Titik Nol 117: Melek Huruf
Di sini semua orang bisa baca tulis Penderitaan di Karimabad yang membeku tidaklah sia-sia. Di sinilah Al menemukan jati dirinya yang selama ini ia cari. Di sinilah ia menemukan komunitas saudara-saudari seiman. Al tak jadi pindah pemondokan. Semua pemondokan sama dinginnya, bahkan Hunza Darbar yang tarifnya 40 dolar per malam itu pun tak punya listrik dan pemanas. Tak ada pesawat ke Islamabad, karena cuaca buruk di musim dingin di daerah yang diapit gunung-gunung bertudung salju sungguh berbahaya bagi penerbangan. Daripada berdiam diri di Karimabad, kami turun ke desa di kaki bukit. Namanya Ganesh, entah kenapa mirip nama dewa Hindu. Kalau di Karimabad penduduknya semua Ismaili, hanya beberapa ratus meter saja di desa Ganesh ini penduduknya penganut Syiah. Kakek Haider sebenarnya adalah penganut Syiah, tetapi Al terlanjur menganggapnya sebagai pemeluk Ismaili dan masih terpesona dalam kegembiraan hidup bersama komunitas orang-orang seiman. Biarlah, biar Al hidup dalam euforianya. Dari Ganesh, kami naik kendaraan Suzuki sampai ke desa berikutnya, Aliabad. Di Pakistan, orang biasa menyebut kendaraan umum menurut merknya. Yang dimaksud Suzuki adalah mobil pickup ukuran kecil. Bagian belakangnya dikasih terpal, untuk tempat duduk penumpang. Kalau tidak cukup, penumpang pria sampai duduk di atap atau berdiri di luar, bergelantungan pada besi bak belakang. [...]