus Wibowo的第二篇访谈,第一篇详见:【在阿富汗的3年里……】一个印尼作家,一直被祖辈告知他是中国人,但是当他19岁终于“回到”中国时,却被当做外国人,他第一次困惑自己的身份:我是中国人还是印尼人吗?他决定寻找印尼人的故事。而印尼人的故事,和17000多个岛屿有关,和400多座火山、700多种语言、300多个民族有关,也和各种闹独立的故事有关——有的在边境上闹,有的在海外闹;而作为华人,印尼人的故事当然还和无数次排华事件有关…… 行李&Agustinus Wibowo [...]

March 31, 2017 // 7 Comments

Detik: Agustinus Wibowo: Australia Negara Santai Tapi Taat Hukum

Jumat 10 Mar 2017, 17:25 WIB Australia Plus ABC – detikNews Perth -Agustinus Wibowo, penulis perjalanan dan fotografer asal Indonesia baru-baru ini hadir di Festival Penulis di Perth (Australia Barat). Penulis yang dikenal menguasai banyak bahasa ini berbicara dengan wartawan ABC Sastra Wijaya mengenai apa yang dibicarakan di Perth, pandangannya mengenai Australia dan buku terbaru yang sedang ditulisnya. Anda diundang di Perth Writers Festival, apa yang Anda bicarakan di sana? Saya tampil dua kali di Perth. Sesi pertama disebut Nomadic Lives (Kehidupan Nomadic (Berpindah-pindah). Saya tampil bersama penulis terkenal Australia Tim Cope, yang menghabiskan waktu tiga tahun mengendarai kuda berkelana dari Mongolia ke Hongaria di Eropa. Jadi kami terlibat dalam kehidupan nomadic dalam perjalanan kami. Di tahun 2005, saya memulai perjalanan ” Grand Overland Voyage”, melakukan perjalanan selama empat tahun, dimulai dari ibukota China, Beijing, dengan harapan bisa mencapai Afrika Selatan, tanpa melewati laut. Saya tidak menyelesaikan perjalanan tersebut, karena saya akhirnya tinggal di Afghanistan selama hampir tiga tahun. Salah satu pertanyaan menarik yang kami diskusikan di panel tersebut adalah apakah kita bisa menyebut diri kita nomad modern. Dalam pandangan saya ada perbedaan besar antara kehidupan nomadik dengan melakukan perjalanan. Bagi orang luar, para nomad ini sering dilihat sebagai ‘orang [...]

March 31, 2017 // 3 Comments

Australia Plus: 翁鸿鸣–华裔印尼旅行作家的中国情愫

Interview with Australia Plus on Perth Writers Festival, Chinese Version http://australiaplus.cn/in-person/翁鸿鸣-华裔印尼旅行作家的中国情愫 翁鸿鸣(Agustinus Wibowo)是一位旅行作家和摄影师,来自印度尼西亚。近日他参加了在西澳州首府珀斯举行的作家节。翁鸿鸣被视为印尼旅行文学一个新流派的先锋,他的故事让读者能体验他的亲身经历以及精神和情感的旅程。澳洲佳与翁鸿鸣进行了访谈。 你在珀斯作家节上讨论了什么话题? 我参加了两场讨论,第一场是与澳大利亚著名的探险家与旅行作家蒂姆·蔻普(Tim Cope)一起进行题为“游历生活”的讨论。 我与蒂姆一起讨论的其中一个有趣问题是我们是不是会自称为现代游牧一族。 我的观点是,游牧与为了自己进行的旅行有巨大差别。 游牧族一年内迁徙多达四次(跟随季节的转变),但是他们在春天、夏天、秋天以及冬天都有固定的牧场。他们仍然受到边界的限制,国际上的或者传统上的限制,而且他们游牧的目的是为了生存。 相比之下,一个现代旅行者在选择去哪里以及为何去都拥有多得多的自由。 我参加的另一场讨论叫“这个被称为家的地方”,一同参加的还有尼日利亚的诗人因努瓦·爱拉姆斯(Inua Ellams)以及南非的活跃人士斯桑克·姆希曼(Sisonke Msimang)。 [...]

March 31, 2017 // 0 Comments

AustraliaPlus: Agustinus Wibowo–Exploring the nomadic life of a travel writer

AustraliaPlus 16 Mar 2017 Agustinus Wibowo with Sastra Wijaya Indonesian travel writer and photographer Agustinus Wibowo recently appeared at the Perth Writers Festival. He is seen as a pioneer of a new genre of Indonesian travel literature, allowing readers to experience his physical, spiritual and emotional journey through his stories. Australia Plus talked to Agustinus to find out more. What are some of the things you discussed at the Perth Writers Festival? I had two sessions there. The first session was called Nomadic Lives with renowned Australian explorer and travel writer Tim Cope. One of the interesting questions that Tim and I discussed was whether we would call ourselves modern nomads. In my opinion, there’s a big difference between nomadism and travelling for our own sake. Nomads migrate up to four times a year (following the changes of season), but they have fixed places for their spring, summer, autumn and winter pastureland. They are still confined by borders – international or traditional ones – and the purpose of their travelling is for survival. By contrast, a modern traveller has much more freedom in choosing where to go and why. The other session I had was This Place Called Home, together [...]

March 20, 2017 // 6 Comments

Perth Writers Festival: Meet Travel Author Agustinus Wibowo

Perth Writers Festival To say that Indonesian travel writer and photographer Agustinus Wibowo has a passion for adventure and linguistics is an understatement – he has spent most of his life travelling to the far reaches of the world and currently speaks 16 languages. In his latest book Zero, his travels bring him home to spend time with his dying mother, a woman who lived her entire life in one small village. Read more about this incredible author before his PWF sessions Nomadic Lives and This Place Called Home. For those who haven’t read it, what is your latest book Zero about? Zero is my story of homecoming. After ten years wandering the world, I had to go home, to face the reality of my home. My mother was on the brink of death, as cancer ravaged her body. The only thing I could do was sit next to her, reading my travel notes from faraway lands – China, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan. Just like Scheherazade who reads through one thousand and one tales over as many nights, I wished that every story may prolong her life for one day. Along with these stories, my mother finally found a voice [...]

February 22, 2017 // 7 Comments

[Detik.com]: Novel ‘Titik Nol’ Segera Dibawa ke Layar Lebar

Detik Rabu, 02 Nov 2016 16:59 WIB  ·   Dicky Ardian – detikHOT Jakarta – Satu lagi novel best seller yang akan diadaptasi ke dalam film layar lebar. Kini giliran buku ‘Titik Nol’ karya Agustinus Wibowo yang akan difilmkan. Dari keterangan pers yang didapat detikHOT, Rabu (2/11/2016), buku tersebut sudah terjual lebih dari 26 ribu eksemplar dengan 6 kali cetak ulang. Di dalamnya menceritakan mengenai pengalaman pribadi Agustinus bertualang di Afganistan, Tibet, Nepal, India dan Pakistan dengan jalur darat. Adalah Rumah Produksi Falcon Pictures yang akan menggarap film tersebut. Namun sayangnya penayangannya belum akan terjadi dalam waktu dekat. “Sampai saat ini kita masih dalam proses penggarapan skrip. Mudah-mudahan semua berjalan lancar dan tahun depan kita bisa melakukan proses syuting,” kata Frederica selaku Produser Falcon Pictures. Lebih lanjut, Agustinus mengungkapkan sebenarnya bukan hanya Falcon Pictures yang mencoba untuk meminang bukunya itu untuk difilmkan. Tapi pilihannya jatuh ke rumah produksi yang baru saja sukses lewat ‘Warkop DKI Reborn’ itu. “Saya melihat Falcon mempunyai visi yang bagus dalam membuat film. Visinya bukan sekadar materialistis, tetapi juga ada visi untuk menghasilkan film yang berkualitas dan menginspirasi, karena itu saya memutuskan untuk menerima tawaran Falcon ini,” ujar Agustinus. [...]

November 6, 2016 // 54 Comments

[Detik.com] Liburan ke Asia Tengah Aman atau Tidak? Ini Dia Faktanya

Detik Jakarta – Masalah politik dan kriminalitas seakan mengaburkan keindahan wisata di Asia Tengah. Tapi bukan tidak mungkin liburan ke sana. Berikut faktanya. Lima negara Asia Tengah yang terdiri dari eks-Uni Soviet, yakni Kazakshtan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan memang dikenal eksotis. Tapi masalah konflik politk dan kriminalitas yang muncul dalam pemberitaan membuat traveler berpikir ulang sebelum berkunjung. Dari Indonesia, ada penulis sekaligus petualang Agustinus Wibowo yang telah menyibak Asia Tengah dan menuliskan kisahnya dalam buku Garis Batas. Untuk mencari tahu aman tidaknya traveling ke Asia Tengah, detikTravel pun mewawancarai Agustinus Wibowo via telepon pada Rabu malam (26/10/2016). Secara geopolitik, dua dari lima negara Asia Tengah bertetangga dengan Afghanistan yang rawan konflik dan perang. Secara tidak langsung, ada pengaruh radikalisasi hingga terorisme dari negara Timur Tengah ke Asia Tengah. “Efek dari Timur Tengah sekarang ini memang sedkit terasa, jadi banyak pejuang dari Tajikistan, Uzbekistan yang bergabung ke ISIS. Bahkan Kyrgyzstan dan Kazakhstan ada. Jadi arus radikalisasi sudah merembet masuk ke Asia Tengah. Yang itu mereka cukup rawan. Tapi kalau secara general untuk traveling ke situ mungkin efeknya kita nggak akan terlalu berasa seperti itu ya,” jelas Agustinus. Agustinus pun menceritakan tentang konflik yang sempat terjadi di Fergana, Uzbekistan pada tahun 2004 [...]

November 6, 2016 // 3 Comments

[Detik.com]: Ada Apa di Asia Tengah? Ini Kata Penulis & Petualang Agustinus Wibowo

Menyibak Asia Tengah Johanes Randy Prakoso – detikTravel – Kamis, 27/10/2016 08:10 WIB Detik.com Jakarta – Membicarakan negara di Asia Tengah tentu tidak terlepas dari nama Agustinus Wibowo, penulis dan penjelajah asal Indonesia. Yuk mengenal Asia Tengah lebih jauh! Lahir di Lumajang Jawa Timur, tahun 1981, nama Agustinus Wibowo mungkin sudah dikenal publik dan traveler Indonesia secara luas lewat sejumlah tulisan perjalanannya yang mengisahkan cerita kemanusiaan dan perbatasan di negara Asia Tengah. Berbeda dengan dengan traveler kebanyakan, pria berdarah Jawa Tinghoa ini malah memiliki ketertarikan khusus akan negara Asia Tengah yang belum dikenal dan rawan isu politik. Tapi tentu bukan hanya itu, perbedaan bahasa hingga sulitnya akses visa ke negara Asia Tengah juga menjadi alasan. Namun tidak untuk Agustinus Wibowo. Untuk mendapat gambaran dan mengenal Asia Tengah lebih lanjut, detikTravel pun berbincang dengan pria yang akrab disapa Agus ini via telepon, Rabu (26/10/2016). Dari perjalananya di Asia Tengah, ada banyak hal menarik yang bisa disimak. “Konsep Asia Tengah itu sebenarnya berbeda-beda setiap definisi, ada yang menganggap Asia Tengah mulainya dari Mongolia, masuk ke China Barat dari Rusia, negara-negara pecahan Uni Soviet, kadang Afghanistan juga dimasukkan ke Asia Tengah. Jadi memang definisinya itu berbeda-beda, tapi sekarang kebanyakan orang menganggap asia tengah [...]

November 1, 2016 // 0 Comments

[Kimberley Echo]: Region tantalises travel writer

An article in a local Kimberley newspaper on the fabulous Kimberley Writers Festival, Kununurra, Australia, 2-4 September 2016 Rourke Walsh Indonesian travel writer Agustinus Wibowo likes to immerse himself in the culture of a region before putting pen to paper. Having travelled extensively through Asia for his first three books, he said the “magical and exotic beauty” of the Kimberley could bring him back and feature as the subject of a future work. The writer was one of several authors and playwrights in Kununurra for the 11th annual Kimberley Writers’ Festival at the weekend. Wibowo’s travels include hitchhiking his way across Asia for 18 months on a shoestring budget of $US2000 before spending more than a year living in war-torn Afghanistan. He said before the weekend, he knew little of the Kimberley, despite its relative closeness to his homeland. “The Kimberley is so close to Indonesia, it’s actually closer than it is to Perth,” he said. “The landscape is fabulous and for me there is a magical and exotic beauty about it.” Wibowo said while this was unfortunately just a flying visit before jetting back to Jakarta for other commitments, the Kimberley had left a lasting impression on him. “I [...]

September 30, 2016 // 3 Comments

[Dewi] Agustinus Wibowo–Perjalanan Mencari Cerita

      Dari pencarian personal, ia tergugah merambah zona-zona konflik dunia dan mendengar cerita-cerita penghuninya.   DEWI September 2016 DUNIA PRIA (LINDA CHRISTANTY)   IDENTITAS adalah masalah yang menyertai dirinya tumbuh di Lumajang, sebuah kota di Jawa Timur. Ia berbicara Bahasa Jawa dengan orangtuanya di rumah, tetapi mereka bukan keluarga Jawa bagi orang-orang di sekitar. Ajaran dan tradisi Islam dalam masyarakat telah mempengaruhi pikirannya sebagai seorang bocah, sehingga ia meminta kepada orangtuanya agar ia dikhitan seperti teman-temannya yang lain. Tetapi ia dan keluarganya bukan Muslim. Ia tak mengenal kampung halaman yang lain selain kota lahirnya, tetapi ada orang-orang yang menganggapnya orang asing dan meneriakinya, “Cina, Cina….” di jalanan. “Karena itu saya sering merasa tidak aman. Saya memilih naik becak dari rumah menuju tempat yang hanya berjarak sekitar 200 meter sekalipun,” tutur Agustinus Wibowo, penulis buku-buku perjalanan yang mengisahkan zona-zona konflik dunia. Ia pun melewati masa remaja dengan memikirkan hal yang paling mendasarkan dari keberadaan manusia di muka bumi ini, “Siapakah saya?” Pada Mei 1998 kerusuhan anti Cina merebak di Jakarta, mengiringi akhir kekuasaan Presiden Soeharto. Tetapi ia dan keluarganya tidak bisa lari ke luar negeri untuk menyelamatkan diri. “Paspor saja kami tidak punya,” katanya. Perekonomian keluarga mereka pun hanya [...]

September 19, 2016 // 12 Comments

Detik.com: Papua Nugini hingga Singkawang, Ini 5 Titik bagi Buku Baru Agustinus Wibowo

Rabu, 14 Sep 2016 16:16 WIB  ·   Tia Agnes – detikHOT tautan Beijing – Lebih dari satu dekade melakukan perjalanan, Agustinus Wibowo kembali menelaah apa yang terjadi di negaranya. Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur itu berencana untuk bepergian ke lima titik lokasi yang merupakan fragmen-fragmen dari proyek buku baru yang kini sedang digarapnya sejak dua tahun lalu. Fragmen pertama adalah perbatasan Papua dengan Papua Nugini yang sudah ditinggalinya selama tiga bulan di sana. Ada empat titik lokasi atau destinasi lainnya yang akan dikerjakan sebagai proyek baru. “Saya berencana akan ke Toraja untuk memahami bagaimana agama tua bertahan di tengah-tengah agama baru. Ada Aceh untuk mempelajari bagaimana penerapan pasca syariat Islam,” ujarnya ketika berbincang di sela-sela Beijing International Book Fair (BIBF) 2016 di China International Exhibition Center, Beijing, belum lama ini. Baca Juga: Agustinus Wibowo Bicara Soal Proyek Buku Baru Selain itu, Agus akan menjelajahi Pulau Dewata untuk mencari tahu identitas Bali bertahan di tengah perubahan globalisasi. Serta Singkawang tentang etnis Tionghoa sampai pasca Reformasi. “Benang merahnya bisa dibilang tentang identitas, dari sudut pandang orang Indonesia sendiri. Bagaimana suara orang Indonesia, bagaimana orang Indonesia menggali negaranya sendiri, itu yang saya gali,” lanjut Agus. Simak: Agustinus Wibowo Kritisi Orang Asing yang [...]

September 15, 2016 // 0 Comments

Detik.com: Agustinus Wibowo Kritisi Orang Asing yang Tulis Buku Perjalanan Indonesia

Rabu, 14 Sep 2016 15:43 WIB  ·   Tia Agnes – detikHOT tautan Catatan: Saya rasa saya perlu sedikit mengklarifikasi artikel ini. Tampaknya jurnalis yang mewawancara tidak menyampaikan maksud saya secara tepat. Saya BUKAN mengkritisi orang asing yang menulis buku perjalanan Indonesia, melainkan ketiadaan buku perjalanan tentang Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia sendiri yang mampu menembus pasar internasional. Ini karena tidak banyak penulis perjalanan Indonesia yang menulis tentang Indonesia sendiri, atau masih relatif rendahnya kualitas tulisan perjalanan kita. Beijing – Agustinus Wibowo yang dikenal dengan narasi perjalanan ‘Titik Nol’ tengah menggarap proyek nasionalisme baru tentang Nusantara. Dia pun mengkritisi buku travel writing Indonesia yang ditulis oleh penulis asing. “Kebanyakan buku tentang Indonesia malah ditulis oleh orang asing. Begitu banyak minat orang luar tapi stok buku kita yang sangat terbatas. Itu hal yang sangat miris,” katanya ketika berbincang dengan detikHOT di sela-sela Beijing International Book Fair (BIBF) 2016, belum lama ini. “Bukan masalah siapa yang menulis, tapi perspektif kita yang pasti berbeda. Artinya bangsa kita didefinisikan menurut perspektif orang luar,” lanjutnya lagi. Simak: Agustinus Wibowo Bicara Soal Proyek Buku Baru Atas alasan tersebut, Agus mencoba memahami kembali apa makna nusantara, dan mencoba menelaahnya ke lima titik. Lokasi tersebut yang didatanginya [...]

September 15, 2016 // 14 Comments

Detik.com: Agustinus Wibowo Bicara Soal Proyek Buku Baru

Rabu, 14 Sep 2016 13:46 WIB  ·   Tia Agnes – detikHOT tautan Beijing – Perjalanan Agustinus Wibowo melintasi negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tengah yang terangkum dalam buku trilogi membuat namanya kian dikenal publik. Dari Beijing, sarjana Ilmu Komputer Universitas Tsinghua itu memulai petualangan perjalanan darat keliling Asia. Kini sebelas tahun kemudian, Agus muncul dengan proyek terbaru, semangat serta antusiasme yang tak kalah seru dari buku-buku sebelumnya. Tak lagi menceritakan tentang negara-negara berakhiran ‘tan’ maupun rencana penaklukan ke belahan benua Afrika, namun kali ini Agus kembali melihat ‘ke dalam’. Negara asalnya yang kaya akan budaya dan beragam cerita di dalamnya. Lewat tema ‘Nusantara’, Agus menjelajahi kawasan-kawasan yang berbeda yang bakal menjadi proyek buku berikutnya. Indonesia dipilihnya sebagai fokus pencarian dengan berbagai alasan. Ditemui di sela-sela kemeriahan stand Nasional Indonesia di ajang Beijing International Book Fair (BIBF) 2016, akhir Agustus lalu, Agus menjelaskan tentang rencana proyek terbarunya tersebut. “Indonesia adalah negara yang secara ajaib masih berdiri dengan utuh, ada ratusan etnik dan bahasa yang beragam. Setelah Reformasi pun Indonesia masih berdiri, itu jadi misteri sekaligus pertanyaan, ada kekuatan apa di balik Indonesia. Saya ingin memahami apa itu Indonesia, apa makna menjadi Indonesia, dan apa yang menyatukan Indonesia sampai sekarang [...]

September 15, 2016 // 1 Comment

1 2 3 7