Selimut Debu 14: Hari Bazaar
Asap kebab memenuhi udara (AGUSTINUS WIBOWO) Kabul Bazaar, tidak jauh dari Sungai Kabul, seakan melemparkanku ke masa-masa ratusan tahun silam. Asap bertebaran dari sate kebab yang dibakar memenuhi udara. Ratusan orang beserban dan berjenggot berlalu lalang di antara gedung-gedung tua hitam menganga seperti mau ambruk. Belum lagi tatapan misterius dan ingin tahu, dari para pria bermata besar. Di sepanjang Sungai Kabul bahkan ada pasar khusus perempuan yang menjual berbagai barang keperluan kaum hawa. Berbeda dengan di Peshawar yang hampir tidak kelihatan perempuannya, di Kabul kita bisa melihat perempuan di mana-mana. Tapi sebagian besar para perempuan Kabul menutup seluruh tubuhnya dengan burqa biru, tidak kelihatan sama sekali dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku tak tahu mana yang lebih konservatif, Afghanistan atau Pakistan? Di Pakistan perempuan hampir tidak terlihat sama sekali, sementara di Afghanistan memang para perempuan begitu banyak bepergian sendiri di jalanan, tapi seluruh tubuhnya ditutup rapat sampai menjadi makhluk anonim yang bahkan tidak kelihatan wajah dan matanya. Burqa-burqa biru berkibaran bagaikan sayap lebar ketika sang empunya berjalan buru-buru, merupakan pemandangan yang luar biasa bagiku. Burqa sebenarnya sudah ada di Afghanistan sejak berabad-abad lalu, yang fungsi awalnya untuk melindungi pemiliknya yang mengenakan pakaian indah dari sutera atau perhiasan-perhiasan mahal. Burqa [...]