Selimut Debu 85: Saudara Sebangsa
Termometer digital di dalam truk menunjukkan suhu 48 derajat Celcius. Itu suhu di luar sana. Di dalam truk ini sopir dan aku duduk nyaman berkat sejuknya AC. Aku menumpang truk menuju Zahedan, ibu kota provinsi Baluchistan di tenggara Iran. Ini adalah nama yang seram bagi banyak orang Iran. Mereka menganggap, Baluchistan terlalu berbahaya, karena banyak orang Baluchi, Sunni, penculik, penyelundup, dan Afghan. “Jangan mudah percaya dengan orang Baluchi,” kata Aziz, sopir truk asal Tabriz di Iran barat laut saat mengemudikan kendaraan besarnya, ”Mereka itu adalah pembohong dan pengkhianat. Mereka juga pencuri, perampok, bajingan.” Di luar truk terhampar padang pasir Dasht-e-Lut yang kering kerontang, hanya ditumbuhi belukar. ”Lihatlah, betapa kering dan miskinnya tempat ini. Di sini tak ada apa-apa. Rakyat lapar. Tak ada yang bisa dimakan, sehingga mereka terpaksa mencuri.” Ancaman keamanan lain di Baluchistan adalah separatisme. Seiring bergulirnya roda zaman, negara-negara baru akan terus bermunculan, suku-suku mencuat kepribadian dan kebanggaannya, sementara negeri-negeri kuno berjuang mempertahankan eksistensi mereka. Selain itu, karena begitu dekat dari Afghanistan, Baluchistan banyak dipenuhi oleh para pengungsi Afghan. Dari Zahedan, empat jam perjalanan bus ke utara, adalah kota perbatasan Zabol yang berhadapan langsung dengan gerbang Afghanistan. Apa yang kau harapkan dari kota perbatasan Afghanistan? Imigran gelap? Perkampungan [...]