Selimut Debu 104: Antara Kepercayaan dan Realita
Tidak semua orang Hazara mendukung tradisi menceburkan diri ke danau untuk memperoleh kesembuhan. ”Orang-orang bodoh ini,” kata Anwar, seorang pengunjung Hazara dari Bamiyan, ”mereka benar-benar percaya bahwa danau ini dibuat dengan mukjizat Imam Ali.” Anwar, seperti halnya mayoritas orang Hazara, juga pemeluk Syiah. Tetapi ia pernah belajar ilmu agama di Iran, dan ia lebih logis. ”Sebenarnya, memercayakan kesembuhan dari danau dan mukjizat tempat suci, sama sekali bukan ajaran Islam. Kita seharusnya hanya mengandalkan pertolongan Tuhan. Tetapi penduduk sini tak berpendidikan, mereka memegang teguh tradisi secara membabi buta dan percaya bahwa tradisi itu adalah agama.” Danau ini bukan hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga menjadi tempat piknik penting. Yang berkunjung mulai dari penduduk, kaum ekspatriat, pekerja sosial, sampai tentara Selandia Baru di bawah komando ISAF yang tak segan-segan berpiknik membawa senjata mesin dalam posisi siaga, potret sana, potret sini, dengan latar pengunjung Afghan yang mengarungi danau dengan perahu kayuh. Kendaraan umum pun banyak, hampir setiap hari berangkat dari pasar Bamiyan. Kali ini aku datang dengan berjalan kaki menyusuri gunung cadas, melintasi satu per satu keenam danau yang diciptakan oleh mukjizat Ali. Aku tak berani membayangkan perjalanan seperti ini tiga tahun lalu, ketika daerah sekitar danau ini masih dipenuhi ranjau. Kala itu, [...]