Recommended

Tionghoa

Abadi di Hati

Hari ini, andaikan Mama masih hidup, dia seharusnya merayakan ulang tahunnya yang ke-68. Tetapi, Mama telah pergi meninggalkan kami semua 14 tahun lalu. Kepergian Mama sempat meninggalkan luka yang mendalam di hati saya. Apalagi karena saya tinggal di luar negeri selama belasan tahun, tak banyak berada di sampingnya. Hanya pada saat-saat terakhir, ketika penyakit kanker menggerus kekuatannya, saya baru dapat menemaninya di rumah sakit. Saya butuh waktu lama untuk sembuh dari kehilangan besar itu. Saya mengurai kembali memori kebersamaan saya bersama Mama, membaca ulang catatan2 buku harian, dan menuliskan kembali semua percakapan dan pengalaman bersamanya. Dari proses itulah, buku “Titik Nol” lahir. Melalui perjalanan panjang itu, saya akhirnya menyadari bahwa kematian bukanlah akhir segalanya. Mama senantiasa hidup dalam ingatan orang-orang yang mengenang dan mencintainya. Melalui buku ini, Mama pun menjadi bagian di hati orang-orang yang bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Dan sekarang, berselang 11 tahun dari terbitnya buku “Titik Nol”, kisah ini akan segera ditayangkan sebagai serial film Netflix @netflixid. Cerita perjalanan hidup Mama pun akan menjadi nyata dalam imajinasi banyak orang. Mama, semoga kau senantiasa bahagia di sana. Selamat ulang tahun yang kekal, Mama tercinta. Dari anakmu yang tak pernah berhenti merindukanmu. #ceritaperjalananku#TitikNol#AgustinusWibowo#filmTitikNol#GarisBatas#JalanPanjangUntukPulang#KitaDanMereka#Netflixid @bukugpu Btw, [...]

February 7, 2024 // 2 Comments

[Xingli]行李︱Agustinus:如果一个国家由17000个岛屿组成,还有什么事不能发生?

An interview with a Chinese media on the diversity of Indonesia. It was an in-depth interview, for more than 3 hours by phone (!). Here I talked about my experience and coming project on Indonesian nationalism. I discussed about the South Mollucan Republic movement, Papuan issues, Sharia Islam implementation in Aceh, the traditional religion of Toraja, the Javanese diaspora community of Suriname, the tourism history of Bali, the Dutch colonialization history, the religion policies of Indonesia, until my experience living as Chinese-ethnic in Indonesia. After the interview, I realized that the project I’m doing now is indeed very huge, very challenging, but at the same time, colourful and enlightening, as I also got much deeper in learning about my own country, my nation, and myself. Xingli 2017-03-24 07:14   这是Agustinus Wibowo的第二篇访谈,第一篇详见:【在阿富汗的3年里……】一个印尼作家,一直被祖辈告知他是中国人,但是当他19岁终于“回到”中国时,却被当做外国人,他第一次困惑自己的身份:我是中国人还是印尼人吗?他决定寻找印尼人的故事。而印尼人的故事,和17000多个岛屿有关,和400多座火山、700多种语言、300多个民族有关,也和各种闹独立的故事有关——有的在边境上闹,有的在海外闹;而作为华人,印尼人的故事当然还和无数次排华事件有关…… 行李&Agustinus Wibowo [...]

March 31, 2017 // 7 Comments

#1Pic1Day: Naga Kebebasan | Dragon of Freedom (Indonesia, 2013)

Dragon of Freedom (Indonesia, 2013) During the New Order under Suharto, Chinese culture was banned in Indonesia, including traditional and religious rituals. After the Reform Era, Chinese Indonesian (known locally as Tionghoa, from the Chinese word of “Zhonghua”) started to gain their rights as citizens, including performing their culture. The annual celebration of Cap Go Meh, the 15th day after the Chinese New Year/Spring Festival, is a great festive for the whole city. Chinese temples and other communities (including Muslims) participate in the parade, showcasing traditions and dances from all over Indonesia, including the Chinese Dragon Dance, for sure. Naga Kebebasan (Indonesia, 2013) Pada masa Orde Baru, kebudayaan Tionghoa dilarang di Indonesia, termasuk ritual perayaan tradisional dan religius. Setelah memasuki era Reformasi, barulah Tionghoa bebas mengekspresikan budaya mereka. Acara tahunan Cap Go Meh, atau hari ke-15 sesudah Imlek, menjadi pesta rakyat yang sangat meriah di Bogor, di mana berbagai elemen masyarakat dan kelenteng-kelenteng di Jawa Barat berparade menampilkan kebudayaan Nusantara dan kebudayaan Tionghoa, termasuk barongsai. [...]

January 31, 2014 // 0 Comments