National Geographic
Travel and Escape (2013): Are Travel Writers Obsolete?
National Geographic (2013): Literary Magic in Bali
National Geographic Traveler Indonesia (2013): Kemeriahan Perkabungan
National Geographic Traveler Indonesia (2013): Mari Menjelajah!
National Geographic Traveler Indonesia (2012): Menapak Jejak Shaman Mongolia
KAMI MENUJU TAIGA untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tentang shamanisme atau perdukunan di Mongolia yang selama ini memenuhi benak saya: Masih adakah shamanisme di zaman ini setelah puluhan tahun komunisme memberangus praktik-praktik kuno? Ketika para nomad Mongol sudah bertelepon genggam dan menetap di kota? Ketika internet sudah merambah? Ketika dokter dan obat sudah menggantikan jampi-jampi untuk menyembuhkan penyakit? Di Mongolia, shamanisme adalah jalan hidup utama jauh sebelum datangnya agama-agama. Kepercayaan dan ritual shamanisme menjadikan kultur negeri misterius ini begitu “eksotis.”
National Geographic Traveler Indonesia (2011): Destinasi Mana pun Istimewa
National Geographic Traveler Indonesia: Kilau Warna dalam Selimut Debu
Perang puluhan tahun tak mengoyak kemolekan alam apalagi impian, tradisi, dan kehormatan pemegang peradaban kuno ini.
Kata apa yang paling sering dihubungkan dengan nama Afghanistan? Perang? Kemiskinan? Taliban? Teror? Bagi kebanyakan orang, Afghanistan membawa kesan kelabu dan melankolis. Tetapi di negeri yang tak kunjung usai dihajar perang puluhan tahun ini ternyata juga ada impian, tradisi kuno, kebanggaan, dan peradaban.
时尚旅游(2005):惊出阿富汗
她在轻轻呼唤,声音微弱而深沉,穿过蓝色面纱,震颤着听者的心灵。我知道,那后面一定藏着美丽的双眸,终日凝望,满怀憧憬, 那是一张略施粉黛的白色面庞。我注视着她,用同样轻柔的声音说:“请让我掀起你的盖头……”这段旅程是由一个梦想开启的,这个去揭开阿富汗神秘面纱的梦 想,初时只是出现在我的幻想中。但正是这个梦想,引领我穿过巴基斯坦,将我带到了几千公里外的阿富汗,去窥探它的神秘面庞,欣赏它美丽的容颜,并舔舐它两 颊上流淌的泪水。