Recommended

Dari

Selimut Debu 50: Melihat Islam dari Mata Pashtun (2)

Langit telah gelap. Wajah dan bayangan Amin berkedip-kedip diterpa sinar lampu petromaks. Pada kegelapan dan keremangan ini, dia melanjutkan ulasannya mengapa pemisahan lawan jenis begitu penting dalam konsep agama. Amin memberikan sebuah contoh. “Islam bilang,”—lagi-lagi Islam bilang, “perempuan terlalu cantik untuk pergi ke pasar untuk membeli kosmetik. Kalau dia memakai kosmetik, dia akan mengundang perhatian para lelaki, dan para lelaki akan ingin mendapatkannya, dan terkadang memakai kekerasan.” Itu artinya, kalau perempuan diperkosa, maka itu kesalahan si perempuan karena terlalu menarik? Dan bukannya salah para lelaki yang tidak bisa mengontrol nafsu mereka? Amin tidak menyangkal. Alih-alih, dia membuat perumpamaan lain. Dia mengambil sebuah permen dari piring kecil di samping poci teh. “Lihat permen ini. Jika aku suka permen ini, maka aku akan berusaha mendapatkannya. Secara legal ataupun ilegal. Paham?” Aku menggeleng. “Dan mengapa cara ilegal diperbolehkan? Kamu hanya boleh mengambil permen yang secara legal adalah milikmu. Ada hukum yang melindungi.” Dia membuat perumpamaan lain. “Kalau kau punya uang banyak, dan aku minta uangmu. Apakah kau beri?” “Tidak,” jawabku. “Maka aku akan membunuhmu,” kata Amin tegas. “Tapi itu adalah uangku. Mau memberi atau tidak, itu adalah hakku.” “Kenapa kau tidak berbagi?” Tampaknya konsep “hak dan kewajiban” sangat kuat dalam pikiranku. Dalam nilai-nilai [...]

January 3, 2014 // 5 Comments

Dushanbe – Greetings from Tajik Capital

Stamps of independent Tajikistan still use Russian Cyrillic alphabet along with Latin. They portrays local heros and culture, also other colorful cartoonish and big stamps with unrelated topics for collectors, like: outer space, Euro football competition, Elvis Presley, Bruce Lee and panda Finally, I arrived in Dushanbe, the capital of Tajikistan. The Tajik border is located across the river from the Afghan port of Shir Khan Bandar. It’s an expensive fare of 10 dollars per person to cross the river by boat. The Tajik immigration is located somewhere further, and it was another 1 dollar to reach the immigration office by bus. And they still charged 5 dollars for luggage checking (customs). I befriended the old customs officer. We talked in Farsi and he was so happy looking at Indonesian photos. Actually he already signaled me to leave soon after the custom check, that way I could avoid the 5 dollar fee. But I really didnt know about the 5 dollar game, and I insisted to get a registration slip from him, as I presumed in Central Asia if you leave the country without the slip, you will have problem. He told me that for Tajikistan, registration slip would only [...]

October 7, 2006 // 0 Comments