Recommended

Nabi Muhammad

Penodaan Agama: Menista Agama atau Menista Ego?

Pengalaman pertama saya bersinggungan dengan isu penodaan agama adalah pada tahun 2006, ketika saya berada di tengah ribuan demonstran di kota Lahore, yang memprotes pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad S.A.W oleh sebuah koran Denmark. “Ini adalah wujud cinta pada Rasul” tertulis di salah satu poster yang dibawa demonstran. Seorang pemuda yang membawa pentungan berkata pada saya, “Kami mencintai Nabi kami, lebih daripada kami mencintai anak dan orangtua kami sendiri.” Para demonstran menuntut pembuat karikatur dijatuhi hukuman mati, sebagaimana berlaku dalam hukum Pakistan terhadap penghujat Nabi. Semua demonstran yang saya wawancarai mengaku tidak pernah melihat sendiri karikatur itu, tetapi amarah mereka meledak setelah mendengar dari ulama mereka di masjid. Selepas siang, demonstrasi yang dilandasi cinta itu berubah menjadi amuk massa dahsyat. Orang-orang membakar mobil dan sepeda motor di sepanjang jalan. Mereka juga menjarah dan membakar restoran, kantor, toko, dan bank, diiringi seruan memanggil Tuhan Yang Maha Besar. Lebih dari seratus bangunan dan empat ratus kendaraan hancur. Kerusuhan meluas ke kota-kota lain di seluruh negeri. Massa juga membakar gereja, sekolah-sekolah dan rumah-rumah milik warga Kristen di berbagai lokasi di Pakistan, sebagai balasan untuk “penodaan” karikatur Denmark itu. Masih pada saat saya berada di Pakistan, pada akhir 2005, kasus lain yang menggemparkan [...]

May 17, 2017 // 77 Comments

Selimut Debu 50: Melihat Islam dari Mata Pashtun (2)

Langit telah gelap. Wajah dan bayangan Amin berkedip-kedip diterpa sinar lampu petromaks. Pada kegelapan dan keremangan ini, dia melanjutkan ulasannya mengapa pemisahan lawan jenis begitu penting dalam konsep agama. Amin memberikan sebuah contoh. “Islam bilang,”—lagi-lagi Islam bilang, “perempuan terlalu cantik untuk pergi ke pasar untuk membeli kosmetik. Kalau dia memakai kosmetik, dia akan mengundang perhatian para lelaki, dan para lelaki akan ingin mendapatkannya, dan terkadang memakai kekerasan.” Itu artinya, kalau perempuan diperkosa, maka itu kesalahan si perempuan karena terlalu menarik? Dan bukannya salah para lelaki yang tidak bisa mengontrol nafsu mereka? Amin tidak menyangkal. Alih-alih, dia membuat perumpamaan lain. Dia mengambil sebuah permen dari piring kecil di samping poci teh. “Lihat permen ini. Jika aku suka permen ini, maka aku akan berusaha mendapatkannya. Secara legal ataupun ilegal. Paham?” Aku menggeleng. “Dan mengapa cara ilegal diperbolehkan? Kamu hanya boleh mengambil permen yang secara legal adalah milikmu. Ada hukum yang melindungi.” Dia membuat perumpamaan lain. “Kalau kau punya uang banyak, dan aku minta uangmu. Apakah kau beri?” “Tidak,” jawabku. “Maka aku akan membunuhmu,” kata Amin tegas. “Tapi itu adalah uangku. Mau memberi atau tidak, itu adalah hakku.” “Kenapa kau tidak berbagi?” Tampaknya konsep “hak dan kewajiban” sangat kuat dalam pikiranku. Dalam nilai-nilai [...]

January 3, 2014 // 4 Comments

Selimut Debu 49: Melihat Islam dari Mata Pashtun (1)

“Dalam Islam ada lingkaran. Dan kita tidak bisa keluar dari lingkaran itu,” kata Amin tegas. Lelaki Pashtun di hadapanku ini berusia 33 tahun, dan telah melewatkan 29 tahun usianya di Pakistan. Dia pernah menjadi pengungsi, tapi dia tidak mau disebut sebagai pengungsi. Dia bicara bahasa Inggris teramat fasih, tapi dia menuding orang-orang Barat sebagai biang keladi dari masalah-masalah di negeri ini. Dan Amin sangat menghormati Taliban, yang dianggapnya sebagai Muslim terbaik. Dulu Amin tinggal di daerah Mohmand Agency, bagian tribal area dari provinsi NWFP (North West Frontier Province) di Pakistan. Amin menolak menyebut daerah itu sebagai wilayah Pakistan. Dia selalu menggunakan istilah Pashtunistan, dan menganggap wilayah yang didominasi bangsa Pashtun itu adalah bagian dari Afghanistan. Nenek moyangnya berasal dari daerah Kandari, yang ada di sisi Pakistan maupun Afghanistan. Itulah sebabnya, Amin punya paspor kedua negara sekaligus. Amin mengizinkanku menginap di rumahnya malam ini. Ada sebuah kamar khusus untuk tamu. Dalam tradisi Pashtun, para perempuan di rumah tidak boleh terlihat oleh lelaki asing. Karena itu, kamar bagi tamu selalu terpisah dari rumah utama. Diskusi kami tentang Islam bermula ketika aku berbicara tentang Putri Indonesia yang bertanding dalam ajang Miss Universe, dan setuju untuk memakai bikini dalam lomba busana renang. “Kamu beruntung, [...]

January 2, 2014 // 5 Comments