Recommended

Himalaya

Titik Nol 36: Dimabuk Arak

Pagi, siang, malam, menunya selalu dhal bat. (AGUSTINUS WIBOWO) Pushkar Baral adalah pegawai Radio Nepal. Wajahnya bersih, dahinya lebar, dan tubuhnya kekar. Sore ini, ia mengajak saya ke rumahnya di Patan. Perkenalan saya dengan Pushkar sebenarnya tak sengaja. Seorang kawan, wartawati di Indonesia, pernah ikut pelatihan jurnalisme di Eropa dan berkenalan dengan seorang jurnalis Radio Nepal. Saya diberi alamat emailnya, lengkap dengan ucapan basa-basi titip salam dan apa kabar, dengan harapan bisa membantu saya menambah kawan di Kathmandu. Alamat email yang dipakai adalah email kantor, Radio Nepal. Jurnalis yang dimaksud sudah tidak bekerja di sana lagi, dan penggantinya, Pushkar Baral, sama sekali tidak tahu-menahu ke mana rimbanya kawan itu. Akhirnya, setelah berulang kali berbalas email, saya malah berkawan dengan Pushkar. “My friend, kalau memungkinkan saya ingin berbagi pengalaman denganmu dan masalah yang kau hadapi di Kathmandu ini.” Sehabis tutup kantor, jam 6 sore, Pushkar menjemput saya di losmen. Kami berangkat bersama ke rumahnya di Patan, kota kuno yang masih di lingkungan Lembah Kathmandu. “Jadi jurnalis di Kathmandu gampang-gampang susah,” katanya, “Di sini kita harus berhati-hati kalau berurusan dengan kabar kerajaan. Kebebasan pers memang ada, tetapi ada batasnya.” Pembantaian besar keluarga kerajaan Nepal, tanggal 1 Juni 2001, adalah kejutan besar di [...]

June 20, 2014 // 1 Comment

Titik Nol 33: Pagi di Kathmandu

Lapangan Basantpur di dekat Hanuman Dhoka. (AGUSTINUS WIBOWO) Nepal, Never Ending Peace And Love, kerajaan mungil yang terjepit di antara dua raksasa dunia, dikelilingi pegunungan tinggi atap dunia, dan hidup dalam mistisme tanpa akhir. Sebuah hari yang baru di Kathmandu selalu dimulai dengan kegaduhan. Sebaris umat Hindu berkeliling menyusuri jalan-jalan kota, memainkan musik dan memanjatkan mantra. Ada drum, seruling, kendang, dan lonceng, mengingatkan umat untuk bersembahyang memuja dewa-dewi di kuil yang bertaburan di seluruh kota. Pusat kota Kathmandu adalah lapangan di istana kerajaan kuno, Lapangan Durbar. Di luar pagar istana, di sekeliling portal Hanuman Dhoka, banyak sekali kuil dan patung. Pagi hari, yang paling ramai adalah patung seram Kala Bhairab. Kala, artinya hitam. Patung ini pun berwarna hitam. Wajahnya seperti buto dalam tradisi Jawa, lengkap dengan kalung tengkorak manusia. Tangannya ada enam, tubuh besarnya menginjak sesosok tubuh. Di hadapannya, puluhan umat Hindu berbaris untuk menghaturkan sesajian. Kala Bhairab, mungkin adalah manifestasi dari Dewi Durga, sang Dewi Perang yang dipuja. Durga adalah pendamping Dewa Shiwa, dewa yang paling banyak pemujanya di antara ketiga dewa utama agama Hindu. Patung Kala Bhairab dipercaya punya kekuatan gaib. Siapa yang berbohong di hadapannya, langsung mati. Zaman dahulu, mereka yang punya perselisihan menyelesaikan masalah mereka di [...]

June 17, 2014 // 2 Comments

Titik Nol 30: Nyaman di Nyalam

Dari pegunungan salju Himalaya…. (AGUSTINUS WIBOWO) Jalan raya Friendship Highway yang menghubungkan negeri China dengan Nepal beraspal mulus, walaupun masih ada perbaikan jalan di sana-sini. Ukuran keberhasilan negeri ini adalah pembangunan di mana-mana, merambah semua sudut negeri, meningkatkan kesejahteraan dan memperadabkan penduduknya. Bahkan gunung dan padang di kaki Himalaya pun kini sudah terjamah listrik dan jalan raya. Di padang rumput yang menghampar itu, air sungai bergemericik. Bocah-bocah bertelanjang, berlarian di tepi sungai, menceburkan diri dalam airnya yang segar. Tak ada malu, tak ada sungkan. Mereka hidup dalam surga mereka yang tak terjamah. Sementara kami, di dalam truk Dongfeng yang penuh sesak, dihantui kecemasan menuju Nyalam. Baru saja saya memberitahu Ding bahwa sejatinya saya orang asing. Di Nyalam, ada pos pemeriksaan besar. Orang asing yang tanpa permit akan kena hukuman. Sopir truk yang nekad memberi tumpangan pada orang asing juga akan didenda. “Jangan kuatir,” kata Ding menghibur, “kamu adalah mahasiswa Tsinghua. Langit pasti akan menolongmu.” Langit senja kemerahan, membilas puncak salju Himalaya yang berbaris di hadapan. Salju putih berubah menjadi kuning kemerahan, cantik sekali. Ding sering menghentikan mobilnya hanya untuk memberi kesempatan untuk memotret. “Mobil ini adalah punyamu, tak perlu berterima kasih. Justru saya merasa sangat terhormat mengangkut seorang anak Tsinghua.” [...]

June 11, 2014 // 1 Comment