Titik Nol 109: Sikh
Danau suci memantulkan bayangan kuil emas bersinar gemerlap. Mantra mengalun tanpa henti dengan iringan nada datar musik lembut. Saya terpekur di bawah keagungan tempat ini.
Perjalanan panjang dari New Delhi ke Amritsar di negara bagian Punjab membuat tubuh saya semakin lemas. Mata saya kembali kuning karena kelelahan sepanjang malam. Tetapi entah mengapa, di hadapan kuil emas yang menjadi tempat paling suci bagi umat Sikh, saya merasa segala letih dan sakit lenyap seketika.
Tempat ini adalah gurdwara paling terkenal, kebanggaan umat Sikh di seluruh dunia. Gurdwara adalah kuil peribadatan pemeluk Sikh. Gurdwara di Amritsar, nama resminya Harmandir Sahib, berwarna emas, bersinar gemilang diterpa sinar matahari pagi. Kuil ini terletak di tengah danau berbentuk persegi. Tanah di sekitarnya berupa lantai pualam.
Amritsar semula adalah nama danau ini. Amrit Sarovar berarti danau air suci. Kemudian menjadi nama kompleks kuil ini. Sampai akhirnya, seluruh kota ini dinamai Amritsar. Danau ini begitu suci. Ratusan umat Sikh mencelupkan diri ke dalam airnya yang sejuk. Ritual mandi ini bukan sekadar membasuh diri secara badani, tetapi punya juga pembasuhan dan penyucian jiwa spiritual.
Ada sedikitnya 15 juta penganut agama Sikh di India. Pria Sikh dikenali dengan mudah dari turban mereka yang membumbung tinggi. Mereka selalu menutup rambut panjang mereka dengan turban. Dalam agama Sikh, kesh atau rambut yang terpotong, adalah salah satu simbol terpenting. Sepanjang apa pun, rambut, jenggot, dan semua bulu yang tubuh di sekujur tubuh tak boleh dipotong. Kaum pria menyembunyikan rambut panjangnya dengan rapi di bawah surban mereka. Kaum wanita selain berambut panjang juga tidak boleh mencukur alis. Rambut punya arti yang penting dalam agama ini. Memasuki tempat suci ini, semua orang diharuskan untuk menutup rambutnya, boleh dengan surban, topi, kerudung, atau kain.
Saya tak tahu banyak mengenai agama Sikh. Seorang peziarah muda dari tanah Punjab memberi penjelasan, “Rambut adalah lambang kesucian yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tidak memotong rambut berarti menerima dan mensyukuri apa yang dianugerahkan oleh Tuhan.”
Kuil emas ini terbuka bagi semua orang. Umat dari pelbagai agama, bahkan yang tidak beragama pun, disambut dengan ramah di sini. Bagian informasi menyediakan buku-buku gratis tentang agama Sikh. Saya mulai membaca tentang sejarah hidup Guru Nanak.
Sri Guru Nanak Dev, atau Guru Nanak, adalah pendiri agama Sikh. Beliau dilahirkan dalam keluarga Hindu yang ketat pada tahun 1469. Guru Nanak sejak kecil sudah menunjukkan pemberontakan terhadap ajaran Hindu. Sebuah kisah yang paling terkenal adalah bagaimana Guru Nanak kecil menolak pemasangan benang suci janeu. Dalam tradisi Brahmin, bocah kecil yang beranjak dewasa akan mendapatkan benang suci putih yang diikatkan melingkar dari pundak kiri ke pinggang kanan. Benang ini dipakai terus sepanjang hidup. Setidaknya sekali dalam setahun, janeu kaum Brahmin diganti dalam upcara khusus.
Hanya orang kasta Sudra – kasta terendah – yang tidak melingkarkan janeu di tubuh mereka. Tetapi Guru Nanak tak peduli, tetap tak mau memasang benang itu ke tubuhnya. Baginya, kualitas manusia bukan ditentukan oleh benang.
Beliau bersabda,
“Meskipun mereka melakukan pencurian, perzinahan, kebohongan, pelecehan, perampokan, dosa yang tak terbilang jumlahnya, menyakiti sesama makhuk siang malam, tetapi benang kapas selalul dilingkarkan Brahmana ke tubuh mereka. Mereka menggelar upacara, membunuh kambing, menyiapkan makanan, dan orang suci berkata ‘pasanglah janeu’. Ketika janeu itu sudah tua, benang itu dibuang, diganti yang lain. Tidaklah dawai itu kekal dan abadi kalau ia selalu rusak dan dibuang.”
Guru Nanak sering berdebat dengan pemuka agama Hindu dan Muslim. Saripati keagungan kedua agama besar itu juga nampak dalam ajarannya. Guru Nanak adalah musafir, menempuh perjalanan beribu-ribu kilometer untuk mencari kebenaran hidup, pencerahan batin, dan keagungan Tuhan. Ia melintasi gunung-gunung salju Himalaya menuju Tibet, melintasi padang pasir Sindh, menyeberangi lautan Arabia, menempuh perjalanan suci ke tanah Mekkah, Baghdad, Persia, Afghan, untuk belajar dari alam semesta raya. Guru Granth Sahib, kitab suci umat Sikh, bukan hanya ditulis oleh guru-guru Sikh, tetapi juga oleh orang suci dari kepercayaan dan agama lain.
Hanya ada satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu perantaraan ritual atau pandita, dan penolakan terhadap pembedaan manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh.
Sejarah agama Sikh yang baru lima abad ini tak selalu berjalan mulus. Kuil suci di Amritsar ini sudah beberapa kali dihancurkan para penguasa dari berbagai agama dari berbagai penjuru bumi, dibangun lagi, dihancurkan lagi, dibangun lagi, diserang lagi, dan seterusnya. Yang terakhir pada tahun 1984 ketika pasukan India di bawah pemerintahan Indira Gandhi menyerang kaum separatis Sikh yang ingin mendirikan Republik Khalistan – negeri bagi umat Sikh – yang menggunakan kuil ini sebagai tempat perlindungan. Bangunan suci ini rusak parah.
Sekarang, lebih dari dua puluh tahun berselang, sisa-sisa kehancuran masa lalu itu sudah tak nampak lagi. Yang saya rasakan adalah damai dan tenang, di bawah alunan mantra yang mengalun setiap waktu. Seorang pria bersurban tengkurap di atas lantai, memberi sujud yang dalam ke hadapan kuil suci di tengah danau. Seorang suci berjenggot lebat larut dalam doanya.
Di tempat suci ini, hati saya dipenuhi rasa berserah diri yang sepenuhnya.
(Bersambung)
Serial ini pernah diterbitkan sebagai “Titik Nol” di Rubrik Petualang, Kompas.com pada tahun 2008, dan diterbitkan sebagai buku perjalanan berjudul “Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan” oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2013.
Dimuat di Kompas Cyber Media pada 2 Januari 2009
Lihat juga ada di film Rab ne bana de jhody.
Kubah kuil dilihat dr jauh mirip kubah masjid.. 🙂
Ass, Pak….. Dimana terakhir perjalanan di India? trus apa penyebab Bapak menghentikan perjalanan di India, Satu lagi, kisah perjalanan di Tibet sampai eps. berapa? yg bisa dibaca di blog cuma s/d 19/20 yg selanjutnya?
Tiap pagi selesai mengajar Vr selalu menympatkan diri membaca postingan terbaru Bapak, serasa ikut mengembara di sana, karena vr disini serasa katak dalam tempurung, hanya pikiran yg melanglang buana ke penjuru dunia lain…. terobati dahaga membaca blog Bapak, serasa ada kerinduan jika sehari belum membuka blog Bapak…..
Perjalanan selalu menghadirkan religi, sementara agama hanyalah persepsi. Yang Maha Satu hanyalah satu. Tergantung dari mana kita melihat. Dari kesemuanya, Ia selalu hadir dalam hijrah setiap orang yang ingin mengenal sesamanya dan semesta ciptaan-Nya…
Perjalanan mengesankan..
org jenius sangking jeniusnya pemikirannya kdg aneh, klo gk ateis ya bikin peraturan agama sndri..