Bobo (2008) – Salamat and Rashida from the Wakhan Valley
Bobo—Reportasia:
Salamat dan Rashida dari Lembah Wakhan
Afghanistan, negara yang sering kita dengar tentang perangnya, ternyata sangat elok. Gunung-gunung menjulang tinggi bertudung salju. Sungai Amu mengalir deras. Padang rumput hijau bak permadani menyelimuti lembah. Tempat ini sangat indah. Seperti surga di muka Bumi.
Di tanah gembala yang luas ini, ratusan kambing dan sapi asyik merumput. Salamat, umur 8 tahun, duduk gagah di atas keledainya. Topinya kecil dan indah, hasil sulaman ibunya sendiri. Jubahnya sudah kumal. Rompi hitamnya pun sudah lama tak diganti.
Salamat mengawasi ternak-ternaknya. Hampir sepanjang hari ia menghabiskan waktunya di padang hijau ini. Walaupun masih kecil, Salamat kuat dan tangguh. Meski harus membantu menggembalakan sapi-sapi bapaknya, Salamat tak pernah bolos sekolah. Tiap hari, ia bangun jam empat pagi, lalu berangkat sekolah. Sekolahnya jauh sekali. Dua jam harus jalan kaki.
Lembah Wakhan adalah daerah paling terpencil di Afghanistan. Di sini cuma ada gunung-gunung. Tak ada jalan raya. Tak ada bus sekolah. Salamat pergi sekolah jalan kaki. Kalau lagi beruntung dia menumpang naik kuda tetangga. Sekolahnya pun sederhana sekali. Tidak ada gedung sekolah. Sekolahnya cuma tenda.
Salamat masih beruntung bisa sekolah. Rashida, temannya dari desa tetangga, malah sepanjang hari cuma menggembala kambing. Katanya sih, orang-orang di desa Rashida hampir semua tidak pernah sekolah. Dari kakek-nenek, bapak-ibu, sampai anak-anak, tidak ada yang bisa membaca. Bahkan umurnya sendiri pun mereka tidak tahu. Menyedihkan sekali.
Wajah Rashida selalu coreng moreng. Rashida tidak peduli. Meskipun masih kecil, Rashida bisa lari kencang. Tangannya mengayunkan tongkat kayu kuat-kuat, sehingga sapi dan keledai pun takut padanya. Bersama kakak-kakaknya, semuanya perempuan, Rashida bekerja di padang gembala.
Rumah Rashida di pinggir jurang. Di bawah sana sungai mengalir deras. Siapa pun pasti akan hanyut ratusan kilometer kalau sampai tercebur ke dalam sungai. Tetapi sepertinya sapi-sapi tak peduli. Mereka hanya ingin mencari rumput hijau, dan melenggang santai menuju tebing yang curam.
Rashida memekik. Kakak-kakaknya berteriak. Ketiganya langsung berlari ke arah jurang, meloncati batu-batu padas, dan memukuli sapi-sapi supaya naik lagi ke bukit. Rashida sama sekali tidak takut terpeleset dari tebing.
Siang hari, anak-anak dari seluruh penjuru desa keluar. Mereka menuju ke tanah lapang di sebelah timur desa. Masing-masing membawa sapi dan kambing peliharaan orangtuanya. Semua keluarga di sini hidup dari hewan ternak. Anak-anak wajib membantu orang tua menggembalakan ternak. Sementara sapi dan kambing asyik merumput, mereka bermain dengan riang. Yang laki-laki meloncat-loncat, bergulat, dan berlari ke sana ke mari. Yang perempuan berputar-putar sampai pusing. Semua tertawa-tawa gembira.
Apa cita-cita Rashida? “Aku ingin sekolah,” jawabnya. Sebentar lagi cita-citamu tercapai, Rashida. Soalnya, para petugas pembangunan sekolah dari Pakistan sudah datang. Mereka mulai membangun gedung sekolah dari batu gunung. Tak lama lagi, guru-guru juga akan berdatangan, mengajari anak-anak desa ini membaca dan menulis.
Semoga Rashida dan teman-temannya bisa menggapai cita-citanya, ya!
(Kiriman: Agustinus Wibowo dari Afghanistan)
Great photos and story. I am always wondering though where is your position right now. Wouldn’t it be nice to be able to track your location from this web site?
hai bro gustin, how r u doin there,
it’s been long time (i think) you absence updating your avgustin.net, busy with kompas?? hehe
sukses bro… sorry for my awkward english.. :0
kalo pulang ke indo, mampir ke lombok n rinjani bro..
hiiiii…!!!!
u know wat…i always wondering how does it feel like being all over the world as a backpacker….???
must be full of challenges.. 😉
wah bro agus kemana ajakok lama sekali baru u[pdate ada hambatan ya… shat2 sjakan… take care ya may god bless u
Dear Agustin,
Thanks for sharing the folks back home of the stories, the kids should know this as I’ve been sharing of same towards the family back home of how life is run here in Liberia.
Hugs and stay safe there!
Although I can’t read the text, it certainly ‘looks’ child friendly 🙂