Mama…
Mama yang mengejang sewaktu melahirkanku ,
Merana kalaku terlahir,
Membesarkanku,
Menyuapiku,
Membuatkan kue tart pada ulang tahunku,
Membelaiku…
Aku hanya mengipasinya kala ia terbaring di rumah sakit, tak berdaya,
Betapa berdosanya aku…
Mama yang mendidikku,
Mengajarkanku arti perjuangan,
Mengajarkanku semangat, keberanian untuk tidak diinjak,
Mengajarkanku perlawanan,
Aku hanya membiayai sebagian biaya rumah sakit,
Dan aku sudah menepuk dada sebagai anak yang berbakti,
Betapa berdosanya aku…
Mama yang tersenyum bangga kala aku berhasil di sekolah
Menangisi kepergianku ke Tiongkok,
Meneteskan air mata setiap mendengar berita bom di Pakistan dan Afghanistan,
Menantikan datangnya telefonku dari negeri antah berantah,
Dan aku hanya mengiriminya kartu pos
Mengirimi artikel-artikel yang dimuat di majalah dan koran,
Betapa berdosanya aku…
Mama yang tersenyum dalam penderitaan,
Menahan setiap rasa sakit yang menghujam,
Mengelus-elusi kanker yang menggumpal,
Bermimpi untuk cepat-cepat meninggalkan rumah sakit,
Dan aku hanya bisa berucap, dari ribuan kilometer,
“Mama, janganlah engkau terlalu lama menderita,”
Betapa berdosanya aku…
Ada tiga doa manusia bisa diterima Tuhan, dalam versi Muslim bro, pertama ilmu yang bermanfaat, amal shalih, dan do’a anak yang berbakti pada orang tua.
Kaidah anak berbakti pada orang tua tidak lantas dimaknai bahwa seorang anak harus berlimpah dalam materi. Tidak kawan!!!
Karyamu telah melampaui batas imaji manusia yang haus akan ilmu. Aku dah habis kehabisan omongan kalau lihat tulisan ente, karyamu bermanfaat bagi banyak orang.
Kawan, ente bisa dikategorikan anak yang berbakti, meski secara materi tidak gegap gempita. Your mom, I’m sure so proud with your choice,
Tapi karya ente yang gegap gempita, amat sangat bermanfaat bagi pembaca, BRAVO MY BUDDY…. Waalaikum Salam My Man 🙂
Agus… tidak perlu menyesali diri lakukan yang terbaik untuk Ibu kamu, dan saya kira orang tua tidak minta balasan apa-apa pada anaknya.
Kalau sekarang kamu jauh dari orang tua, Doa kan ia,
Semoga tuhan memberi jalan yang terbaik untuk ibu kamu.
Dan kamu… harus melanjutkan hidup kamu.. dan buat ia bangga akan kamu….
Dan nanti kamu bisa ceritakan kebaikan, kegigihan, kelucuan dan segala sesuatu tentang ibu kamu kepada anak-anak kamu.
Dan saya yakin anak-anak kamu akan bangga juga pada neneknya.
Karena kamu punya pengalaman luar bisa karena restu Ibu kamu.
Bagaimana pun, rencana Tuhan adalah tetap yang terbaik buat kita. Tuhan Memberkati.
Sungguh menyentuh sekali, sebuah karya yang mampu membawa aura kasih sayang yg mendalam. Trus apa yang sudah kita berikan kepadanya?
Hi Agus,
Thanks for sharing, I really know how you feel, enjoying your writing too.
hope I can be like you someday,
please take care, and may your mom be happy whereever she is now.
I am touched reading your poem.
I know how you felt, because I experienced
similar feeling when my dad passed away
in 93. I was not by his side at his passing, waiting for a connecting flight from Singapore.
-Tim
mbrebes mili
Tempatmu di neraka sama aku!
Mama tetap mema’afkanmu nak … Itulah seorang mama
kudu nangis mas, koyo aku saiki T.T