Recommended

Lonely Planet

Titik Nol 87: Hidup Menurut Buku Panduan

Sarapan pagi pun saya membaca Lonely Planet. (AGUSTINUS WIBOWO) Mengapa hidup kita harus selalu dituntun oleh buku panduan? Tidakkah kita memiliki hasrat lebih besar untuk melakukan pengembaraan, menemukan rahasia alam yang tak terduga? Terilhami dari perang omelet di Jodhpur, saya jadi berpikir sejauh mana buku panduan macam Lonely Planet sudah memengaruhi cara orang menjelajah dunia. Coba perhatikan, berapa banyak turis yang berkeliaran di India yang yang tidak membawa-bawa buku suci tebal berjudul Lonely Planet, atau buku panduan wisata lainnya? Semua orang membawa buku yang sama, pergi ke tempat yang sama seperti yang ditulis dalam buku, menginap di hotel-hotel yang sama, sampai makan omelet pun di tempat yang sama. Turis-turis ini hanya melakukan perjalanan napak tilas seperti yang dituntunkan oleh buku. Bahkan beberapa edisi terbaru Lonely Planet sudah mencantumkan rute pilihan penulis. Apa jadinya? ‘Petualang’ atau bahasa kerennya traveler zaman sekarang, sudah jauh berbeda dengan para pengelana dunia pada zaman dahulu, bahkan tak bisa dibandingkan dengan para hippie yang menapaki hippie trail dari Istanbul sampai Kathmandu pada era 70-an. Perjalanan backpacker zaman sekarang terlalu terikat dengan petuah dan petunjuk Lonely Planet. Semua pergi ke tempat yang sama, semua mencicip makanan di restoran yang sama, dan menyelami pengalaman perjalanan yang sama. Apa [...]

September 23, 2014 // 0 Comments

Titik Nol 86: Perang Omlet (2)

Direkomendasikan oleh Lonely Planet. (AGUSTINUS WIBOWO) Kios omelet di depan pintu gerbang jam kota Jodhpur memang nampak biasa dari kejauhan. Yang tidak biasa adalah persaingan sengit di antara mereka gara-gara sebuah buku panduan turis berjudul Lonely Planet. “Terletak di pintu gerbang utara menara jam kota Jodhpur, kios omelet ini memang tampak seperti kios biasa. Tetapi konon mereka berhasil menjual 1.000 telur per hari dan penjualnya sudah berkecimpung dalam bisnis ini selama 30 tahun.” Demikian Lonely Planet India menulis tentang toko omelet ini di bagian “Tempat Makan” di kota Jodhpur. Sebuah paragraf yang bahkan saya lirik pun tidak, tetapi gara-gara mendengar kisah persaingan seru kios-kios omelet di sekitar jam kota, saya pun tertarik membaca. Sebait paragraf sederhana ini, ditambah lagi informasi tentang pedasnya omelet dan harganya yang murah, ternyata berarti luar biasa bagi bapak tua pemilik warung. Kepalanya sedikit botak, kaca matanya tebal, dan dengan bangga ia berkata, “saya sudah bekerja 33 tahun!” Seperti di warung sebelah, pemilik warung ini juga lebih sibuk menunjukkan testimoni kejayaannya daripada menyajikan omeletnya. Saya disuguhi dua lembar fotokopian ukuran besar dari halaman Lonely Planet yang menyebut tokonya, dilaminating pula. Ini adalah kebanggaannya yang paling besar. Paragraf itu di-highlight, bagian ‘wajib baca’ untuk semua turis yang [...]

September 22, 2014 // 2 Comments

Titik Nol 85: Perang Omlet

Buku testimonial adalah senjata ampuh warung-warung omelet untuk menarik pelanggan. (AGUSTINUS WIBOWO) Siapa yang tak kenal Lonely Planet? Tampaknya hampir semua backpacker yang berkeliaran di India berpegang teguh pada buku tebal yang sudah menjadi seperti kitab suci ini. Tetapi  siapa sangka Lonely Planet juga sudah mempengaruhi pasar di India? Jodhpur, kota biru Rajasthan, adalah salah satu magnet turis India. Kota ini dibanjiri oleh wisatawan dari berbagai kelas, mulai dari penghuni hotel bintang lima di puri kuno sampai backpacker kere penghuni losmen murah. Dari Pushkar yang masih ramai dan mahal, saya datang bersama Lam Li, menyusuri gang kota Jodhpur yang menyesatkan untuk mencari penginapan yang sesuai dengan cekaknya kantong kami. Kami mengunjungi lebih dari empat losmen. Setiap kali kami datang melihat losmen, yang pertama kali diperlihatkan kepada kami bukan kamar, melainkan kitab tebal berisi testimoni para tamu yang pernah menginap di sini. Guest Book, buku tamu, adalah alat promosi ampuh untuk menarik pelanggan. Yang namanya tercantum dalam kitab suci Lonely Planet dengan bangga menulis di plakat, “We are in Lonely Planet.” Yang tidak pun tetap optimistis, seraya berkata, “Kami masih baru, jadi masih belum terdaftar di Lonely Planet. Tapi jangan khawatir dengan pelayanan kami!” Sebegitu pentingnyakah terdaftar di Lonely Planet? Mungkin, [...]

September 19, 2014 // 0 Comments

Titik Nol 79: Turisme di Kota Kuno

Kota suci Pushkar di sekeliling danau suci. (AGUSTINUS WIBOWO) Kota kecil Pushkar, tempat datangnya ribuan umat Hindu membasuh diri di kolam suci, hiruk pikuk menyambut datangnya Kartika Purnima. Bukan hanya kaum peziarah, kini unta, karavan, nomad, memenuhi seluruh sudut kota. Tak lupa tentunya turis. Bagaimana turisme mengubah kehidupan di tempat suci ini? Saya dan Lam Li bersama-sama meninggalkan Jaipur menuju kota suci Pushkar. Bus penuh sesak. Orang India selalu tidak sabaran untuk turun dari bus. Saling desak, saling senggol, saya hampir terlindas oleh kakek tua yang mendorong saya dengan kasar. Penduduk negeri ini sepertinya punya konsep waktu yang aneh. Di kala senggang mereka tiduran seperti waktu tak pernah habis. Tetapi kalau sudah urusan turun dari kendaraan, mulai dari bus, rickshaw, kereta api, sampai pesawat terbang sekali pun, mereka harus jadi yang paling dulu menyentuh tanah, seolah waktu mereka tak tersisa lagi barang sedetik pun. Kami berganti bus di kota suci Ajmer, kota suci umat Muslim. Pushkar, kota sucinya umat Hindu, hanya 14 kilometer jauhnya dari Ajmer. Suasana kota kuno segera menyergap begitu kami memasuki gang sempit Pushkar yang berkelok-kelok bagai rumah sesat. Rumah kotak-kotak berwarna putih bertebaran. Alunan mantra terus mengalir dari pengeras suara yang ringsek. Sapi berkeliaran, dan perempuan [...]

September 11, 2014 // 1 Comment

[Audio] UWRF2013: Travellers

Ubud Writers and Readers Festival 2013 Travellers : Trinity, Don George, Tony Wheelers, Agustinus Wibowo & Lisa Dempster Travel – from the beginning of Lonely Planet to today, we track the journey of travel writing. Who are the travel writers these days, does what they say still have an impact or have we all become travel writers? Neka, 13 October 2014 http://www.ubudwritersfestival.com/audio/travellers-trinity-don-george-tony-wheelers-agustinus-wibowo-lisa-dempster/ Featuring:   Agustinus Wibowo Agustinus Wibowo is an Indonesian travel writer whose travel experiences have taken him through Asia to the Middle East. He is fascinated by cultures and traditions and is curious about how the world works as one when it is constantly divided by history and culture. He prefers to travel overland when he can and once entered Tibet by pretending to be a Chinese citizen. He also volunteered to help victims of a natural disaster in Kashmir, before deciding on a career in photojournalism and taking on an assignment in war-torn Afghanistan. His first book, considered a masterpiece by many, was Selimut Debu (A Blanket of Dust) and chronicles his journey in Afghanistan. It was followed by Garis Batas (Borderlines: A Journey Through Central Asia), which examines issues of borderlines across ex-Soviet republics, including psychological [...]

December 5, 2013 // 0 Comments

Travel and Escape (2013): Are Travel Writers Obsolete?

  http://www.travelandescape.ca/2013/11/are-travel-writers-obsolete/ Not too long ago, travellers communicated with home via letters and the beloved blue-paper aerogram. Nowadays we text, email and update social media from even some of the farthest reaches of the world. It’s easy to tell our stories and the internet is flooded with blogs, Facebook updates and reviews from travellers worldwide. With this new information-sharing culture, are traditional travel writers and their stories going to become obsolete?This was the question asked of travel writing experts—Tony Wheeler, founder of Lonely Planet, Don George, editor of National Geographic Traveller, and Agustinus Wibowo, a leading Indonesian travel writer—at the 2013 Ubud Writers and Readers Festival in Bali. Here are their responses:Credit: Victoria Watts   Tony Wheeler: I don’t think travel writers will become obsolete. People are still going to want information in a trusted fashion. However, the way we get that information is changing. We read as many words as we ever did, we just don’t always read them on paper—we read them on screen, on our phones and through the internet. But we still read those words, so the demand for information is still there. Agustinus Wibowo: The world is constantly changing, the way we travel is changing [...]

November 27, 2013 // 0 Comments

National Geographic (2013): Literary Magic in Bali

http://intelligenttravel.nationalgeographic.com/2013/11/12/literary-magic-in-bali/   Literary Magic in Bali Posted by Don George of National Geographic Traveler in Travel with Heart on November 12, 2013 Last month I had the opportunity to participate for the second year in a row in the Ubud Writers & Readers Festival on the Indonesian island of Bali. At the six-day festival, I taught two travel writing workshops, spoke on a panel about the evolution of the genre, and hosted a luncheon conversation with the co-founders of Lonely Planet, Maureen and Tony Wheeler. Celebrating its tenth anniversary, this year’s fest was the biggest gathering yet, with more than 200 authors, musicians, and performers from more than 20 countries participating, and many hundreds of literature-lovers from around the Pacific Rim, Southeast Asia, and beyond attending. As with last year, I was exhilarated to encounter in panels and dinners and performances acclaimed and groundbreaking journalists, novelists, poets, and nonfiction writers from Indonesia, Malaysia, Myanmar, the Philippines, India, Sri Lanka, Australia, Egypt, Syria, Germany, France, Ireland, and England, as well as bright-eyed, book-hugging readers inspired by what these writers create. One of the festival’s highlights was the aforementioned travel writing panel, facilitated by Lisa Dempster, director of the Melbourne Writers Festival. [...]

November 12, 2013 // 0 Comments

Jakarta Post (2013): What Writers Think About Travel Writing

    http://www.jakpost.travel/news/what-writers-think-about-travel-writing-SDjzu7QgZ6JLP83q.html What writers think about travel writing By Raditya Margi, The Jakarta Post, Ubud | Oct 24, 2013 The Ubud Writers & Readers Festival (UMRF) 2013 in Bali brought several renowned travel writers such as Tony Wheeler, the founder of Lonely Planet publications, and Don George, who writes for many top-tier travel media like National Geographic Traveler. The two, along with Indonesian travel writers and book authors Trinity and Agustinus Wibowo, appeared on a panel discussion titled “The Traveler”, one of 75 main sessions on the UWRF. As the format becomes increasingly popular, masters such as Wheeler and George offered insights into what makes good travel writing. It is more than just a whimsical description of a faraway place. Wheeler said the content must be accurate, while Agustinus said that it must always be honest non-fiction. “Travel writing is fundamentally about a place – it’s about illuminating a place,” said George to The Jakarta Post Travel on the sidelines of the main panel session. According to George, there are two types of travel writing: the guidebook style and storytelling. “Guidebook writing is about giving central information – like where to stay and where to eat; and then there’s [...]

October 24, 2013 // 0 Comments