Book Review
Detik.com Senin, 06 Jan 2020 17:10 WIB Tia Agnes Jakarta – ‘Titik Nol’ sukses membuat nama Agustinus Wibowo makin dikenal ke mancanegara. Buku ketiganya itu terbit lagi dengan sampul terbaru yang berwarna hitam. Di bagian sampul berjendela ada gambar pemandangan di bagian tengah. Dilengkapi pula dengan subjudul ‘Makna Sebuah Perjalanan’. “Catatan perjalanan yang luar biasa ini akhirnya dicetak ulang. Tahun 2020 ini ketiga buku Agustinus Wibowo akan memakai konsep sampul yang baru, sampul berjendela. Selamat menikmati!” tulis penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU), seperti dilihat detikcom, Senin (6/1/2020). ‘Titik Nol’ merupakan buku ketiga setelah ‘Selimut Debu’ dan ‘Garis Batas’ yang menceritakan tentang pengalaman dan pengamatan tentang kehidupan di Asia Tengah. ‘Titik Nol’ juga mengupas pengalaman lebih dalam tentang sebuah perjalanan. Sebelumnya ‘Titik Nol’ pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Vietnam. Lulusan Ilmu Komputer di Universitas Tsinghua, Beijing, China juga dikenal sebagai seorang petualang dan [...]
[Detik.com]: Novel ‘Titik Nol’ Segera Dibawa ke Layar Lebar
Detik Rabu, 02 Nov 2016 16:59 WIB · Dicky Ardian – detikHOT Jakarta – Satu lagi novel best seller yang akan diadaptasi ke dalam film layar lebar. Kini giliran buku ‘Titik Nol’ karya Agustinus Wibowo yang akan difilmkan. Dari keterangan pers yang didapat detikHOT, Rabu (2/11/2016), buku tersebut sudah terjual lebih dari 26 ribu eksemplar dengan 6 kali cetak ulang. Di dalamnya menceritakan mengenai pengalaman pribadi Agustinus bertualang di Afganistan, Tibet, Nepal, India dan Pakistan dengan jalur darat. Adalah Rumah Produksi Falcon Pictures yang akan menggarap film tersebut. Namun sayangnya penayangannya belum akan terjadi dalam waktu dekat. “Sampai saat ini kita masih dalam proses penggarapan skrip. Mudah-mudahan semua berjalan lancar dan tahun depan kita bisa melakukan proses syuting,” kata Frederica selaku Produser Falcon Pictures. Lebih lanjut, Agustinus mengungkapkan sebenarnya bukan hanya Falcon Pictures yang mencoba untuk meminang bukunya itu untuk difilmkan. Tapi pilihannya jatuh ke rumah produksi yang baru saja sukses lewat ‘Warkop DKI Reborn’ itu. “Saya melihat Falcon mempunyai visi yang bagus dalam membuat film. Visinya bukan sekadar materialistis, tetapi juga ada visi untuk menghasilkan film yang berkualitas dan menginspirasi, karena itu saya memutuskan untuk menerima tawaran Falcon ini,” ujar Agustinus. [...]
[Detik] Hak Cipta Buku ‘Titik Nol’ Agustinus Wibowo Terjual ke Penerbit Vietnam
Detik Sabtu, 27 Ags 2016 19:40 WIB · Tia Agnes – detikHOT Beijing – Di hari keempat Beijing International Book Fair (BIBF), hak cipta buku ‘Titik Nol’ atau dalam bahasa Inggris berjudul ‘Zero’ karangan Agustinus Wibowo berhasil terjual. Hak cipta buku bergenre travel writing tersebut dibeli oleh penerbit asal Vietnam, Chibooks. Hal tersebut dikatakan oleh International Marketing Gramedia Publisers, Yudith Andhika RH. “Setelah proses negosiasi, hari ini hak cipta Titik Nol berhasil dijual. Ini pencapaian luar biasa dan kabar bahagia bagi kami,” katanya ketika mengobrol di booth Gramedia di BIBF 2016, Sabtu (27/8/2016). Dalam waktu dekat, buku trilogi setelah buku ‘Selimut Debu’ dan ‘Garis Batas’ segera diterjemahkan. Untuk tahap pertama, lanjut Yudith, akan dicetak sebanyak 2000 eksemplar di Vietnam. “Kepastiaan waktu penerbitan akan dibahas lebih lanjut,” ungkap Yudith. Buku ‘Titik Nol’ atau ‘Zero’ menceritakan tentang perjalanan Agustinus ke tahap berikutnya. Bermula dari perjumpaannya bersama penziarah Tibet, orang-orang Nepal yang tangguh mendaki gunung, tentang Lasha yang menjadi komersial, serta cerita tentang Afghanistan yang pernah disebut Agus di buku pertama ‘Selimut Debu’. Ada juga yang menyebut buku ini sebagai prekuel dari dua buku sebelumnya. Serta buku yang tak hanya menceritakan tentang perjalanan dan pemaknaan yang lebih mendalam, [...]
The Weekend West Magazine (Australia): Ground Zero Book Review
Page turners WILLIAM YEOMAN Like so many travellers before him, Agustinus Wibowo left home in search of something intangible —in the case of this young Indonesian of Chinese heritage, who had long felt like a foreigner in his homeland, a place he would feel welcome, a place he could call his own. “In my pocket was an Indonesian passport and two thousand American dollars in cash, and in my heart was the dream of a colossal adventure: to travel overland from Beijing to the furthest destination possible: South Africa. I believed that somewhere out there, when I reached the end of the long and winding road, I would become a completely new man. There would be happiness there.” It was July 2005 and Agustinus had already been away from home for several years, studying computer engineering at university in Beijing, spending his days and nights in pursuit of high marks. This, he decided, was not the life for him. It took him months to wear down his angry father, who had such high hopes for his son in “the land of the ancestors”, but when Agustinus finally received his blessing, he bought a train ticket, loaded his backpack and headed [...]
Eramadina (2014): Menemukan Kembali Makna Perjalanan yang Terabaikan
http://eramadina.com/menemukan-kembali-makna-perjalanan-yang-terabaikan/ Judul buku : Titik Nol; Makna sebuah Perjalanan Penulis : Agustinus Wibowo Penerbit : Gramedia Pustaka Tahun terbit : 2013 ISBN : 978-979-22-9271-8 Tebal buku : xi +552 halaman Banyak orang yang mengelana begitu jauh, menyeberangi lautan, melewati daratan mendaki pegunungan namun dari semuanya yang mereka lakukan tidak pernah menemukan makna dari suatu perjalanan. Seakan perjalanan yang dirasakan hanya terhabiskan dengan sensasi berfoto, makan-makan, yang menjadi sekedar kumpulan kisah dan deretan foto yang bisa dipamerkan kepada orang lain. Dari sinilah timbul pertanyaan sesungguhnya apa yang dicari oleh para pejalan (Traveller)? Melalui untaian kisah pengalaman perjalanan seorang lelaki muda bernama Agustinus Wibowo ini kiranya sangat tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut, dengan segala catatan pengalaman yang penuh dengan teka-teki, hingga menemukan satu demi satu makna dibalik perjalanan yang selama ini terabaikan. Menurut Agustinus sesungguhnya setiap pejalan punya tujuannya sendiri-sendiri. Setiap pejalan punya satu titik yang ingin dicapainya, punya mimpi yang ingin diraihnya dan punya makna yang ingin ditelusurinya sadar ataupun tidak. Dalam bukunya yang berjudul Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan adalah sebuah catatan tentang perjalanan panjang seorang lelaki muda bernama Agustinus Wibowo. Selama 10 tahun Agus meninggalkan Lumajang, dimulai dari menuntut ilmu di Beijing hingga kemudian [...]
Bukunya (2014): Membedah Buku Laris Gramedia Pustaka Utama 2013
http://bukunya.com/membedah-buku-laris-gramedia-pustaka-utama/ Membedah Buku Laris Gramedia Pustaka Utama 2013 By redaksi Mengupas resep dan rahasia tingginya penjualan Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada Jumat (3/1) mengumumkan daftar buku terlaris mereka sepanjang 2013. Bukunya membedah beberapa alasan buku-buku tersebut masuk daftar bestseller. Kategori fiksi: Rantau 1 Muara karya A. Fuadi 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Rais dan Rangga Alma 9 Summers 10 Autumns karya Iwan Setyawan Mimpi Sejuta Dolar karya Alberthiene Endah Autumn Once More karya Ilana Tan, Alia Zalea, Ika Natassa, dkk. Seasons to Remember karya Ilana Tan Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye Sunshine Becomes You karya Ilana Tan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye The Devil in Black Jeans karya Alia Zalea Daftar buku laris ini menunjukkan dua resep buku laris dewasa ini yakni mengangkat novelisasi kisah hidup dari sederhana cenderung tak berada hingga sukses terutama setelah berjuang di luar negeri. Resep kedua adalah kisah asmara yang mudah dicerna. Roman memang tak ada matinya. Faktor film juga berperan besar dalam daftar ini. Misalnya saja 99 Cahaya meski isinya unik dan ditulis oleh putri tokoh ternama, namun penjualannya baru terdongkrak sejak rumor film hingga kemunculannya di layar lebar. Yang bakal mengikuti jejak novel ini [...]
Jawa Pos (2013): Perjalanan Akbar Musafir Lumajang
27 Oktober 2013 Perjalanan Akbar Musafir Lumajang Oleh J. SUMARDIANTA REPUBLIK Mauritius merupakan kasus tidak lazim multikulturalisme. Pulau kecil di Samudra Hindia, terapat bermukim bagi lebih dari sejuta orang keturunan Afrika, Eropa, India, dan Asia Tenggara. Di situ pelbagai agama, bahasa, dan. tradisi etnis bergabung dalam kultur harmonis. Tiada negeri lain di belahan dunia mana pun bisa seotentik Mauritius. Negeri mungil itu merdeka dari Inggris pada 1968. Sumber daya yang terbatas dan keragaman etnis mengancam kelangsungan perdamaian. Mayoritas penduduk keturunan India. Kaum minoritas khawatir dikesampingkan. Sedari awal Mauritius diprediksi bakal hancur terjerumus kekisruhan politik, agama, ras, dan etnis. Namun, warga Mauritius, dengan komitmen dasar merayakan perbedaan, merancang konstitusi yang menyantuni semua orang di sekujur negeri. Sebagian besar kursi parlemen diberikan kepada para wakil terpilih dalam pemilu. Delapan kursi dicadangkan buat “peserta kalah pemilu” yang menduduki peringkat terbaik. Kursi cadangan menjamin keterwakilan seimbang kaum minoritas. Keragaman agama dan budaya membuat masyarakat Mauritius memiliki banyak hari libur. Mereka sampai kesulitan membereskan pekerjaan karena setiap kelompok tidak bersedia menghapus hari libur mereka. Dibuatlah kesepakatan: bila suatu kelompok merayakan hari libur, semua ikut merayakan. Hari-hari libur keagamaan tertentu dirayakan rakyat seluruh negeri. Semua orang menghormati Diwali Hindu, [...]
Koran Jakarta (2013): Memotret Kehidupan Budaya dan Eksotisme Negeri Orang
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/131435 Perada Sabtu, 19 Oktober 2013 | 03:03:10 WIB Memotret Kehidupan Budaya dan Eksotisme Negeri Orang Petualangannya tidak selalu mulus. Berbagai rintangan dan tantangan dihadapi dengan tabah, termasuk menemukan banyak keunikan budaya dan tradisi negaranegara seperti India. Negeri ini memiliki ritus sejak ribuan tahun, termasuk seks dan misterinya. Safarnama berasal dari bahasa Persia. Safar berarti perjalanan. Nama berarti tulisan, (hal 9). Buku ini memaparkan kisah perjalanan ke berbagai negara, seperti Mongolia, Tibet, Nepal, India, dan Pakistan. Salah satu kisah eksotis tentang nuansa mistis puncak Everest. Menatap puncak Everest, menyaksikan garis kurvanya yang tegak dan curam, tentu terbayang betapa sulit perjuangan para pendaki mencapainya, (hal 113). Meski sudah menelan banyak korban, pesona puncak Everest tidak pernah memudar, bahkan semakin menantang. Perjalanan adalah eksplorasi untuk menemukan dunia “lain”, (hal 133). Betapa dalamnya filosofi dari sebuah pelancongan. Perjalanan adalah proses menyusuri, (hal 259). Mungkin karena alasan inilah, penulis, Agustinus Wibowo, memaparkan kisah perjalanannya dalam buku setebal 552 halaman. Petualangannya tidak selalu mulus. Berbagai rintangan dan tantangan dihadapi dengan tabah, termasuk menemukan banyak keunikan budaya dan tradisi negara-negara seperti India. Negeri ini memiliki ritus sejak ribuan tahun, termasuk seks dan misterinya, (hal 246). Di Pakistan [...]
Nabawia (2013): Selimut Debu, Petualangan Mengesankan di Negeri Khaak
Keren. Itu kata saya selesai membaca buku setebal 461 halaman itu. Sejak paragraf Awal Agustinus Wibowo telah mengajak saya untuk berpetualang melintasi negeri pimpinan Hamid Karzai dengan bahasa yang membumi dan tidak menggurui. Berbekal buku An Historical Guide to Afghanistan ia berpetualang melintasi Afghanistan tahun 2006, setelah tahun 2003 ia kesana dan bertemu dengan seorang pencari karpet di kedai teh Bamiyan yang memantik semangatnya untuk berkeliling negeri itu.
Wings (2013): Titik Nol
July 2013 Wings (The Magazine of Wings Air) Titik Nol Penulis Agustinus Wibowo Titik Nol merupakan buku ketiga yang ditulis oleh Agustinus. Sebelumnya ia juga pernah menuliskan pengalamannya sebagai backpacker dalam buka Selimut Debu (2010) dan Garis Batas (2011). Terpukau pesona kata “jauh”, si musafir menceburkan diri dalam sebuah perjalanan akbar keliling dunia. Menyelundup ke tanah terlarang di Himalaya, mendiami Kashmir yang misterius, hingga menjadi saksi kemelut perang dan pembantaian. Dimulai dari sebuah mimpi, ini adalah perjuangan untuk mencari sebuah makna. Hingga akhirnya setelah mengelana begitu jauh, si musafir pulang, bersujud di samping ranjang ibunya. Justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini [...]
XLife (2013): Titik Nol – Agustinus Wibowo
Juli 2013 “Kamu sudah diperbudak. Masa lalu sudah lewat, tetapi kamu masih disiksa masa lalu. Listen, tak ada kebahagian di sana. Jangan dipikir lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Masa lalu adalah penyesalan, masa depan adalah ketakutan.” Ujar salah satu sadhu Nepal yang menohok Agustinus Wibowo dalam perjalanannya karena masih memikirkan dompet. satu-satunya harta miliknya yang dicopet. ‘Titik Nol’, buku karya Agustinus Wibowo yang mengulas makna perjalanan yang telah dilaluinya, menyuguhkan cerita yang berbeda dari buku perjalanan lainnya. Mengawali titik nolnya dari Lumajang, Jawa Timur pada usia 19 tahun, ia melanjutkan kuliah di Universitas terbaik di China. Namun kemudian memutuskan untuk mengarungi Tibet, India, Nepal, hingga Afganistan, dan bukan melamar pekerjaan ataupun melanjutkan pendidikan S2. Dengan gaya penulisannya yang detil, Agustinus menggambarkan petualangannya bertemu dengan orang-orang disepanjang perjalanannya. Mencari cara untuk berbaur dengan penduduk setempat di Tibet agar lebih mudah berpindah tempat dan mendapatkan harga lebih murah dengan dananya yang terbatas, hingga petualangannya bisa lolos dari zona perang tanpa terluka sedikitpun.Nilai perjalanan tidak terletak pada jarak yang ditempuh seseorang, bukan tentang seberapa jauhnya perjalanan, tapi lebih tentang seberapa dalamnya seseorang bisa terkoneksi dengan orang-orang yang membentuk kenyataan di tanah kehidupan. (Liam Li, Oktober 2012) Buku setebal 552 halaman ini menggabungkan dua [...]
Jurnal Nasional (2013): Perjalanan untuk Memahami Diri Sendiri
Perjalanan untuk Memahami Diri Sendiri | Minggu, 16 Jun 2013 Dodiek Adyttya Dwiwanto Sebuah kisah luar biasa dan tidak biasa tentang perjalanan dan petualangan. Judul Buku : Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan Penulis : Agustinus Wibowo Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Cetakan : kedua, Maret 2013 Tebal : 556 halaman Inilah catatan perjalanan yang tidak biasa. Biasanya sih, jika kita melihat catatan perjalanan atau petualangan seseorang di surat kabar atau buku, kita akan mendapatkan cerita yang indah atau kisah yang memukau. Enaknya menyantap makanan dan minuman khas setempat. Nikmatnya perjalanan dengan kendaraan unik yang ada di tempat tersebut atau kemudahan menjangkau lokasi wisata. Senangnya mendapatkan keramahtamahan penduduk setempat. Atau cara bagaimana sampai ke tempat itu, berapa biayanya, menginap di mana, makan apa, dan segala macam tetek bengek lainnya. Agustinus Wibowo tidak seperti itu. Titik Nol : Makna Sebuah Perjalanan bukanlah catatan perjalanan dan petualangan yang berisi kisah yang melulu indah. Ceritanya sudah tentu menarik tentang petualangan gila Agustinus dari Cina, India, Nepal, Afghanistan, Pakistan, Kashmir, dan lainnya. Tetapi yang tidak kalah ajaibnya, kisah ini malah dibuka dan diselang-selingi dengan penuturan Agustinus perihal ibundanya yang sakit keras. Pengungkapan soal pribadi terkait relasi dia dengan keluarga, ayah, ibu, dan adiknya. Tentu ini rada [...]
Gatra (2013): Memaknai Pengembaraan Melintas Peradaban
29 Mei 2013 Gatra | Buku | Resensi Memaknai Pengembaraan Melintas Peradaban ADITYA KIRANA Titik Nol adalah prekuel dari dua buku perjalanan penulis sebelumnya. Paradoks-paradoks kehidupan yang terekam dalam perjalanan ini menjadi kekuatan dari hakikat keberagaman kultur umat manusia. Perjalanan menurut sebagian orang adalah cerita tentang pergi jauh menembus batas-batas provinsi, negara; serta benua, dan mungkin juga tentang beberapa penaklukan puncak gunung tertinggi, sungai terpanjang, lembah terdalam, samudra terluas, serta wilayah terdingin. Namun, menurut Agustinus, kerap para pengelana dan penjelajah melupakan bahwa setiap yang pergi pasti akan kembali. Titik Nol, ungkapan filosofis yang merupakan pantulan makna terdalam dari sebuah perjalanan, coba dimaknai Agustinus. Baginya, “jauh” adalah kata yang sering menjadi patokan setiap mengawali sebuah perjalanan. Para penjelajah Eropa dalam penaklukan dan menemukan jalur menuju ke Timur, seperti masa Alfonso d’Alburqurque. Juga di abad ke-20, seperti para astronot yang berlomba menjejakkan kaki ke bulan. Kesemuanya hanya terinspirasi oleh satu kata, jauh. Jauh ke tepi batas yang masih bisa dijangkau manusia. Mengawali perjalanannya melewati Urumqi menuju Kashgar, kota yang disebut sebagai pusat kebudayaan Uyghur dan terkenal dengan masjid-masjid kunonya, ia menjelajah melewati banyak wilayah, banyak cerita, dan tentunya banyak petualangan. Ketika masuk di Tibet sebagai pendatang gelap yang menyelundup, [...]
MyTrip (2013): Titik Nol, Apakah Makna Perjalanan ini Bagimu?
MyTrip Vol12/2013 Book review Teks: Mayawati Nur Halim Foto: Hartadi, Dok.Pribadi Agustinus Wibowo Perjalanan keliling adalah lingkaran sempurna: awal adalah akhir, tiada awal tiada akhir. Aku kembali ke titik nol. Judul: Titik Nol Penulis: Agustinus Wibowo Penerbit:Gramedia Pustaka Utama Isi: 552 halaman + 40 halaman foto Harga: Rp 98.000 AGUSTINUS WIBOWO Sebelumnya ia telah melahirkan dua buku dengan genre sama yakni Selimut Debu dan Garis Batas. Merupakan kisah petualangannya di Afghanistan dan negeri-negeri Stan di Asia Tengah. Awalnya pemuda Lumajang, Jatim, yang pernah bekerja sebagai jurnalis di Beijing dan Afghanistan ini dikenal publik lewat rubrik “Petualang” di Kompas Cyber Media. Kini ia menetap di Jakarta. SAFARNAMA NAMANYA Judul bukunya memang Titik Nol, tapi Agus menamai catatan pengembaraannya ini dengan Safarnama. Sebuah istilah dari Bahasa Persia yang artinya “catatan perjalanan”. Safarnama inilah yang menjadi inti buku ini, yang diceritakan pada sang bunda yang tengah meregang nyawa di ranjang rumah sakit di Surabaya. Ada 6 subbagian: • Senandung Pengembara tentang Tibet. • Surga Himalaya tentang Nepal. • Kitab Tanpa Aksara tentang India. • Mengejar Batas Cakrawala tentang Pakistan. • Dalam Nama Tuhan masih tentang Pakistan. • Di Balik Selimut [...]
Jakartabeat (2013): Jalan Pulang ‘Titik Nol’
29 April 2013 Jalan Pulang ‘Titik Nol’ Agustinus Written by Arman Dhani Pada satu sore yang teduh saya dan beberapa kawan datang ke acara diskusi buku Titik Nol karya Agustinus Wibowo. Jujur saya katakan sebenarnya saya malas datang. Bukan hanya karena saya tak begitu suka jenis buku ini tapi juga saya pikir fenomena travel writer, siapapun itu, adalah fenomena yang kepalang overrated dan begitu memuakan. Namun saya pikir saya harus bertemu dengan Agustinus. Setidaknya saya harus membenarkan tuduhan saya bahwa selamanya genre ini akan terjebak pada skema deskripsi keindahan dan promosi pariwisata belaka. Tapi rupanya saya memang ditakdirkan untuk salah. “Menulis perjalanan adalah usaha untuk menulis tentang manusia dan kemanusiaan. Jika tulisan perjalanan tak bicara tentang manusia. Maka ia adalah tulisan yang mati,” kata Agustinus ketika saya berjumpa dengannya sore itu. Lelaki pendek berkulit putih ini jauh dari bayangan awal saya dari penulis catatan perjalanan yang usai mengarungi jalan yang luas. Saya kira ia akan tinggi besar, brewok yang lebat dan tubuh yang kekar. Tapi penampilan memang seringkali menipu. Tak saya sangka lelaki peranakan Tionghoa di depan saya yang begitu santun dan komikal, telah menaklukan salah satu dataran tinggi paling mematikan di dunia. Kadang untuk mencari ke dalam seseorang harus [...]
Jakarta Globe (2013): Detailing a Nomad’s Return to Point Zero
4 April 2013 http://www.thejakartaglobe.com/features/detailing-a-nomads-return-to-point-zero/583242/ Detailing a Nomad’s Return to Point Zero By Lisa Siregar on 3:24 pm April 4, 2013. Category Features, Travel Travel writer Agustinus Wibowo has walked many kilometers and dangerous turns during adventures in Afghanistan and across Asia — a long way from his childhood days in Lumajang, East Java, when he used to chase passing aircraft. After years away from his family, Agustinus eventually returned home to read the stories he had written about his experiences to his ill, bedridden mother. These previously unpublished tales of his journeys to Nepal, India and Pakistan, as well as the conversations with his mother in her final days, are the main themes of his new book, “Titik Nol” (“The Zero Point”, or “Ground Zero”). “To lose my mother is the worst thing that happened to me in my life,” Agustinus said at the launch of his book in Jakarta. “But I keep writing, because it is a spiritual healing for me.” “Titik Nol” is Agustinus’s third travel book. He has already published “Selimut Debu” (“Blankets of Dust”) in 2010 and “Garis Batas” (“Borderlines”) in 2011. For Agustinus, the zero point means self-discovery, which begins when one returns home. The [...]
Gramedia (2013): Resensi Pilihan – Titik Nol
2 April 2013 http://gramedia.tumblr.com/post/46926421949/resensi-pilihan-titik-nol-agustinus-wibowo Oleh: Nabila Budayana (http://www.goodreads.com/review/show/549712128) Selimut Debu adalah buku yang ‘nyaris tak memberikan celah’. Garis Batas ‘sedikit memberikan celah’. Titik Nol adalah buku yang terbuka. Membaca Titik Nol bukan hanya tentang mengenali dan menyelami berbagai makna dalam kehidupan dari sebuah perjalanan, namun juga mengenal pandangan dan isi hati sang penulis. Sempat beredar kabar akan terbit di tahun 2012, mundur menjadi awal Februari 2013, akhirnya benar-benar beredar di akhir Februari 2013. Saya termasuk yang menunggu. Cover birunya memperlihatkan seorang anak yang seakan terbang setelah melompat dari batang pohon yang tak berdahan dan berdaun. Bagi saya, cover itu bercerita tentang kebebasan dan keberanian. Identik dengan sisi yang dimiliki seorang pejalan. Jauh hari sebelum buku ini terbit, penulis telah mengatakan bahwa Titik Nol kelak akan berupa makna perjalanan, bukan hanya perkara destinasi. Sesuai dengan tagline yang digunakan : “Makna Sebuah Perjalanan”. Makna perjalanan yang menjadi tema besar dari buku ini mencakup begitu banyak hal yang seakan tak habis. Menggabungkan kisah tentang tujuan (Tibet, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan) dan perenungan bukan hal mudah. Melalui Twitteriak, Agustinus Wibowo mengatakan ada dua plot paralel dalam Titik Nol. Nyatanya, dua plot tersebut adalah kisah tentang mama penulis dan kisah tentang [...]
Femina (2013): Pilihan Weekend—Titik Nol
2 April 2013 Femina Pilihan Weekend http://www.femina.co.id/shop.dine/pilihan.weekend/titik.nol/007/004/680 Titik Nol Agustinus Wibowo/ Gramedia Titik nol bagi sang penulis berarti kembali pada diri kita sendiri. Travel writer yang satu ini memang beda dan selalu memiliki perspektif yang unik. Tak melulu menggambarkan keindahan Asia Tengah yang ia kunjungi, tapi lebih pada esensi sebuah perjalanan bagi dirinya. Buku ini menjadi semacam narasi perjalanan, memoar, semi-autobiografi seorang Agustinus Wibowo, bagaimana ia bertransformasi dari seorang kutu buku menjadi pria seperti dirinya hari ini. Buku ini juga banyak menampilkan foto-foto koleksi perjalanannya yang [...]
DailySylvia (2013): Titik Nol
1 Apr 2013 http://www.dailysylvia.com/2013/04/01/titik-nol/ Titik Nol Penulis: Agustinus Wibowo Penerbit: Gramedia Pustaka Utama TIDAK JAUH dari tema dua buku yang sebelumnya, Selimut Debu dan Garis Batas, penulis serta penikmat perjalanan Agustinus Wibowo kembali mengeluarkan buku dengan tema perjalanan, pencarian makna dan tentu saja pencarian akan jati diri sendiri, Titik Nol. Bedanya, setelah menghabiskan tahun-tahun hidupnya dengan berkelana ke negara-negara seperti Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan bahkan sampai ke negara yang dipercaya menyimpan kebahagiaan di balik punggung-punggung gunung yang misterius, Agustinus malah membuka lembar pertama bukunya ini dengan kalimat yang mencengangkan–atau bisa dibilang mengagetkan bagi seorang pengembara bagi dirinya, “Aku pulang.” Apabila dalam perjalanannya, Agustinus banyak diperhadapkan dengan kisah-kisah tragedi kemanusiaan–kali ini ia harus berhadapan dengan kisah miliknya sendiri; berhadapan dengan kenyataan bahwa ibunya, orang yang paling dikasihinya, ternyata mengidap penyakit kanker yang terus menggerogoti tubuhnya perlahan-lahan. Kesedihan serta perasaan bersalah karena merasa telah bersikap “begitu egois’ membuatnya mencoba menebus waktu kebersamaan yang hilang selama mereka hidup berjauhan dengan menceritakan Safarnama (catatan perjalanan) kepada sang Ibu–dan di setiap akhir fragmen kisah perjalanannya, Agustinus selalu membawa pembaca kembali ke kamar di sebuah rumah sakit. [...]
TourismNews (2013): Titik Nol, Pemaknaan Sebuah Perjalanan
http://tourismnews.co.id/category/books/titik-nol-pemaknaan-sebuah-perjalanan March 2013 TourismNews Agustinus Wibowo kembali menghadirkan cerita perjalanannya. Setelah Selimut debu pada tahun 2010 dan Garis Batas pada tahun 2011 kini setelah 2 tahun proses penulisannya, hadir buku ketiganya, Titik Nol. Diluncurkan beberapa waktu lalu di toko buku Kinokuniya Plaza Senayan, Jakarta, Buku Titik Nol sebenarnya sudah jual ke khalayak umum sejak tanggal 21 Februari 2013 dan sampai peluncurkannya telah mengalami cetak ulang. Agustinus Wibowo memulai perjalanannya sebagai perjalanan wisata backpacking biasa ke tempat-tempat wisata dunia. Dari China ia memulai perjalanan backpackingnya ke Afrika Selatan lewat jalan darat. Dengan bermodalkan 2000 Dollar Amerika, pria asal Surabaya ini memulai perjalanannya dengan menyelundup ke Tibet. Dari Tibet dilanjutkan ke Nepal, India, Pakistan dan Afganistan. Di negeri konflik bersenjata ini ia sempat tinggal 3 tahun sebagai volunteer. Kemudia dilanjutkan ke negara – negara pecahan Uni Soviet, Mulai Turkmenistan, Tajikistan, Ubekistan dan negara-negara Stan lainnya. Catatan perjalannya itu dibagi ke masyarakat Indonesia pertama-tama melalui cerita bersambung di Kompas.com. Dengan gaya penceritaan non fiksi secara bertutur namun bergaya sastrawi, cerita perjalannya menjadi lebih dari sekedar wisata, menjadi kisah pribadi memaknai kemanusiaan melalui orang-orang, budaya dan bangsa yang ia temuinya. Titik Nol diambil dari hasil perenungannya [...]