Recommended

selimut debu

Nabawia (2013): Selimut Debu, Petualangan Mengesankan di Negeri Khaak

Keren. Itu kata saya selesai membaca buku setebal 461 halaman itu. Sejak paragraf Awal Agustinus Wibowo telah mengajak saya untuk berpetualang melintasi negeri pimpinan Hamid Karzai dengan bahasa yang membumi dan tidak menggurui. Berbekal buku An Historical Guide to Afghanistan ia berpetualang melintasi Afghanistan tahun 2006, setelah tahun 2003 ia kesana dan bertemu dengan seorang pencari karpet di kedai teh Bamiyan yang memantik semangatnya untuk berkeliling negeri itu.

July 24, 2013 // 0 Comments

ChinaNews 中国新闻网 (2013): 印尼华裔青年作家出版新著 讲述游历多国经历

4月20日晚,印尼华裔青年作家翁鸿鸣(Agustinus Wibowo)在泗水敦绒望商厦Gramedia书店举行《零点》(Titik Nol)新书发布会。来自泗水市和外埠的读者,及泗水华社代表郑菊花、何婉芸、吴萌暄和陈新来出席了活动。

发布会上,翁鸿鸣介绍《零点》是他的新作。之前,他已经出版两本书《灰尘毯子》(Selimut Debu)和《界线》(Garis Batas)。《零点》讲述当年他当背包族(Backpacker)游览中国西藏、尼泊尔、印度和阿富汗的经历。

April 25, 2013 // 0 Comments

Oktomagazine (2011): Melewati Garis Batas

Melewati Garis Batas Harun Harahap   Kita telah mengenal Agustinus Wibowo dari buku Selimut Debu tentang perjalanannya ke Afghanistan. Kali ini melalui bukunya Garis Batas, Agustinus Wibowo mengajak kita bertualang melewati garis batas Afghanistan menuju negara-negara berakhiran –Stan. Kita diperkenalkan lebih dekat dengan negara Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Garis batas geografis terkadang ditandai oleh sungai, pegunungan, jalan atau tonggak-tonggak yang terpancang antar dua wilayah negara yang berbeda. Saat kita melewati garis tersebut, banyak hal yang akan berubah. Dari negara yang berubah, maka bahasa, mata uang, agama, adat istiadat, budaya dan sebagainya pun berubah. Perubahan itu terkadang tipis tak terlihat hingga lebar tak terhingga. Ada pepatah dari ranah minang yang menyebutkan “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Artinya kurang lebih menyarankan kita untuk menghormati budaya dan adat istiadat di mana kita tinggal dan berada. Begitu juga dengan Penulis yang beradaptasi dengan situasi dan lingkungan asing yang baru pertama kali ia pijak. Kita bisa melihat melalui buku ini bahwa penulis bisa melakukannya dengan baik. Ditambah lagi dengan keramah-tamahan penduduk di berbagai daerah, sehingga kita bisa melihat kehidupan keluarga yang bersifat cukup pribadi. “Garis Batas adalah kodrat manusia. Tanpa disadari, kita adalah seonggok tubuh yang selalu membawa garis batas [...]

November 9, 2011 // 0 Comments

Sumatera Expres (2011): Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan

Selasa, 25 Oktober 2011 Xpresi Pendidikan Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan   Jika ada satu negeri yang dijuluki sebagai negeri peperangan, yang pertama kali terpatri dalam ruang ingat kita adalah negeri Afghanistan. Jika ada satu negeri yang tiap jengkalnya tertanam ranjau darat bekas medan perang, juga terbayang negeri Afghanistan. Dan jika ada satu negeri yang setiap harinya hidup dengan kepulan debu yang terhirup ke dalam tubuh rakyatnya, itulah negeri Afghanistan. Orang-orang Afghan tentu tak pernah membayangkan bahwa jurnalis asing mau-maunya berkeliling negeri khaak (dalam bahasa Dari dan Pashtu berarti debu, red) sendirian hanya untuk melunasi hasratnya pergi ke sana. Tanpa berbekal uang yang melimpah rupanya Agus berani menantang perjalanan yang begitu mengibakan ini. Perjalanan yang sungguh mengharukan pula, ia bertemu dengan banyak orang-orang Afghan yang lebih humanis dari orang-orang yang merasa dirinya punya rasa kemanusiaan di dunia ini. Selimut Debu adalah kisah perjalanan mendebarkan yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo, di daerah yang penyebutan namanya sama dengan menyebut kata “perang”. Ya, ini buku tentang perjalanan Agus di sebuah negara bernama Afghanistan. Bayangkan, ini perjalanan yang dilakukan oleh penulis, yang notabene non muslim di sebuah negara yang terkenal karena fundamentalismenya. Perjalanan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari segala identitas yang melekat pada dirinya. [...]

October 25, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Seni Travelling ala Agustinus Wibowo

Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:54 WIB Agustinus Wibowo adalah seorang backpacker. Ia mengunjungi daerah-daerah yang jarang dikunjungi wisatawan. Dia telah mengeluarkan buku catatan perjalanannya di Afghanistan yang bertajuk Selimut Debu. Buku keduanya bertajuk Garis Batas merupakan catatan perjalanannya mengunjungi negeri-negeri di kawasan Asia Tengah. | KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES KOMPAS.com – Dirampok, diculik, dipukuli, hingga nyaris diperkosa. Jalan kaki berkilometer jauhnya, naik keledai, hingga nebeng di mobil orang. Sebuah deskripsi yang sangat jauh untuk mengambarkan perjalanan wisata. Saya ingin menyampaikan suara-suara orang dari tempat yang kita tidak pernah dengar. Namun siapa sangka, seorang pria dengan sosok imut, berkulit putih, suara kalem, dan berwajah “baby face”, telah mengalami itu semua bahkan lebih, demi sebuah pengalaman jiwa. Ia menyebutnya sebagai perjalanan kemanusiaan. Agustinus Wibowo, pria berusia 30 tahun asal Jawa Timur itu berkelana ke negara-negara “ajaib”. Negara-negara yang tak populer untuk dijadikan destinasi wisata. Dari Turkmenistan sampai Mongolia dan dari Kazakhstan sampai India, pernah disambanginya. Tak hanya itu, ia pernah menetap dan bekerja di negara penuh peperangan, Afghanistan. Ia mengarungi Asia Selatan dan Asia Tengah melalui jalur darat. Kisah perjalanan Agus di negara-negara Asia Tengah dan Afghanistan, pernah dimuat di Kompas.com. Ia telah menerbitkan [...]

October 18, 2011 // 0 Comments

Appearance in Ubud Writers and Readers Festival 2011

http://ubudwritersfestival.com/writer/agustinus-wibowo Agustinus Wibowo is an Indonesian travel writer, travelled overland from Beijing to Central Asia and Middle East. He traveled extensively and settled in Afghanistan as journalist for three years. His works include Selimut Debu (A Blanket of Dust) and Garis Batas (Borderlines). Festival Appearances Time travel Saturday, 8 October 2011 10:45 Left Bank Lounge What is the future of travel writing and how do travellers utilise the genre? Has it all been said and done? Brian Thacker, Fiona Caulfield, Trinity, Agustinus Wibowo Chair: Peta Mathias Ticketed A blanket of dust… Saturday, 8 October 2011 13:45 Left Bank Lounge Standing at the cutting edge of Indonesian literature, this modern day wanderer has travelled to the ends of the earth, living in Afghanistan for three years. Wander with him in this intimate session. Agustinus Wibowo with Jamie James Worlds, in words: making language work Saturday, 8 October 2011 16:00 Neka Museum How language can transport us on colourful journeys to exotic lands, Agustinus Wibowo, DBC Pierre, Ida Ahdiah, Trevor Shearston Chair: Rosemary Saye Boundary riders Sunday, 9 October 2011 09:15 Left Bank Lounge Boundaries can be both geographical and intellectual. Crossing borders real and imaginary, exploring new ground, writing new territory. [...]

September 23, 2011 // 0 Comments

A Blanket of Dust—New Edition

My first book, A Blanket of Dust (Selimut Debu) is going to be republished with new cover and new photos, to be launched by Gramedia Pustaka Utama this coming 29 September 2011. [Agustinus] tak ingin hanya menjadi penonton isi dunia. Ia mau terlibat sepenuhnya dalam perjalanan itu. Ia tak sekadar melihat pemandangan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga mengenal budaya dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. –Kompas– Afghanistan. Nama negeri itu sudah bersinonim dengan perang tanpa henti, kemiskinan, maut, bom bunuh diri, kehancuran, perempuan tanpa wajah, dan ratapan pilu. Nama yang sudah begitu tidak asing, namun tetap menyimpan misteri yang mencekam. Pada setiap langkah di negeri ini, debu menyeruak ke rongga mulut, kerongkongan, lubang hidung, kelopak mata. Bulir-bulir debu yang hampa tanpa makna, tetapi menjadi saksi pertumpahan darah bangsa-bangsa, selama ribuan tahun. Aura petualangan berembus, dari gurun gersang, gunung salju, padang hijau, lembah kelam, langit biru, danau ajaib, hingga ke sungai yang menggelegak hebat. Semangat terpancar dari tatap mata lelaki berjenggot lebat dalam balutan serban, derap kaki kuda yang mengentak, gemercik teh, tawa riang para bocah, impian para pengungsi, peninggalan peradaban, hingga letupan bedil Kalashnikov. Agustinus Wibowo menapaki berbagai penjuru negeri perang ini sendirian, untuk menyibak misteri prosesi [...]

September 17, 2011 // 4 Comments

Oktomagazine (2011): Jelajahi Afghanistan Lewat Selimut Debu

Mengenal Afghanistan dari buku Selimut Debu Harun Harahap   “ Agama itu bukan di baju. Agama itu ada di dalam hati. Inti Agama adalah kemanusiaan.” Seorang Shah dari suku Wakhi mengatakan hal tersebut yang tertulis pada halaman 227 buku ini. Afghanistan dimana mayoritas penduduknya mengenakan Shalwar Kamiz untuk pria dan Burqa untuk perempuannya selalu menilai keimanan dari apa yang mereka kenakan. Keimanan sudah tidak lagi ditentukan dengan sikap dan perilaku mereka melainkan dari serban, jenggot atau apapun yang sebenarnya hanya sekedar simbol belaka. Benar yang dikatakan oleh Agustinus Wibowo, penulis, bahwa sekarang niilai-nilai keimanan muslim di Afghanistan tereduksi menjadi jenggot, serban dan burqa. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari penjelajahan Agustinus Wibowo di Afghanistan. Negara yang berkali-kali dilanda perang. Mulai dari serangan Uni Soviet, Mujahiddin dan Taliban hingga sekarang serangan bom bunuh diri pun masih sering terjadi. Sebenarnya banyak sekali bantuan dana mengalir ke negeri ini. Dana tersebut ditujukan untuk pembangunan kembali infrastruktur serta pelayanan kesehatan. Namun, korupsi yang merajalela pada pemerintahan membuat aliran dana itu pun tersesat hilang ke saku para pejabat. Ditambah lagi perilaku warganya yang sangat kesukuan. Afghanistan yang terdiri dari berbagai suku seperti Pashtun, Hazara dan lainnya saling menilai bahwa sukunyalah yang terbaik sedangkan suku lainnya [...]

September 8, 2011 // 3 Comments

National Geographic Traveler Indonesia: Kilau Warna dalam Selimut Debu

Perang puluhan tahun tak mengoyak kemolekan alam apalagi impian, tradisi, dan kehormatan pemegang peradaban kuno ini.

Kata apa yang paling sering dihubungkan dengan nama Afghanistan? Perang? Kemiskinan? Taliban? Teror? Bagi kebanyakan orang, Afghanistan membawa kesan kelabu dan melankolis. Tetapi di negeri yang tak kunjung usai dihajar perang puluhan tahun ini ternyata juga ada impian, tradisi kuno, kebanggaan, dan peradaban.

July 27, 2011 // 3 Comments

[VIDEO] Liputan6 SCTV: Backpacker Asal Lumajang

Agustinus, Empat Tahun Berkelana dengan Ransel Sosok | oleh Tim Liputan 6 SCTV Posted: 29/05/2011 12:54 Liputan6.com, Jakarta: Kegigihan Agustinus Wibowo membawa dirinya melangkahkan kaki ke berbagai penjuru dunia. Empat tahun sudah Agus mengembara menyandeng rasel. Pengembaraan dimulai dari perjumpaan Agus dengan seorang backpacker Solo asal Jepang. Kala itu Agus sedang kuliah di Universitas Tshinghua, Beijing, Cina. Ia kemudian tergoda dan memulai perjalanannya dari negara tetangga Cina, Mongolia pada 2002. Agus kemudian merambah ke negara-negara lain seperti Tibet, Nepal, India dan Pakistan. Semua itu dilakoni seorang diri. Setelah menjadi relawan pasca-tsunami Aceh pada 2005, Agus menolak beasiswa pendidikan strata dua Ilmu Komputer di Cina. Dia justru memantapkan diri memulai perjalanan ke negara yang penuh konflik dan perang, Afghanistan. Satu tahun tujuh bulan ia menggembara ke pelosok-pelosok Negeri Mullah yang tak pernah dikunjungi orang asing, bahkan penduduk daerah lain. Di balik keberaniannya menyusuri tepian jurang, menyeberangi sungai dan mendaki gunung, Agus sebenarnya menyimpan ketakutan akan ketinggian. Kendati demikian, langkahnya tak pernah surut. Dan, kisah ini dituangkan dalam buku pertamanya bertajuk Selimut Debu. Tak sekadar jalan-jalan, Agus menghindari perjalanan naik pesawat agar bisa mengupas budaya tiap negara yang dikunjungi. Ia kemudian menghubungkannya dengan permasalahan di Indonesia. Tentu saja ini didukung dengan kelebihan [...]

May 29, 2011 // 0 Comments

TraxFM (2011): Selimut Debu

http://www.traxonsky.com/trax-guide/book/1054-selimut-debu Kalau mendengar Negara Afghanistan, pasti yang tertanam di otak kita adalah negeri dengan perang tanpa henti, kemiskinan, kehancuran, dan bom tanpa henti. Dengan segala ancaman yang ada di Afghanistan, negeri tersebut tetap menyimpan banyak misteri. Misteri-misteri itulah yang menyebabkan Agustinus Wibowo, penulis buku ini, untuk menjelajahi negeri Afghanistan untuk menyibak misteri yang tersimpan di dalamnya, dan petualangan itu dia lakukan sendirian! Buku ini menarik banget buat dibaca, dengan alur yang juga nggak ribet dan jalan cerita yang bikin kita penasaran akan endingnya. Highly recommended! [...]

February 22, 2011 // 0 Comments

Reader’s Digest Indonesia (2010): Menyingkap Selimut Debu Afghanistan

N U K I L A N READER’S DIGEST INDONESIA DESEMBER 2010 Menyingkap Selimut Debu Afghanistan Perjalanan menelusuri raga negeri yang biasa dihadirkan lewat gambaran reruntuhan bangunan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum, akan membuka mata Anda kepada prosesi kehidupan di tanah magis itu. Oleh Agustinus Wibowo “Selimut Debu” oleh Agustinus Wibowo; diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, 2010 Khaak adalah Afghanistan. Dalam bahasa Dari dan Pashto – dua bahasa resmi Afghanistan, khaak berarti debu. Tak ada yang bisa lari dari khaak. Kerudung pria Afghan tidak menghalangi khaak. Khaak terbang menembus kisi-kisi burqa yang membungkus kaum perempuan. Bulir-bulir debu mengalir bersama angin, menyelinap melalui setiap rongga udara, langsung menembus ke sanubari. Debu memang menyelimuti seluruh penjuru Afghanistan, dari utara hingga selatan, dari timur hingga barat, menjadi makanan sepanjang hari, mengalir bersama embusan napas. Namun khaak juga bisa berarti tanah kelahiran, tumpah darah, segenap hidup dan mati. Saya melewati portal garis batas Pakistan. Sekitar 20 meter di depan saya, tampak gapura Afghanistan. Saya berdiri terseok-seok, bersama khaak dan setumpuk mimpi. Jubah qamiz dan celana kombor shalwar bekas yang saya pakai sudah lusuh. Khaak sudah memenuhi ronga mulut, kerongkongan dan paru-paru. Ada bimbang dalam hati, ketika melangkah perlahan di antara [...]

November 26, 2010 // 8 Comments

The Jakarta Post (2010): A thrill ride to Afghanistan

http://www.thejakartapost.com/news/2010/06/27/a-thrill-ride-afghanistan.html A thrill ride to Afghanistan Indah Setiawati, The Jakarta Post, Jakarta | Feature | Sun, June 27 2010, 10:30 AM Several years ago, a man dreamed of traveling to Afghanistan to see what was behind the dust — the seemingly endless war, the grenades, the refugees, the Taliban. In his dream, he saw two gigantic statues of Buddha located in Bamiyan valley and was mesmerized by a soft, deep whisper from a girl with beautiful eyes, who stared at him from behind a blue burqa. In 2003, Indonesian Agustinus Wibowo made his dream come true and backpacked from Beijing to Afghanistan with only US$300. After his journey, he wrote Selimut Debu (Blanket of Dust) which gives his insights on daily life in the war-ravaged country. The author views Indonesia from the perspective of the Afghans as he unveils the beauties, miseries and ironies of a country where warfare is reported daily on televisions and in the newspapers. His description on cultural and ethnic diversity in Afghanistan as well as some branches within Islam somehow reminds us of the same situation back home. He also mentions about humanity being ignored by people who busily introduce religious absolutism. Agustinus, who can [...]

June 27, 2010 // 0 Comments

U-Mag (2010): Selimut Debu—Catatan Backpacker Tulen

Maret 2010 U-Mag Buku//Troli Catatan Backpacker Tulen Jika perjalanan backpacking Anda ke Kamboja dengan pesawat murah dan menginap di hostel penuh bule bau sudah dianggap luar biasa, sebaiknya Anda membaca Selimut Debu. Sang penulis bisa dibilang backpacker Indonesia paling gila.   Selimut Debu AGUSTINUS WIBOWO 461 halaman Gramedia Pustaka Utama Januari 2010 Dengan hanya mengantongi US$ 300 (sekitar Rp 2,8 juta), Agustinus Wibowo nekat memulai perjalanan dari Beijing ke Afganistan. Dia menyambangi negeri itu ketika residu perang Taliban- Amerika masih terbang di udara, 2003. Agus menumpang kereta kelas kambing, bus, dan truk; bertahan hidup hanya dengan jajanan pasar; dan menembus keganasan gunung-gunung di utara Pakistan. Di buku harian kumal, ia menuliskan kisah perjalanannya yang benar-benar luar biasa: menembakkan Kalashnikov ke gua Usamah bin Ladin, hampir diperkosa gay Afgan, dan berkalikali ditangkap tentara. Catatan di buku harian kumal itulah yang kini bias kita nikmati dalam buku setebal 461 halaman dengan foto-foto indah hasil jepretannya sendiri. Tak hanya berbekal kisah dramatis, Agus juga memiliki kemampuan menulis dengan baik. Bahasanya lancar, logikanya runut, dan pemilihan diksinya sangat luas. Oh ya, Tuhan sepertinya membekali Agus kemampuan berbahasa. Selain berbahasa Indonesia dengan baik, dia mampu berkomunikasi dalam selusin bahasa—Cina, Rusia, Urdu, Farsi, dan bahasa negeri-negeri [...]

March 4, 2010 // 0 Comments

My First Book, “BLANKET OF DUST — SELIMUT DEBU” is Launched in Indonesia

Finally…. after long time of editing and rewriting, and editing again, and rewriting again, (I already have lost count about the process), my first travel narrative book will be launched by Gramedia Pustaka Utama, one of the leading publishers in Indonesia, by January 12, 2010. This book is about Afghanistan, based of my travel around the country by hitchhiking in 2006, but the contents are enriched with my contemplation after my two and half year stay in Afghanistan as a journalist. The first edition is in Indonesian, but hopefully an English version will come out soon as well. ——————————————– http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=KAHI4419&kat=4 Selimut Debu – Agustinus Wibowo 468 halaman Rp69.000,- Dilengkapi foto-foto berwarna. No GM 40101100002 ISBN: 978-979-22-5285-9 Pada tahun 2006, Agustinus mulai melintasi perbatasan antar negara menuju Afghanistan, dan selama dua tahun ia menetap di Kabul sebagai fotografer jurnalis—catatannya di buku ini adalah hasil perenungan yang memakan waktu tak singkat. Selimut Debu akan membawa Anda berkeliling “negeri mimpi”—yang biasa dihadirkan lewat gambaran reruntuhan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum—sambil menapaki jejak kaki Agustinus yang telah lama hilang ditiup angin gurun, namun tetap membekas dalam memori. Anda akan sibuk naik-turun truk, mendaki gunung dan menuruni lembah, meminum teh dengan [...]

January 6, 2010 // 34 Comments