Recommended

Blog

Pedoman News (2013): Perjalanan Titik Nol ala Agustinus Wibowo

28 March 2013 http://www.pedomannews.com/pilkada-dki-2012/sosial-budaya/20512-perjalanan-titik-nol-ala-agustinus-wibowo   JAKARTA, PedomanNEWS – Banyak orang beranggapan kalau namanya perjalanan adalah sebuah kegiatan rekreasi ke sebuah tempat yang kita idamkan tetapi ada juga beranggapan lebih dari sekedar jalan dan rekreasi. Perjalanan yang lain dari sekedar rekreasi itu coba diungkapkan oleh Agustinus Wibowo dalam buku terbarunya yang diberi judul Titik Nol yang mengupas lebih dalam dari perjalanan dirinya ke berbagai negara hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. “Perjalanan bukan tentang jarak/lokasi yang jauh. Tapi bagaimana menghilangkan ego dan identitas diri. Perjalanan itu dari zero to hero dan kembali lagi ke zero. Kalau orientasinya hanya hero, orang akan cenderung serakah,” ujar Agus ketika ditemui pada peluncuran bukunya di Toko Buku Kinokuniya, Plasa Senayan. Dalam buku ini pria Lumajang, Jawa Timur, tahun 1981 ini bercerita, perjalanan itu dimulai ketika telah merampungkan kuliah Teknik Informatikanya di China bertahun-tahun silam. Korban gempa Aceh menjadi inspirasi bagi Agus untuk melakukan perjalanan dengan tujuan menaklukkan dunia. “Mulai perjalanan waktu lulus kuliah. Inspirasi dari korban gempa di Aceh ketika saya menjadi relawan di sana. Saya kira banyak cucuran air mata. Tapi yang berkesan justru anak-anak yang bermain dengan riang, serta ibu dan bapak yang mensyukuri keadaan yang mereka alami,” ucapnya. [...]

March 28, 2013 // 0 Comments

Tempo (2013): Menyesapi Perjalanan dari Titik Nol

Koran Tempo Buku Minggu, 24 Maret 2013 Menyesapi Perjalanan dari Titik Nol   Judul: Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan Penulis: Agustinus Wibowo Penerbit: Kompas Gramedia Cetak pertama: 2013 Tebal: xii + 556 halaman   Buku ini mencoba mengungkapkan makna sebuah perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan bukanlah tentang memuaskan ego, melainkan tentang melihat ke dalam diri. Perjalanan bukanlah menyusuri sebanyak mungkin obyek wisata ternama, menjejali ransel dengan segepok cendera mata khas daerah setempat, ataupun berbangga menahbiskan diri sebagai petualang yang paling irit sedunia. Bagi Agustinus Wibowo, perjalanan adalah belajar menatap cermin. Perjalanan adalah refleksi yang mengendurkan ke-aku-an menjadi “mereka”. Dalam buku Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan, jangan bayangkan kita disuguhi wisata “cantik” yang mulus dan penuh hura-hura. Agustinus, seperti dalam dua bukunya sebelum ini— Selimut Debu dan Garis Batas— kembali mengajak kita berziarah ke pelosok yang penuh bahaya, kegetiran, dan tanda tanya. Adalah Beijing yang dipilih Agustinus sebagai titik awal pengembaraannya. Dari situ, lelaki asal Lumajang, Jawa Timur, itu menuju Xinjiang, provinsi yang terletak di bagian barat Cina. Lewat “titik nol” atau Xinjiang- lah Agustinus kemudian menjejak Tibet, dan membawa kita menjalani napak tilas peperangan Genghis Khan. Dari Tibet, Agustinus lalu melangkahkan kaki ke Nepal, India, Pakistan, Kashmir,hingga ke Afganistan. [...]

March 24, 2013 // 0 Comments

Wego Indonesia (2013): Agustinus Wibowo pengelana negeri tak terjamah

20 March 2013 http://www.wego.co.id/berita/agustinus-wibowo-pengelana-negeri-tak-terjamah/ Wego Indonesia Meet the Travelers Agustinus Wibowo pengelana negeri tak terjamah by Deasy Elsara March 20, 2013 Agustinus Wibowo dengan buku perjalanan ketiganya yang berjudul Titik Nol. Laksana kepompong yang keluar dari perlindungannya usai tidur panjang, seperti itulah hidup Agustinus Wibowo sejak 10 tahun silam. Kutubuku canggung yang jarang keluar rumah dan takut panas, kini telah berkelana ke negara-negara yang  mungkin luput dari daftar tujuan traveler kebanyakan. Agustinus kecil bercita-cita menjadi seorang turis. Bukan polisi, dokter, atau profesi-profesi lain yang dianggap mulia dan menjadi tolak ukur kesuksesan. Ia rela melepaskan modal masa depan sebagai lulusan universitas terbaik di Beijing, Cina, demi mengunjungi negara-negara yang dulu hanya bisa ia intip dari koleksi perangkonya. Semua berawal ketika Agustinus menjadi sukarelawan tsunami di Aceh pada Januari 2005. Di daerah yang luluh lantak akibat terjangan gelombang dahsyat tersebut, ia justru melihat semangat warga yang kuat untuk bangkit kembali. Agustinus yang saat itu baru lulus dari jurusan Komputer, bertekad banting stir menjadi seorang jurnalis. Tujuannya hanya satu, bisa mengunjungi tempat-tempat yang tak biasa dikunjungi, untuk menyebarkan cerita-cerita inspiratif. Warna-warni Nepal yang terpancar dari busana yang dikenakan oleh penduduk lokal. Rencananya jelas, ia akan melakukan perjalanan dari Beijing [...]

March 20, 2013 // 0 Comments

IndonesiaKreatif (2013): Proses Kreatif Travel Writer ala Agustinus Wibowo

http://indonesiakreatif.net/news/liputan-event/proses-kreatif-travel-writer-ala-agustinus-wibowo/   Proses Kreatif Travel Writer ala Agustinus Wibowo by Langlang R   Banyak orang yang melakukan perjalanan, namun sedikit yang merenungkan, apalagi mengabadikannya dalam bentuk sebuah tulisan. Padahal, sebuah peristiwa atau pengalaman yang pernah kita rasakan akan menguap tanpa makna jika dibiarkan hanya lewat begitu saja. Tak ada yang terbagikan pada orang lain, maka tak ada manfaat yang terpetik dari sebuah perjalanan yang kita tempuh. Maka, menuliskan kisah dan renungan catatan perjalanan bagi mereka yang memilih jalan menjadi seorang petualang, adalah hal yang sangat baik dan penuh manfaat. Hal ini pulalah yang kemudian dilakukan oleh lelaki petualang bernama Agustinus Wibowo yang catatan perjalanannya sudah dibukukan Penerbit Gramedia dengan judul Garis Batas, Selimut Debu, dan Titik Nol. Ketiga buku tersebut langsung mendapatkan sambutan luar biasa dari pembaca.  Bagaimana itu bisa terjadi? Agus pun membagi-bagikan pengalaman dan ilmunya kepada sejumlah remaja di Banten yang tergabung dalam kelas menulis Rumah Dunia.   Perenungan Diri Bertempat di pendopo Rumah Dunia, acara yang bertajuk Bincang Proses Kreatif Travel Writer ini digelar pada Selasa (12/3). Sang penulis, Agustinus Wibowo, mengatakan bahwa sebuah perjalanan atau backpacker-an bukan soal berapa rentang jarak atau waktu yang ditempuh, melainkan bagaimana kita bisa belajar dari pengalaman orang [...]

March 14, 2013 // 1 Comment

Qiandao (2013): Semangat Yang Tidak Pernah Padam

7 Maret 2013 Harian Nusantara (千岛日报): SEMANGAT YANG TIDAK PERNAH PADAM “Jadilah orang yang biasa-biasa saja. jalanilah hidup yang biasa-biasa saja. tetapi hasilkanlah karya yang luar biasa.” Itulah kalimat yang selalu diulang-ulang oleh Papa di hadapanku, merupakan wejangan yang memengaruhiku dalam memaknai hidup. Walaupun aku hidup bersamanya, bagiku Papa sesungguhnya menyimpan banyak misteri. Di kamar tuanya, bertumpuk-tumpuk ratusan kitab kuno berbahasa Mandarin yang tidak kumengerti. Selama bertahun-tahun dia menekuni teknik pengobatan tradisional China, huruf demi huruf dijalinnya, dihafalnya, hingga akhirnya dia menjadi seorang sinshe secara autodidak, membuka praktik pengobatan bagi warga kota kecil Lumajang. Aku dibesarkan dengan aroma ramuan berbagai herba dan binatang, aneh, juga jarum-jarum yang ditusukkan di sekujur tubuh. Orang-orang berdatangan mencari Papa. mengharap mukjizat kesembuhan. “Hidup itu harus berguna bagi sesama!” Inilah prinsip hidup Papa. Dia menjalani hidup yang sederhana sebagai pedagang telur, sekaligus sebagai tabib. Bagi pasien yang kurang mampu. Papa sering tidak memungut biaya sedikit pun namun tetap memberikan pengobatan yang terbaik. Dia bilang, tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi daripada berguna buat sesama. Demikian pula caranya membesarkan aku, anak pertamanya. Ucapan Papa selalu dipenuhi kalimat-kalimat filosofis. Aku mengenalnya sebagai orang yang tidak banyak bicara, berwatak keras, disiplin, [...]

March 7, 2013 // 11 Comments

#VBookClub (2013): “Titik Nol”

3 May 2013 #VBookClub http://indynatalia.blogspot.com/2013/03/vbookclub-titik-nol.html?spref=tw #VBookClub – “Titik Nol” Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan membaca buku se-menarik “Titik Nol” dan bertemu dengan penulisnya, @avgustin88 di #VBookClub @VRadioFM. Sebelumnya, saya memang sudah jatuh cinta dengan buku ini. “Titik Nol” menceritakan tentang kisah perjalanan penulis, Agustinus Wibowo ke beberapa wilayah seperti Tibet, Nepal, India, Afghanistan, sampai Pakistan. Melalui buku ini, rasanya saya ikut merasakan perjalanan darat yang dilakukan @avgustin88 dan mengenal kultur kebudayaan di masing – masing daerah. Ritual ziarah di tibet yang dilakukan sambil merangkak; Eksotisnya bukit – bukit curam di Nepal; Keprihatinan terhadap India yang berbeda kehidupan dengan gambaran Bollywood; sampai rasa tidak aman saat mengunjungi Afghanistan yang tengah dilanda konflik. Dilengkapi dengan foto – foto menarik sepanjang perjalanan, saya sebagai pembaca mendapatkan gambaran yang jelas tentang terjadinya sebuah peristiwa. Tentang bagaimana sebuah tulisan mampu menggerakkan hati untuk ikut prihatin dengan apa yang terjadi di negara perang seperti Afghanistan. “Perjalananku bukan perjalananmu. Perjalananku adalah perjalananmu” Sesungguhnya, makna perjalanan yang ingin disampaikan oleh @avgustin88 adalah luas. Tidak hanya tentang berapa jumlah lokasi yang dituju, tidak hanya tentang berapa jumlah negara yang [...]

March 3, 2013 // 0 Comments

Lipton Indonesia (2013): Titik Nol-Makna Sebuah Perjalanan

20 February 2013 http://www.lipton.co.id/moodBooster/225/titik-nol-makna-sebuah-perjalanan Titik Nol: Makna Sebuah PerjalananPosted on 20 February 13 By Lipton | Books   Cerita perjalanan seseorang ke tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal kita memang selalu menarik untuk disimak. Banyak sekali buku yang menceritakan kisah perjalanan traveling yang membawa kita bertualang ke tempat-tempat yang ingin kita singgahi. Agustinus Wibowo justru membawa kita ke sebuah titik awal perjalanan, yang ia sebut sebagai Titik Nol. Buku yang ia tulis ini membawa kita ke berbagai belahan dunia dengan segala ceritanya. Dari Beijing ke Tibet, India, dan Pakistan dengan segala suka duka yang dialami oleh wartawan foto ini dipaparkan dengan detil dan menarik. Agustinus juga memberikan hasil jepretan kameranya yang memberikan kepuasan visual bagi para pembaca buku ini mengenai berbagai hal yang ia ceritakan. Namun berbagai kisah petualangan perjuangan yang ia ceritakan, ternyata pelajaran hidup yang paling bermakna yang ia dapatkan justru di sisi sang ibunda. Agustinus memberikan pelajaran yang berharga bagi kita semua, bahwa tidak hanya perjalanan berkeliling dunia yang menjadikan kita kaya akan pengetahuan, tetapi justru apa yang ada di sekitar kita yang jauh lebih berharga. Sedikit kutipan dari buku Titik Nol ini yang berharga adalah: “Perjalanan adalah belajar melihat dunia luar, juga belajar untuk melihat ke [...]

February 20, 2013 // 0 Comments

Third Book, Titik Nol (Point Zero) is Coming

Faraway. Why everybody is obsessed by that word? Marco Polo traveled faraway from Venice to the Mongolian Empire. The explorers adventured through dangerous seven seas. The climbers put their life on the line just for a few moments conquering majestic peaks. He was also overwhelmed by the “faraway”. The Traveler decided to get involved in globetrotting journey. He sneaked to the forbidden land in Himalaya, staying in mysterious Kashmir, and became witness of warzones and massacres. Started by a dream, flowing like a series of dreams, this is a journey of a traveler searching for a meaning. Until to the point that he had traveled very, very far, he was forced to return home, kneel down besides his mother’s bed. And from the story of the very mother who has never traveled anywhere, little by little he revealed the meanings of journey that he was missing. Paperback, 568 pages Published February 2013 by Gramedia Pustaka Utama ISBN: 9789792292718 edition language: Indonesian For the details of this book, please visit : http://agustinuswibowo.com/TitikNol ——————————————————————————————————————————————– My third book, Titik Nol, is being released in Indonesia. This book is so special for me. It [...]

February 7, 2013 // 0 Comments

[旅行家Traveler] :火山印尼 “后末日”时代

  旅行家2013年01月期 策划/本刊编辑部 执行/王笑一 汤文宇 林伽 程婉 刘江 特约撰稿人/Agustinus Wibowo 本文/Agustinus Wibowo 王笑一 译/明如 专题·印尼 当飞机穿行在印度尼西亚岛屿间,舷窗外不时掠过一座座隆起的火山,犹如火环倒扣在大地之上——在这个世界上火山分布最为密集的国家里,由东到西静卧了400多座火山,其中活火山多达129座,占了全世界活火山数量的1/6。这些动不动就发脾气的怪家伙,大咳几声就是山崩地裂、海啸滔天,威力足以将人类送回史前时代。 梳理印尼的旅游资源,科莫多巨蜥、婆罗浮屠、蜡染、香料、殖民建筑……这些表面看来毫无关联的事物背后,其实都与火山有着千丝万缕的联系。是火山,让印尼地质结构独特、拥有肥沃的土地、长出诱人的物种、引来贪婪的殖民者;也是火山,让印尼的宗教区别又相通、人民知足又乐观;还是火山,在印尼大力发展旅游业的时期,成为一个最有力的卖点。 [...]

January 1, 2013 // 0 Comments

[旅行家Traveler] :白色蒙古国

旅行家2012年12月期 专题·蒙古 “寒冷的天气来得迅猛且严酷,大雪早在9月中旬就覆盖了整个国家。气温急剧下降,绿色大地瞬间苍白。然而,寒风和9月雪只是个开场,接下来的日子里,人们需要忍受更为寒冷的冬天:零下60℃的气温,呼出的空气瞬间结冰,血液凝结成块,血管也失去知觉。你会说,真像西伯利亚啊。” 这是本次专题作者之一Agustinus Wibowo所描述的蒙古国。是的,很少有游客会选择在冬季去蒙古,然而“白色”确是这个国家一年中绝大多数时候的真实面孔,因为水草丰美、温暖宜人的草原景象,仅仅存在于6-8月。短暂的蒙古夏天,太阳在黎明时升起,近午夜才落下。而秋天来得太早,人们还没有享受到足够的热度,黄褐色的大草原就成了夏天的尾巴。蒙古,就这样被困在茫茫无际的辽阔土地上,突然间静了下来,绿色、褐色之后是一片纯白,游客匆匆离去。此时,高原上的游牧民族才开始了转场、猎鹰、祈福、伐木,而白色蒙古国的真正细节和故事才刚刚开头……   泰加林: 萨满巫师与伏特加 文图/Agustinus Wibowo 译/严万秋   “萨满之城”泰加林并非隐秘之地,这里的年轻人也看韩剧,听电子音乐,萨满们则喜爱喝伏特加,个个都用上了手机,你甚至可以通过短信预订萨满服务了。 [...]

December 28, 2012 // 0 Comments

Aplaus (2012): Agustinus Wibowo, Berubah Bersama Perjalanan

    Agustinus Wibowo (31) : Berubah Bersama Perjalanan Teks oleh Eka D. Rehulina @ekarehulin | Foto Istimewa   BAGINYA perjalanan dan menjadi turis adalah mimpi masa kecil yang telah terwujud. Kisah perjalanannya sangat luar biasa, di negeri-negeri berbahaya di Asia Tengah yang tak pernah terbayangkan para pejalan awam. Selimut Debu dan Garis Batas, dua tulisannya yang telah dibukukan. Menceritakan kisah-kisah perjalanan yang telah ia lalui. Tentu saja, selain tulisan dan foto-fotonya yang kerap terbit di media nasional kita.   What Inspire Us… Sebenarnya rasa takut itu bukan untuk dilawan, tetapi dipahami. Rasa takut itu manusiawi, yang justru jika diolah dengan benar akan menjadi motivasi. Misalnya, kita bekerja keras di hari ini, justru karena rasa takut akan goncangan di hari tua nanti. Nah, ada rasa takut yang rasional, ada rasa takut yang irasional, ada rasa takut yang harus ada, ada rasa takut yang tidak perlu. Perjalanan sendiri adalah proses untuk melepaskan diri dari rasa takut.   Bohong kalau bilang saya tidak takut mati. He-he-he… Itu adalah ketakutan yang sangat manusiawi, dan rasional. Tapi ini kembali lagi kepada bagaimana cara kita menghadapi ketakutan kita sendiri.   Sakit di luar negeri adalah salah satu masalah serius. Saya pernah kena hepatitis waktu berada [...]

November 8, 2012 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2012): Menapak Jejak Shaman Mongolia

KAMI MENUJU TAIGA untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tentang shamanisme atau perdukunan di Mongolia yang selama ini memenuhi benak saya: Masih adakah shamanisme di zaman ini setelah puluhan tahun komunisme memberangus praktik-praktik kuno? Ketika para nomad Mongol sudah bertelepon genggam dan menetap di kota? Ketika internet sudah merambah? Ketika dokter dan obat sudah menggantikan jampi-jampi untuk menyembuhkan penyakit? Di Mongolia, shamanisme adalah jalan hidup utama jauh sebelum datangnya agama-agama. Kepercayaan dan ritual shamanisme menjadikan kultur negeri misterius ini begitu “eksotis.”

October 10, 2012 // 16 Comments

Kontan (2012): Melancong, Menulis, dan Uang Saku

http://lifestyle.kontan.co.id/news/melancong-menulis-dan-uang-saku Meski tulisannya sering muncul di media massa, Agustinus Wibowo bukanlah seorang wartawan. Ia adalah penulis perjalanan alias travel writer. Itu, lo, orang yang hobi jalan-jalan, lalu membagi pengalamannya bertualang dan berwisata dengan menulis di media massa dan buku, atau di dinding blog pribadi. Nama pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini terkenal sebagai travel writer setelah memiliki kolom khusus di kompas.com bernama Petualang. Kolom ini berisi catatan harian perjalanannya keliling Asia sepanjang 2005 – 2007 yang dimuat secara berseri. Catatan itu dia bagi dalam dua judul: Bertualang di Negeri-Negeri Stan dan Titik Nol. Ya, belakangan, makin banyak orang yang hobi menulis kisah perjalanannya saat menyambangi tempat-tempat yang indah dan unik, baik di dalam maupun luar negeri. Apalagi kalau daerah yang mereka kunjungi jarang didatangi turis. Ada yang sekadar membagi cerita lewat blog atau situs pribadi. Ada pula yang rajin mengirim story-nya ke koran, majalah, atau media online. Agustinus, misalnya, mulai suka menulis pengalamannya pelesiran ke pelbagai tempat sejak ia melakukan perjalanan ke negara-negara tetangga China tahun 2000-an, seperti Mongolia, Nepal, Tibet, Pakistan, serta Afghanistan. Maklum, ketika itu, dia kuliah di Tsinghua University, Beijing. Awalnya, Agustinus menulis perjalanannya di buku hariannya. “Setelah saya membuka website pribadi (www.avgustin.net), dari situlah saya [...]

April 4, 2012 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2012):视觉

巴彦乌列盖(Bayan Olgii)是蒙古最西部且海拔最高的省份,如果从乌兰巴托前往,需忍受长达70 多个小时、十分颠簸的车程,但仍值得一去。在当地生活的哈萨克族人至今保留着伊斯兰传统生活方式,由于穆斯林在饮酒上的限制,犯罪事件相对较少,因此在当地旅行比在蒙古其他地方安全许多。每年在乌列盖都会举办金鹰节(Golden Eagle Festival),当地数百名猎鹰高手参与角逐,成千上万的国际游客也会前来观赛。节日期间,还会举行哈萨克族的传统服饰狂欢秀。

March 23, 2012 // 0 Comments

Detik Minggu (2012): Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya

11 Maret 2012 Detik Minggu Resensi: Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya Resensi Detik Minggu http://edisi.hariandetik.com/default.aspx?iid=60458&startpage=page0000014 BAHARUDDIN ARITONANG (pencinta buku) Apakah kemerdekaan membawa mereka menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya? Membaca buku ini amat men­gasyikkan. Ibarat membaca novel, tapi sarat ilmu peng­etahuan. Seperti judulnya, buku ini berkisah tentang perjalanan melintasi batas lima negeri di Asia Tengah: mulai Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan terakhir Turkmenistan. Buku ini juga bertu­tur tentang pergulatan manusia di kelima negara yang dikunjunginya itu. Manusia yang bergulat mela­wan garis batas kehidupan. Agustinus bukanlah pelan­cong biasa, la lebih tepat disebut pengembara, yang di dalam buku ini mahir mendeskripsikan negara, suku, ras, kebudayaan, agama, jenis kelamin, bahasa, serta keanekarag­aman yang unik di negeri-negeri yang dikunjunginya. Melalui buku ini, cakrawala pengetahuan kita menjadi lebih terbuka bahwa ada negara-negara seperti disebut di atas. Negara-negara yang ham­pir selama satu abad tidak pernah didengar namanya karena tertutup oleh kebesaran komunisme Uni Soviet Namun, sejak 1992, kelima negeri itu termasuk yang mandi­ri sebagai sebuah negeri sendiri. Apakah kemerdekaan itu mem­bawa mereka menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya? Buku ini merupakan kelanjutan dari kisah perjalanan Agustinus di Afganistan [...]

March 11, 2012 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2012):视觉

马背叼羊是阿富汗的国民运动,也深受中亚国家如乌兹别克斯坦、塔吉克斯坦、吉尔吉斯斯坦、哈萨克斯坦、土库曼斯坦的欢迎,多在冬季举行。这种运动类似于马球,但使用的球是无头的牲畜尸体。最大的国家级马背叼羊比赛是在阿富汗的马扎举行的。新年22日这天,标志着冬天的结束,春天的开始。比赛时,骑手通常身穿厚衣服、佩戴头套、脚踏靴子、手持皮鞭。靴子通常带有高跟,紧锁入与马鞍连接的脚踏处,这样有助于骑手倾斜到一侧拾取小牛。马背叼羊运动显示了阿富汗精神:勇气、骄傲、虔诚、公平竞争、力量、耐力、阳刚之气等。人们认为一个好的马背叼羊球员宁愿勇敢地死去,也不懦弱地活着。

January 13, 2012 // 0 Comments

Latitude.nu (2011): ‘Traveling is about Losing your Ego’

December 29, 2011 http://latitudes.nu/indonesian-travel-writer-photographer-agustinus-wibowo/ Indonesian Travel Writer & Photographer Agustinus Wibowo: ‘Traveling is about Losing your Ego’ By: Yvette Benningshof   Passing borderlines is almost a daily routine for Agustinus Wibowo. The travel writer and photographer from Indonesia picked up his backpack at the age of 19 and started to travel throughout Central Asia. He has lived in Afghanistan for three years as a photojournalist and has written two bestsellers books about his borderless travels. Wibowo’s current latitude: Beijing, China. Agustinus Wibowo (30) left his village Lumajang in East-Java, Indonesia in 2000 to study Computer Science in Beijing. From there he started his travels to Mongolia where he got robbed on the first day. That didn’t hold him back to travel to even more ‘dangerous’ countries like Pakistan and Afghanistan in 2003. As a true budget backpacker he took off with only 300 US dollars. ‘I traveled by the cheapest train in China, 70 hours on a hard seat. Then by public transport and hitchhiking trucks in Pakistan. Crossing the border with Afghanistan I used horses and donkeys or just walked my way. I also stayed with local people, that’s why it’s so important to learn the local languages. The [...]

December 29, 2011 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2011):视界

位于阿富汗东北部的瓦罕走廊是一个狭长地带,主要居住着Wakhi人,他们讲Wakhi语,并信奉伊斯兰教。与大部分阿富汗穆斯林相比,Wakhi人是相对温和的。这里的女人无须终日蒙面,可以自由地谈论异性。他们的生活主要依靠农业和畜牧业。每天,孩子们会以自己所在的村子为单位,在一起给牲畜喂食青草。在这里,经常能够看到成百上千的牛羊聚合着穿过高山和草原,而孩子们则在平原上等待着牛羊被牧民们带回来。

December 23, 2011 // 0 Comments

Oktomagazine (2011): Melewati Garis Batas

Melewati Garis Batas Harun Harahap   Kita telah mengenal Agustinus Wibowo dari buku Selimut Debu tentang perjalanannya ke Afghanistan. Kali ini melalui bukunya Garis Batas, Agustinus Wibowo mengajak kita bertualang melewati garis batas Afghanistan menuju negara-negara berakhiran –Stan. Kita diperkenalkan lebih dekat dengan negara Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Garis batas geografis terkadang ditandai oleh sungai, pegunungan, jalan atau tonggak-tonggak yang terpancang antar dua wilayah negara yang berbeda. Saat kita melewati garis tersebut, banyak hal yang akan berubah. Dari negara yang berubah, maka bahasa, mata uang, agama, adat istiadat, budaya dan sebagainya pun berubah. Perubahan itu terkadang tipis tak terlihat hingga lebar tak terhingga. Ada pepatah dari ranah minang yang menyebutkan “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Artinya kurang lebih menyarankan kita untuk menghormati budaya dan adat istiadat di mana kita tinggal dan berada. Begitu juga dengan Penulis yang beradaptasi dengan situasi dan lingkungan asing yang baru pertama kali ia pijak. Kita bisa melihat melalui buku ini bahwa penulis bisa melakukannya dengan baik. Ditambah lagi dengan keramah-tamahan penduduk di berbagai daerah, sehingga kita bisa melihat kehidupan keluarga yang bersifat cukup pribadi. “Garis Batas adalah kodrat manusia. Tanpa disadari, kita adalah seonggok tubuh yang selalu membawa garis batas [...]

November 9, 2011 // 0 Comments

Sumatera Expres (2011): Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan

Selasa, 25 Oktober 2011 Xpresi Pendidikan Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan   Jika ada satu negeri yang dijuluki sebagai negeri peperangan, yang pertama kali terpatri dalam ruang ingat kita adalah negeri Afghanistan. Jika ada satu negeri yang tiap jengkalnya tertanam ranjau darat bekas medan perang, juga terbayang negeri Afghanistan. Dan jika ada satu negeri yang setiap harinya hidup dengan kepulan debu yang terhirup ke dalam tubuh rakyatnya, itulah negeri Afghanistan. Orang-orang Afghan tentu tak pernah membayangkan bahwa jurnalis asing mau-maunya berkeliling negeri khaak (dalam bahasa Dari dan Pashtu berarti debu, red) sendirian hanya untuk melunasi hasratnya pergi ke sana. Tanpa berbekal uang yang melimpah rupanya Agus berani menantang perjalanan yang begitu mengibakan ini. Perjalanan yang sungguh mengharukan pula, ia bertemu dengan banyak orang-orang Afghan yang lebih humanis dari orang-orang yang merasa dirinya punya rasa kemanusiaan di dunia ini. Selimut Debu adalah kisah perjalanan mendebarkan yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo, di daerah yang penyebutan namanya sama dengan menyebut kata “perang”. Ya, ini buku tentang perjalanan Agus di sebuah negara bernama Afghanistan. Bayangkan, ini perjalanan yang dilakukan oleh penulis, yang notabene non muslim di sebuah negara yang terkenal karena fundamentalismenya. Perjalanan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari segala identitas yang melekat pada dirinya. [...]

October 25, 2011 // 0 Comments

1 11 12 13 14 15 34