Recommended

Khorog

Garis Batas 12: Eid Mubarak

Di dalam Rumah Pamiri (AGUSTINUS WIBOWO) Perjalanan dua jam dengan angkutan umum membawa saya ke desa Tughoz, tak jauh dari Ishkashim. Perjalanan ini menyusuri tepian Sungai Amu, perbatasan dengan Afghanistan. Seiris Afghanistan yang berada di seberang sana adalah Lembah Wakhan yang damai dan tenang. Pedesaan yang tidak pernah tersentuh hingar bingarnya perang dan pertumpahan darah di seluruh negeri. Gunung-gunung berbungkus salju seakan tidak berhenti sambung-menyambung. Desa-desa hijau di kaki gunung berhadap-hadapan dengan desa-desanya Tajikistan seperti bayangan cermin. Tetapi refleksi kehidupan yang di seberang sana, hidup dalam zamannya sendiri. Jalan beraspal dari Ishkashim memang sangat nyaman dilewati dengan mobil. Saya teringat, tiga bulan yang lalu ketika saya berada di seberang sungai sana, di Afghanistan, perjalanan dengan jarak seperti ini harus ditempuh sehari penuh. Berkali-kali mobil yang saya tumpangi tersangkut aliran sungai, karena jalan berdebu tak beraspal seringkali diterjang banjir lelehan salju di puncak gunung. Naik mobil di sana hanya satu setrip saja lebih cepat daripada naik keledai. Di Tajikistan sini, orang tidak perlu bersusah payah naik keledai untuk menempuh perjalanan seperti ini. Mobil tersedia. Yang tidak ada cuma uang dan bensin. Tuloyev Aliboy Jumakhanovich, 33 tahun, misalnya. Dia dulunya adalah supir, tetapi sekarang jadi penumpang yang duduk di samping saya. Dia [...]

June 6, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 10: Selamat Datang di Rumah Pamiri

Seorang bocah Tajik di Istaravshan di dalam musholla. (AGUSTINUS WIBOWO) Muhammad Bodurbekov, penumpang satu mobil dari Khorog, membawa saya ke rumahnya di Ishkashim. Rumah Muhammad adalah rumah tradisional Pamiri, dalam bahasa setempat disebut Chid. Karakteristik utamanya adalah adanya lima pilar penyangga ruangan, masing-masing melambangkan Muhammad, Ali, Bibi Fatima, Hassan dan Hussain. Angka lima melambangkan jumlah rukun Islam. Bentuk rumah seperti ini sama dengan rumah-rumah orang Ismaili di Pakistan Utara dan Afghanistan. Rumah adat Pamir sebenarnya sudah ada jauh sebelum datangnya Islam. Simbol-simbol Islam menggantikan simbol-simbol agama kuno Zoroastrian (Zardusht), di mana kelima pilar melambangkan dewa-dewa Surush, Mehr, Anahita, Zamyod, dan Ozar. Karakter lain rumah tradisional Pamir adalah adanya lubang jendela di atap, tempat menyeruaknya sinar matahari menyinari seluruh penjuru ruangan. Jendela ini bersudut empat, melambangkan empat elemen dasar: api, udara, bumi, dan air. Dibandingkan rumah-rumah orang Tajik Ismaili di Pakistan dan Afghanistan, memang rumah di Tajikistan ini jauh lebih modern. Lubang di tengah ruangan sudah tidak lagi digunakan untuk memasak, tetapi lebih sebagai dekorasi saja. Dindingnya dicat rapi, dihiasi dengan karpet-karpet indah, poster, dan foto keluarga. Lantainya dari kayu, dipelitur mengkilap. Di setiap ruangan selalu dipasang foto Aga Khan, pemimpin spiritual Ismaili yang didewakan sebagai penyelamat hidup di GBAO. Ada [...]

June 6, 2013 // 1 Comment

Garis Batas 8: Khorog, Pejuangan dari Balik Gunung

Khorog, ibu kota provinsi GBAO (AGUSTINUS WIBOWO) Khorog, ibu kota propinsi GBAO, adalah sebuah kota kecil yang tenang dan sunyi di bawah teduhnya gunung-gunung raksasa. Walaupun berhadapan langsung dengan Afghanistan dan polisi, tentara, agen KGB berkeliaran di mana-mana, suasana di Khorog masih tetap lengang dan santai. Sejuknya udara pegunungan memang membuat malas. Tidak ada pengemis, gelandangan, pedagang asongan, pencopet, pengamen, dan simbol-simbol kemiskinan lainnya. Rumah-rumah mungil tertata tanpa maksud menantang gunung-gunung raksasa yang mengililingi, terjalin seperti sulaman, tidak berpagar rapat, dengan pekarangan sambung-menyambung. Orang bebas masuk-masuk ke halaman tetangga. Tidak ada ketakutan yang memagari hubungan manusia dengan lingkungannya. Mungkin yang paling mengganggu hanya anjing-anjing besar yang sering berkelahi atau mengejar-ngejar sapi malang. Tetapi gambaran Khorog yang tenang dan damai adalah sebuah ironi dari kisah kegagalan sebuah negara muda. Ketika perang saudara meletus, seluruh propinsi GBAO memproklamirkan kemerdekaan, yang segera dibalas oleh Dushanbe dengan isolasi total. Jalan menuju GBAO ditutup. Blokade diberlakukan. GBAO adalah daerah pegunungan, di mana puncak-puncak raksasa seakan saling berlomba menggapai angkasa dan orang harus mendongakkan kepala untuk melihat birunya langit. Tidak banyak lahan yang tersisa untuk pertanian. Musim dingin sangat menggigit. Sumber air bersih memang melimpah, tetapi tidak untuk bahan bakar [...]

June 6, 2013 // 1 Comment

Garis Batas 7: Menuju Khorog

GUNUNG, SALJU, AWAN TAJIK — Berpetualang di Tajikistan, perpaduan antara gunung, salju, awan, dan sejumput keberanian (AGUSTINUS WIBOWO) Saya teringat gurauan orang Afghan tentang tiga barang yang paling murah di Tajikistan – meva, piva, dan beva. Buah, bir, dan janda. Yang dimaksud dengan ‘janda’ adalah gadis-gadis Tajik yang bebas pergaulannya. Selain cantik, perempuan Tajikistan juga tangguh tak kepalang. Jalan naik turun gunung memaksa mobil berkali-kali mogok. Barang bawaan yang diikatkan di atas kap mobil juga beberapa kali terlempar jatuh. Di bawah hujan rintik-rintik, para gadis dengan cekatan memunguti bagasi. Ibu tua dengan kekuatan ototnya ikut mendorong mobil. Jalan yang menghubungkan Dushanbe ke Khorog hingga Kyrgyzstan bernama jalan M-41. Nama kerennya adalah Pamir Highway. Lewat barisan gunung tinggi yang seperti tak tertembus ini, ternyata jalannya beraspal mulus, walaupun ada sedikit bolong-bolong yang mungkin baru muncul setelah Tajikistan merdeka dan kegagalan ekonomi terus mendera. Saya jadi mengagumi kedigdayaan Uni Soviet, yang masih memberi perhatian ke tempat paling terpencil di mantan negara raksasa itu. Tajikistan tak lebih dari ujung kukunya Uni Soviet, tetapi juga pernah menjadi pusat kegiatan basmachi, pemberontakan umat Muslim terhadap rejim komunis. Dan Pamir, siapa yang peduli tempat terpencil yang dikurung gunung-gunung ini? Tetapi nyatanya, jalan beraspal yang mulus juga [...]

June 6, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 6: Menembus Gunung-gunung

Bocah-bocah menawarkan buah-buahan pegunungan kepada kendaraan yang melintas. (AGUSTINUS WIBOWO) Di antara tempat yang paling terpukul di Tajikistan setelah perang saudara ketika negeri mungil ini baru berdiri, adalah provinsi GBAO, singkatan Gorny Badakhshan Avtomnaya Oblast, Provinsi Otonomi Pegunungan Badakhshan. Dalam bahasa Tajik disebut Viloyati Mukhtori Kuhistoni Badakhshan. Propinsi ini ikut memberontak terhadap Dushanbe dan menyatakan memisahkan diri dari pemerintahan pusat. Dushanbe segera mengisolasi semua jalan menuju GBAO, menyebabkan kelaparan dan kemeleratan di mana-mana. Sebenarnya, tanpa isolasi dari pemerintah Tajikistan sendiri pun, GBAO sudah menjadi salah satu tempat paling terpencil di dunia. Gunung-gunung raksasa berselimut salju dari barisan Pegunungan Pamir sudah mengurung rapat-rapat tempat ini. Gunung-gunung itulah yang menyebabkan susahnya transportasi. Dari Dushanbe ke Khorog, ibukota GBAO, jaraknya 560 kilometer, ditempuh dalam waktu sekitar 20 jam dengan jeep yang tangguh. Biayanya 100 Somoni atau 30 dollar, sudah di atas gaji rata-rata bulanan orang Tajikistan. Karena harga minyak yang sangat mahal, orang Tajikistan juga harus selalu memutar otak untuk menekan pengeluaran. Mobil pribadi pun bisa berubah menjadi angkutan umum. Saya ikut menumpang dalam sebuah jeep yang dimiliki oleh satu keluarga, terdiri dari seorang ibu tua dan tiga anaknya. Jeep ini bisa muat enam orang, jadi keluarga itu sibuk menyeret dua orang penumpang [...]

June 6, 2013 // 1 Comment

Karakul – the Giant Death Lake

The giant death lake of Kara Kul. Karakul in Kyrgyz language means ‘black lake’. The lake itself is not black. In fact, this huge water body was deep blue when the sky is friendly, and turns to be grey when the sun chooses to hide behind the clouds. But the life is as dark as its name. There is no life at all in this huge lake. The lake has high concentration of salt. But despite of the salt, the lake also freezes in winter. The village next to the lake, bears the same name, is a Kyrgyz settlement with only one Tajik man inhabitant – a policeman. I was supposed to stay with the Tajik policeman, as it’s the only chance for me to communicate with my Persian knowledge. But when I arrived there, the Tajik man had left to Khorog. I stayed with a Kyrgyz family, an Acted-arranged guest house. They don’t speak Tajik, but the husband know little bit and can sing the national anthem proudly, “Zindabosh e vatan Tajikistan e azadi man (Long Live o Fatherland, My Free Tajikistan!)” He didn’t understand the meaning of the proud anthem though. Tildahan, the wife, is a young woman, [...]

November 2, 2006 // 0 Comments

Khorog – The Capital of GBAO

Driver is a respected job in Tajikistan, especially in GBAO where most people still struggle of unemployment “Thanks to God, thanks to Aga Khan, for their kindness to us” – Mamadrayonova Khurseda The provincial capital of GBAO, Khorog, is a little town set in a valley surrounded by vertical cliffs of high mountains. It is cool and lazy, and despite of its proximity with Afghanistan, it is quite laid back. The appearance of military still can be felt intensively in the town, thanks to the neighbouring Afghanistan, which is just across the river and notorious for opium export and illegal border crossing. Young soldiers have to patrol every morning along the misty and freezing river. The 1300 km long border with Afghanistan gives much headache to Tajikistan, and its patron – Russia. Russian guards were playing a big role in ‘saving’ the war torn Tajikistan from further deterioration. But as the situation of the country had been stabilized for almost ten years now, the existence of Russian and CIS troops had been much reduced since the previous two years. If you walk along the main street of Khorog, except for the numerous militsia, police, and KGB agents, you will feel [...]

October 19, 2006 // 0 Comments