Recommended

Beijing

Virus yang Mengikatkan Takdir Kita Semua

Beberapa tahun sebelum Covid-19 menjadi momok yang merajalela di seluruh penjuru dunia seperti sekarang ini, saya sudah pernah mengalami getirnya hidup bersama virus corona.  Di musim semi tahun 2003 itu, kota Beijing yang saya tinggali menjadi episentrum wabah penyakit SARS. Ada virus misterius berbentuk seperti mahkota yang konon menyebar di udara, menyebabkan radang paru-paru aneh yang sangat menular dan sangat mematikan. Menghadapi situasi yang tidak biasa ini, pemerintah Beijing menerapkan kebijakan “isolasi kota”. Perpindahan antar-kota dan antar-provinsi dihentikan total, dan para pendatang dari kota lain harus terlebih dahulu dikarantina selama dua minggu. Penduduk juga dilarang meninggalkan kompleks perumahan masing-masing. Sekolah dan universitas ditutup, transportasi publik ditiadakan, kantor dan toko berhenti beroperasi, kendaraan tidak boleh berlalu-lalang di jalanan. Beijing mendadak menjadi kota mati.   Hidup dalam karantina selama berminggu-minggu tentu sangat menyiksa, sangat sulit untuk tetap menjaga kewarasan di tengah belenggu yang memenjara kebebasan kita. Namun isolasi yang sangat ketat yang diterapkan oleh pemerintah Cina itu—metode yang kini populer dengan istilah lockdown—terbukti paling efektif untuk menghentikan wabah penyakit baru yang sangat mengerikan itu. Pada musim panas 2003, hanya beberapa bulan sejak merebaknya wabah, pemerintah Cina sudah bisa mengumumkan kemenangan umat manusia atas virus yang menewaskan tujuh ratusan [...]

April 11, 2020 // 13 Comments

Beijing International Book Fair 2016 作家来袭,讲述永不完结的故事

It’s a great honour for me to be the first Indonesian author featured in the Beijing International Book Fair (BIBF). The Book Fair also organizes the Literary Salon programs, which are a series of events taking placing during and around the BIBF, bringing authors from around the world into close contact with Chinese audiences. This year’s theme is “Never Ending Stories”, highlighting the continuing and essential importance of literary narrative, even as storytelling branches out into other media. The Salons will be conducted in various venues in Beijing, for the week of August 20 to 28. http://book.sina.com.cn/news/c/2016-08-12/1737815998.shtml 作家来袭,讲述永不完结的故事 2016年08月12日17:37   第23届北京国际图书博览会 再过22天,第23届北京国际图书博览会即将开展,图博会今年30岁了,BIBF文学沙龙系列活动也与读者相伴近7年了。今年,我们如约而至。 与往年一样,来自世界各地的几十位作者将齐聚北京。我们举办“文学沙龙”的目的,就是让北京读者与这些作者亲密接触,促成他们与中国作者对话,让所有来自 不同文化背景却对文学、书籍怀着同样热爱的人走得更近 Never Ending Stories [...]

August 13, 2016 // 0 Comments

Titik Nol 71: Surat-surat

Bagi warga negara India, visa Pakistan sangat tak mudah didapat. (AGUSTINUS WIBOWO) Gagal mendapatkan visa Pakistan hampir membuat saya gila. Saya hanya ingin cepat-cepat menuju Pakistan, tetapi sekarang malah terjebak dalam ramah-tamah penuh diplomasi dan birokrasi dalam gedung besar bernama Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI. Sudah berulang kali saya mondar-mandir gedung Kedutaan, seperti pelamar kerja yang gigih memperjuangkan nasib. Ke mana-mana saya selalu membawa map berisi surat-surat. Ada surat permohonan untuk Pak Dubes, ada fotokopi dokumen, surat-surat referensi, dan sebagainya. “Surat kamu sudah dibaca Pak Dubes,” kata ibu staf. Banyak staf kedutaan ini yang ramah dan memperhatikan saya, salah satunya ibu ini yang terus membantu memikirkan cara bagaimana menembus birokrasi ini. Tetapi kali ini, ia pun nyaris putus asa. “Percuma saja, dari Pak Dubes surat itu diturunkan lagi kepada Bapak Diplomat yang kemarin, cuma dibubuhi kalimat ‘Bagaimana Menurut Anda?’ Artinya, kamu masih berurusan dengan Bapak Diplomat lagi.” Saya sudah lelah. Pintu yang ini sudah tertutup rapat. Saya tak terbiasa dengan diplomasi, berkata-kata manis untuk memohon-mohon. Lebih baik cari cara lain. Tiba-tiba saya teringat tante saya yang menjadi guru les putra-putri diplomat di KBRI Beijing. Saya langsung meneleponnya, minta tolong untuk disambungkan dengan diplomat penting bagian konsuler di Beijing. Tak [...]

September 1, 2014 // 0 Comments

Titik Nol 22: Shigatse

Kuil Tashilhunpo (AGUSTINUS WIBOWO) Shigatse, kota terbesar kedua di Tibet, menggeliat dalam modernisasi. Toko-toko orang China bermunculan, sementara para biksu masih larut dalam lautan mantra dan sutra. Kota baru Shigatse bisa dibilang cukup rapi. Toko, apotek, restoran, rumah sakit, hotel, diskotek, kelap-kelip lampu neon bertulis huruf China, semua ada di sini. Bahkan teknik restoran menarik pembeli yang lagi populer di pedalaman China sudah sampai ke sini. Restoran baru bernama “Bu Haochi – Tidak Enak” malah berhasil menarik banyak pelanggan yang penasaran. Warung Sichuan mendominasi pusat kota. Restoran makanan Tibet tergusur ke pinggiran. Sementara sisi lain kota Shigatse, di kompleks perumahan orang Tibet di dekat kuil agung Tashinlhunpo sungguh kumuh. Walaupun jalan sudah beraspal mulus, trotoar nyaman dinaungi rindangnya pohon, berjalan di sini perlu kehati-hatian tingkat tinggi. Kotoran manusia bertebaran di trotoar.  Orang Tibet,  dari anak-anak sampai kakek nenek, laki-laki maupun perempuan, seenak hati tanpa sungkan berhajat di pinggir keramaian. Tashilhunpo adalah salah satu kuil terbesar dan terpenting umat Budha Tibet, khususnya bagi sekte Topi Kuning aliran Gelugpa. Di sinilah dulunya Panchen Lama, pemimpin spiritual Tibet terpenting kedua setelah Dalai Lama, bertahta. Karenanya, dalam Revolusi Kebudayaan ketika tempat-tempat ibadah dan pemujaan di seluruh Tiongkok mengalami kerusakan parah, sebagian besar patung kuno [...]

May 30, 2014 // 1 Comment

Titik Nol 20: Perayaan Akbar

Pengibaran bendera Republik Rakyat China di depan Potala. (AGUSTINUS WIBOWO) Bendera merah dengan lima bintang emas berkibar di seluruh penjuru Lhasa. Provinsi ini sedang bersolek merayakan empat puluh tahun berdirinya Tibet Autonomous Region (T.A.R), empat puluh tahun yang merombak total wajah dan kehidupannya. Di hadapan Istana Potala, bendera besar berwarna merah berkibar gagah. Lagu kebangsaan China, “Bangkitlah…. orang-orang yang tak hendak menjadi budak ….” membahana. Barisan tentara berseragam hijau memainkan terompet, seruling, genderang. Yang lainnya melakukan gladiresik, menyambut upacara perayaan akbar yang akan berlangsung di lapangan di depan Potala. Pada tahun 1951, utusan pemerintahan Tibet di bawah Dalai Lama menandatangani perjanjian dengan pemerintah komunis di Beijing. Tibet, walaupun punya pemerintahan sendiri, tak pernah diakui oleh negara mana pun sebagai negeri berdaulat. Salah satu poin perjanjian itu adalah menyatakan Tibet adalah bagian dari Republik Rakyat China dengan otonomi. Peristiwa bersejarah itu dirayakan sebagai terbebasnya Tibet, kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Tahun-tahun berikutnya, kedudukan Dalai Lama sebagai pemimpin spiritual sekaligus dewa di hati orang Tibet, secara perlahan namun pasti, mulai tergeser, hingga pada akhirnya sang pemimpin melarikan diri ke India tahun 1959. Tanggal 1 September 1965, berdirilah Daerah Otonomi Tibet (T.A.R) dengan wilayah yang jauh lebih kecil daripada teritorial Tibet di bawah [...]

May 28, 2014 // 1 Comment

Titik Nol 13: Danau Suci

Danau Suci Manasarovar. (AGUSTINUS WIBOWO) Saya tercebur ke dalam sungai dari mata air Kailash. Sungai ini dalam dan arusnya kencang. Tubuh saya terseret terbawa arus. Tangan pemuda itu dengan cekatan menangkap saya yang terjatuh dari batu. Basah kuyup saya menaiki batu-batuan ini. Tangan kanan saya dituntunnya. Sekali lagi saya terpeleset, nyaris hanyut. Tetapi bocah gembala ini tak hilang keseimbangannya. Saya begitu berterima kasih ketika berhasil mencapai tepi sungai. Saya tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika hanyut sampai ke sungai besar di seberang sana. Kamera saya rusak. Paspor saya basah kuyup. Sekujur tubuh saya menggigil kedinginan. Tetapi saya harus maju. “Darchen masih jauh,” kata bocah itu dengan bahasa Mandarin yang terbata-bata. Ia menunjukkan peta Kailash dari buku pelajarannya. “Di sini sekarang kamu berada,” katanya menunjuk sebuah titik di sebelah barat lingkaran kora. Masih dua puluh kilometer lagi ke Darchen, dan hari sudah mulai beranjak senja. Dengan perasaan hancur lebur, saya menyeret kaki saya yang sudah mulai lumpuh untuk terus maju. Tiga jam perjalanan yang dilewatkan dengan meringis kesakitan. Saya bersorak gembira ketika sampai di sebuah desa. Ada tiang penuh dengan bendera doa. “Bukan. Ini bukan Darchen!” kata seorang turis Korea yang saya jumpai. Darchen masih 13 kilometer lagi jauhnya. Ini [...]

May 19, 2014 // 4 Comments

#1Pic1Day: China Today (Beijing, 2013)

China Today (Beijing, 2013) Rapid modernization and development has drastically changed the face of Chinese cities. During the Cultural Revolution, one could be beaten just to wear something regarded a little bit too fancy, like a red shoes with flower decoration. But today, Beijing youngsters are too keen of world fashion and world-class branded stuff. Naked models on billboard are not out-of-place either. The China today is already very much different even compared to when I came first time to Beijing in 2000. China Hari Ini (Beijing, 2013) Modernisasi dan pembangunan yang begitu cepat mengubah wajah kota-kota di China secara drastis. Pada masa Revolusi Kebudayaan, orang bisa dipukuli dan dihajar hanya karena tampil cantik misalnya dengan sepatu yang ada hiasannya. Tetapi hari ini, generasi muda Beijing menggilai mode pakaian dan produk merek dunia. Model yang tampil telanjang pun sudah bukan hal yang istimewa. Hal ini bahkan sudah sangat drastis perubahannya dibandingkan dengan ketika saya pertama kali datang ke Beijing pada tahun 2000. [...]

January 30, 2014 // 0 Comments

#1Pic1Day: Communist Nostalgia (China, 2010)

Communist Nostalgia (China, 2010) Rapid development in China has brought this country entering the world of capitalism. Modernity and materialism cannot be separated from people’s live nationwide. Nevertheless, in last few years, we fill the arrival of nostalgia wind, especially towards the peak of communism under Mao Zedong, where people were equally poor and equally happy. There are some popular thematic restaurants in Beijing offering a journey through time machine, going back to Cultural Revolution era. Visitors seem to attend a general meeting with all other comrades, spectating shows with songs and poems of that era. The restaurant waiters and waitresses also dress in the uniform of Red Army and Red Guards, addressing each visitor as “Comrade”. Nostalgia Komunis (China, 2010) Pembangunan di China yang teramat pesat membawa negeri ini memasuki dunia kapitalisme. Modernitas dan materialisme tidak bisa terpisahkan dari kehidupan di seluruh negeri. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir muncul kembali kerinduan yang semakin kuat terhadap zaman-zaman Revolusi Kebudayaan, di mana semua rakyat masih miskin tetapi mereka merasa lebih bahagia. Salah satu bentuk nostalgia komunisme adalah munculnya beberapa restoran tematik yang mengusung tema Revolusi Kebudayaan, di mana pengunjung seperti menghadiri rapat akbar para kamerad dengan pertunjukan yang khas pada [...]

January 29, 2014 // 0 Comments

#1Pic1Day: Tibetan Muslim (China, 2010)

Tibetan Muslim (China, 2010) Tibetan Muslim women pass through Niujie Street in Beijing. Niujie (the “Ox Road”) is the biggest and oldest Muslim quarter in Beijing. China has dozens of Muslim ethnic groups, but the number of Muslims among Tibetans is actually very low. They inhabit some little villages in northern part of Tibet. Their costumes combine Tibetan dress with Islamic veil. These women came to Beijing as they are preparing to fly to Saudi Arabia for the annual holy pilgrimage. Muslim Tibet (China, 2010) Para perempuan Muslim Tibet sedang melintas di jalan Niujie, Beijing. Niujie (“Jalan Sapi”) merupakan daerah komunitas Muslim terbesar dan tertua di kota Beijing. China memiliki puluhan etnis minoritas yang menganut agama Islam, namun jumlah umat Muslim di kalangan etnis Tibet sangatlah minim. Mereka mendiami beberapa dusun kecil dan terpencil di bagian utara Tibet. Dalam hal berpakaian, mereka pun memadukan baju tradisi Tibet dengan kerudung. Para perempuan ini datang ke Beijing karena mereka bersiap terbang ke Mekkah untuk naik haji.     [...]

January 28, 2014 // 5 Comments

#1Pic1Day: Masjid Gaya China | Mosque in Chinese Style (2010)

Mosque in Chinese Style (2010) Niujie Mosque is the oldest mosque in Beijing, built in 996 during the Liao Dinasty, but most of the buildings we see today are from the Qing Dinasty (17th century). The architecture is a mixture of Islamic and Han Chinese tradition. Niujie, which literally means “Ox Road”, is the biggest and oldest Muslim quarter in Beijing (mostly the Hui Muslims), with numerous shops and restaurants offering halal food. Masjid Gaya China (2010) Masjid Niujie adalah masjid tertua di kota Beijing, didirikan pada tahun 996 M, namun bentuknya yang sekarang utamanya adalah peninggalan dari Dinasti Qing (abad ke-17). Bangunan ini merupakan perpaduan antara seni arsitektur Muslim dan Han China. Niujie sendiri berarti “Jalan Sapi”, merupakan daerah komunitas Muslim tertua dan terbesar di Beijing (mayoritas penghuninya adalah etnis Muslim Hui), dengan barisan toko dan restoran yang menjual produk makanan halal.     [...]

January 27, 2014 // 3 Comments

Jakarta Globe (2013): Learning By Traveling

  http://www.thejakartaglobe.com/blogs/agustinus-wibowo-learning-by-traveling/   Agustinus Wibowo: Learning By Traveling By Annisa Dewi Yustita on 1:36 pm November 28, 2013. Category Blogs, Cultural Musings Tags: Indonesia author, travel Villagers traveling on the truck in Afghanistan western provinces. The central route of Afghanistan connecting Herat to Kabul is unpaved for about 900 km. (Agency Photo) Traveling is more than just spending time in a particular place. On a deeper level it enables us to learn many things from our destination, such as the language, culture and its people. Agustinus Wibowo is an Indonesian travel writer whose travel experiences have taken him through Asia and the Middle East. He said that he was fascinated by the world’s cultures and traditions and was curious about how the world works despite its historical and cultural divisions. Agustinus started his journey going around Asia with just US$2,000 from his savings during his study at Tshinghua University in Beijing, China. When he ran out of money, he stayed for a while with local people and worked with them to collect money and continued his journey again. “I loved traveling from when I was a student in China. I used to be a homeboy and scared of going around [...]

November 28, 2013 // 1 Comment