[Detik]: Panggung Agustinus Wibowo dan Yu Hua di BIBF 2016
Beijing – Bermula dari Beijing, Agustinus Wibowo bermimpi ingin melakukan perjalanan ke Afrika Selatan. Ia pun melakukan perjalanan dari Tibet, Nepal, India, Pakistan, dan negara-negara lainnya. Di ajang Beijing International Book Fair (BIBF) 2016, Agustinus bersama Yu Hua membicarakan tentang identitas, perjalanannya menulis dan soal budaya dua negara.
Penulis ‘Titik Nol’ itu membicarakan tentang identitas ketika dirinya lahir. “Saya dibilang orang Cina dan ketika saya belajar di negara ini, saya dibilang Indonesia. Sebenarnya saya ini dari mana. Karena itu saya mau mencoba menjadi traveler. Selalu ada pikiran yang baru di setiap tempat dan saya mencari Indonesia itu seperti apa,” ucapnya ketika berbicara di sesi Writer’s Stage di BIBF 2016, Rabu (24/8/2016).
Dengan berjalan mengunjungi banyak negara, Agustinus keluar dari zona nyamannya. Dia menceritakan ketika turis asing dilarang bepergian ke Tibet, pria asal Lumajang Jawa Timur justru ke sana. Saat dia belajar jurusan komputer, dia juga tak mau hanya menjadi sarjana dengan lulusan tersebut.
“Saya mau jadi jurnalis tapi kuliah nggak sesuai yang di mau. Tapi saya bisa motret dan menulis, kenapa nggak jadi jurnalis saja. Kita traveling ke mana saja dan bersama siapa itu nggak penting, yang penting adalah merasakan kehidupan baru dan orang lain. Dan itu yang membuat saya sangat penasaran,” ujarnya di hadapan publik berbicara dengan bahasa Mandarin yang fasih.
Masih berbicara soal identitas, secara blak-blakan Agustinus mengisahkan pengalamannya sepulang traveling dari Afghanistan. Dia pulang kampung dan mengunjungi orang tuanya.
“Aku bilang ke ayah, yuk kita pulang ke rumah kita. Ayahku bilang, kita keturunan Tiongkok tapi bukan itu rumah kita. Jadi dia merasa memang keturunan Tionghoa tapi rumahnya ya di Indonesia,” kenangnya.
Yu Hua yang duduk di samping Agustinus pun mengapresiasi perjalanan traveling yang dilakoni dan pencarian Agustinus. Penulis buku ‘To Live’ mengatakan Agus berani mengubah kehidupan dan lingkungan sekitarnya.
“Dia berani keluar dari zona nyaman, dan pandangan hidupnya harus diapresiasi. Karena setiap orang punya pendapatnya masing-masing,” katanya.
Usai sesi diskusi tentang budaya dua negara selama dua jam lamanya, acara dilanjutkan dengan tanya jawab. Publik yang menghadiri diskusi tadi, sangat apresiatif dengan perjalanan Agustinus yang tertuang di dalam buku ‘Titik Nol’. Semua kursi yang tersedia di Writer’s Stage terisi penuh.
Selain diskusi Agustinus dan Yu Hua, Ketua Komite Buku Nasional Laura Prinsloo juga mengisi diskusi forum internasional tentang ASEAN. Jumat mendatang (26/8), juga terdapat ngobrol santai pertemuan antara penerbit, penterjemah, agensi sastra, dan penggiat sastra lainnya dalam sesi ‘Happy Hour’.
Stand nasional Indonesia bisa dikunjungi di gedung E2 booth F28, China International Convention Center, distrik Shunyi, Beijing, sampai 28 Agustus!
(tia/nu2)
Leave a comment