Jaipur – Indian Wedding Culture
November 28, 2005
Hotel Abhinandan Inn, free
Masih menyambung tentang pernikahan kemarin, saya ingin berbincang-bincang tentang adat pernikahan India secara umum. Seperti kita ketahui bersama, sebagian besar pernikahan di India adalah hasil buah karya pilihan orang tua kedua belah pihak, dan bukannya pernikahan hasil perpaduan kasih kedua pasangan. Tak jarang mempelai pria dan wanita belum pernah berjumpa sama sekali sebelum malam akad nikah.
Dalam adat India, yang mungkin juga masih berlaku di Pakistan, mempunyai anak perempuan bukanlah hal yang terlalu menguntungkan. Bukan hanya saja anak perempuan tidak bisa meneruskan keturunan dan pada akhirnya nanti akan “diserahkan” ke keluarga suaminya, kewajiban untuk menikahkan anak perempuan adalah beban berat yang harus ditanggung seumur hidup. Tak jarang kita mendengar orang berkata, “Anak-anak perempuanku sudah menikah semua, aku sudah tak mempunyai beban apa-apa lagi dalam hidup ini.”
Di India, mas kawin diberikan oleh keluarga mempelai perempuan kepada anak perempuan dari keluarga mempelai pria. “Dowry” atau mas kawin inilah yang menjadi beban terberat bagi keluarga mempelai perempuan. Jika dowry yang diberikan terlalu murah, keluarga mempelai laki-laki akan memandang rendah mereka sebagai keluarga yang tak mampu. Karena itulah, untuk menikahkan anak perempuan, dowry yang harus diberikan mencapai nilai yang fantastis, tak kurang dari 40,000 Rupees (10.000 US dollar). Dari sudut pandang budaya kita, mungkin terasa aneh bahwa anak perempuan harus diserahkan kepada keluarga lain, dan keluarganya masih harus menyerahkan sedemikian banyak persembahan bagi keluarga laki-laki.
Pada beberapa keluarga “dowry” bahkan sudah diserahkan pada saat pinangan. Laki-laki India dari pedesaan yang kemudian melanglang ke kota-kota besar, mungkin jatuh cinta dengan perempuan di kota dan memutuskan pinangan. Nasib malang bagi perempuan yang pernah dipinangkan namun tak jadi dinikahi, karena akan sangat sulit baginya untuk mendapatkan pasangan hidup, karena masyarakat desa yang masih feodal umumnya akan memandang rendah perempuan ini.
Namun saat ini di India beban pernikahan tidak hanya ditanggung oleh keluarga perempuan. Keluarga laki-laki mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan resepsi untuk “mengumumkan” pernikahan pasangan ini. Tak tanggung-tanggung, tamu yang diundang bisa mencapai ribuan. Keluarga yang sedang-sedang saja mungkin hanya mengundang 1000 tamu, sedangkan keluarga berada, seperti yang pernah saya saksikan di Jodhpur, mengundang hingga 4000 tamu. Dana yang dihabiskan untuk pernikahan ini bisa mencapai 100,000 Rupee (25000 dollar).
Saat ini pernikahan pilihan orang tua (pernikahan ala Siti Nurbaya) masih merupakan tipe yang ideal di India. Di kota-kota besar, pernikahan atas dasar cinta sudah mulai banyak, namun belum mendapat tempat di masyarakat religius, baik Hindu maupun Islam.
Oh, seramnya pernikahan….
Leave a comment