Recommended

Blog

Bobo (2008) – Salamat and Rashida from the Wakhan Valley

Bobo—Reportasia: Salamat dan Rashida dari Lembah Wakhan   Afghanistan, negara yang sering kita dengar tentang perangnya, ternyata sangat elok. Gunung-gunung menjulang tinggi bertudung salju. Sungai Amu mengalir deras. Padang rumput hijau bak permadani menyelimuti lembah. Tempat ini sangat indah. Seperti surga di muka Bumi. Di tanah gembala yang luas ini, ratusan kambing dan sapi asyik merumput. Salamat, umur 8 tahun, duduk gagah di atas keledainya. Topinya kecil dan indah, hasil sulaman ibunya sendiri. Jubahnya sudah kumal. Rompi hitamnya pun sudah lama tak diganti. Salamat mengawasi ternak-ternaknya. Hampir sepanjang hari ia menghabiskan waktunya di padang hijau ini. Walaupun masih kecil, Salamat kuat dan tangguh. Meski harus membantu menggembalakan sapi-sapi bapaknya, Salamat tak pernah bolos sekolah. Tiap hari, ia bangun jam empat pagi, lalu berangkat sekolah. Sekolahnya jauh sekali. Dua jam harus jalan kaki. Lembah Wakhan adalah daerah paling terpencil di Afghanistan. Di sini cuma ada gunung-gunung. Tak ada jalan raya. Tak ada bus sekolah. Salamat pergi sekolah jalan kaki. Kalau lagi beruntung dia menumpang naik kuda tetangga. Sekolahnya pun sederhana sekali. Tidak ada gedung sekolah. Sekolahnya cuma tenda. Salamat masih beruntung bisa sekolah. Rashida, temannya dari desa tetangga, malah sepanjang hari cuma menggembala kambing. Katanya sih, orang-orang di desa Rashida hampir [...]

May 28, 2008 // 6 Comments

Seputar Indonesia (2008): Jelajahi Dunia demi Ilmu

20 May 2008 Seputar Indonesia Jelajahi Dunia demi Ilmu Seputar Indonesia Daily   MENUNTUT ilmu tidak lagi harus melalui bangku sekolah. Memburu ilmu bisa didapat dengan melanglang buana. Bagi Agustinus Wibowo, 27, berada di Lembah Hunza,Chapursan, yang melintang sejajar dengan perbatasan Pakistan dan Afghanistan,serasa berada di taman firdaus. Semilir angin yang sejuk, udara yang segar dan pemandangan yang indah,membuat Agustinus dan penduduk Hunza larut dalam suasana nyaman. Chapursan hanya salah satu tempat yang sempat disinggahi Agustinus dari sekian banyak kota di dunia.Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur ini, sejak tiga tahun lalu mulai berkelana mengelilingi Asia dengan satu tujuan, mencari ilmu dan mengenal pahitmanisnya kehidupan berpetualang di negara lain. Asia telah puas dia jelajahi. Saat ini obsesi utamanya mencapai daratan Afrika Selatan dengan menempuh perjalanan darat, melintasi Kaukasus, Eropa Timur,Timur Tengah, dan Afrika Barat. Selama penjelajahan itu, dia berusaha menyingkap kehidupan di beberapa negara yang namanya masih asing di telinga,semisal Abkhazia,Transdniestr, Ossetia, dan sebagainya. Perjalanan mahasiswa Fakultas Komputer Universitas Tsinghua, Beijing ini, bermula dari Stasiun Kereta Api Beijing, China, tiga tahun silam. Dari negeri itu, Agus, sapaan akrabnya, melangkahkan kaki ke Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan,dan Turkmenistan. Selama perjalanan,Agus sedapat mungkin menghindari [...]

May 20, 2008 // 1 Comment

Kabul – Assassination Attempt

He has managed to escape several assassination attempts. Who knows what happens next. Since the beginning of 2008, there had not been any big incidence in Kabul yet, until today, when the government and people of Afghanistan was proudly celebrating the victory of the Holy War, to commemorate the withdrawal of Russian troops. I did not go to the scene myself, as the program is restricted to accredited journalits (I am now a freelancer), but some colleagues from Pajhwok went there for reportage since early morning. Nobody expected that the yearly military parade turned to be assassination attempt to President Karzai, and the attack turned bloody. Some TV cameramen and photographers lost their cameras amid the chaos. Here is the updated news: http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601087&sid=atvXzZBpxTPI&refer=home ——————– Afghanistan’s President Karzai Is Safe After Attack (Update1) By Jay Shankar April 27 (Bloomberg) – Afghanistan President Hamid Karzai and foreign dignitaries are safe after an attack on a military parade in the capital, Kabul, the government said. At least one person was killed, Agence France-Presse reported. “The national police and army acted swiftly and are doing their job,’’ the government said today in an e-mailed statement. Karzai was escorted to safety from the parade ground [...]

April 27, 2008 // 1 Comment

Kabul – Women Carpenters from Afghanistan

Woman carpenters from Dasht Barchi. Most if not all of them are Hazaras. Most people believe that carpentry is a man’s trade, but for the 60 carpentresses of Kabul’s Dasht-e-Barchi district, it simply isn’t true. “Women are able to do all kinds of work that men do,” they proclaim proudly. Hidden among mud houses which sit idly off of the main road, the center for carpentry is a local shura (council) where women learn about basic carpentry and build various items from cupboards, tables, computer desks, chairs to sandalis (heaters). A middle-aged woman is too happy to take me to the production center, where everything seems to happen all at once, located inside a small hut. “See, we are now able to handle heavy machinery,” she points out to several woodworking equipments that are modern-looking, where two or three women work in tandem to produce wood chops or create nail punctures and screw holes. Nails, chisels, hammers, sawing machines, screwdrivers are as familiar to these women as the pots and pans hanging inside their kitchens. Fatima Akbari, 42, is one among a handful of optimistic war-widow who promotes carpentry for women in her neighborhood. She encourages them to become involve [...]

April 3, 2008 // 3 Comments

千岛日报(2008):走出去就是一门学问

2 April 2008 千岛日报 走出去就是一门学问 “周游世界探险”的梦想 南海漳 绿草 “人生好比一个旅程,我们无法预知我们的生命何时终止,同样的我也无法确知我的探险何时才能结束。扪心自问我将继续我的探险,尚有很多地方准备去驻足探 访、考察和挖掘世界上鲜为人知的新事物”这是一位印尼青年Agustinus Wibowo (翁鸿鸣 )所述的一席话,他现在阿富汗。 翁鸿鸣是北京清华大学计算机工程与技术系毕业生。2005年写了题为《印度尼西亚语的语音综合系统与文体分析》的综合论文,那时已开发的语音合成系统有: 英语、汉语、日语和汉语四种,而印尼语可谓是第五种语言。赢得了教授的极高评价:“翁鸿鸣同学勤于动脑,工作努力,动手能力强,答辩讲述清楚,回答问题正 确,完成了大量的工作和综合论文的任务,取得了很好的研究成果。”其成绩92分,被评为清华大学优秀毕业留学生。校方非常赏识,拟給于奖学金继续硕士研究 生,但事与愿违,他竟然决意放弃科学研究而从事文学——周游世界探险,取得真知后写实著书。 他在清华除攻读本科外还兼学德、日、法、俄语等。每学期成绩优异,获得奖励金储蓄起来成了他旅游的盘缠。趁寒假或暑假,去过泰、越,老挝,柬、马、新加坡 [...]

April 2, 2008 // 4 Comments

Mazar-i-Sharif – Perayaan di Makam Suci

The holy flag in the holy shrine Perayaan Naoruz pun dimulai. Pukul 6 pagi, barisan orang sudah mengular di depan keempat pintu gerbang menuju Rawza Sharif, makam suci Hazrat Ali. Bangunan ini megah berdiri dengan kubah-kubahnya yang bak fantasi negeri seribu satu malam. Dindingnya berukir mozaik indah. Orang asing biasa menyebutnya sebagai Blue Mosque, walaupun gedung ini tidak biru dan sama sekali bukan masjid. Mazar, artinya kuburan. Sharif berarti yang agung. Mazar Sharif menjadi ternama karena dipercaya jenazah Hazrat Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad, beristirahat di kota ini. Umat Sunni menganggap Ali sebagai khalifah keempat sedangkan Syiah menganggapnya sebagai Imam pertama. Di kalangan umat Syiah sendiri sebagaian besar menganggap tempat peristirahatan Ali (A.S) ada di Najaf, Iraq. Tetapi di Asia Tengah ada Mazar Sharif dan Shakhimardan (Uzbekistan) yang punya klaim yang sama. Bangunan megah Rawza terletak di tengah taman. Bangunan ini dibangun pada abad ke-13. Berbagai kesaksian mengenai kesucian tempat ini selalu menghiasi buah bibir orang Afghan. Makam suci Hazrat Ali dipenuhi oleh ribuan merpati putih. Konon merpati hitam yang datang akan dengan sendirinya berubah menjadi putih dalam 40 hari. Demikian pula ribuan orang yang datang ke Rawza di hari Naoruz ini. Semuanya menantikan mukjizat dari [...]

March 20, 2008 // 1 Comment

Mazar-i-Sharif – Malam Naoruz

Busy Mazar street and business before the great holy day Proses mengurus izin liputan Naoruz memang ribet. Saya mesti bolak balik ke kantor urusan kebudayaan, minta surat sana-sini, ketemu pejabat ini itu. Akhirnya kami baru sampai pada tahap akhir: penitipan kamera. “Kawanku,” kata bapak tua yang bertugas di kantor itu, “jangan lupa nanti kirim hadiah padaku ya.” Bapak itu berbicara bahasa Rusia. Entah mengapa di sini banyak sekali orang yang lebih bangga berbahasa Rusia dengan orang asing. Si bapak, walaupun baru ketemu pertama kali, sudah minta saya mencatat nomor telepon dan alamat di Indonesia. Mau kirim surat katanya. Kamera, lensa, batera, memory card kepunyaan saya, ditambah mikrofon dan kaset perekam milik Zabiullah, semuanya kami titipkan di kantor ini. Sudah ada antrean panjang jurnalis dan kameraman Afghan dan mancanegara. Petugas yang menerima pentitipan barang-barang berharga ini tampak begitu serabutan, bahkan untuk mencatat pun malas sekali. “Jangan kuatir,” katanya, “tidak akan ada yang rusak. Serahkan saja pada kami.” Bapak yang tadi minta kiriman hadiah itu juga meyakinkan saya, “besok pagi, jam 6 pagi, kamu tinggal datang ke Makam Hazrat Ali untuk mengambil barang-barang ini.” Kami cuma diberi secarik tanda terima sederhana, lebih kumal daripada karcis bus, tanpa kartu pengenal apa pun. “Ini [...]

March 19, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Orang Pashtun

Pashtun guys having fun in Mazar Kantor Pajhwok Afghan News dipenuhi orang Pashtun. Selain Zabiullah Ehsas dan adiknya yang tinggal di sini, hari ini mereka kedatangan serombonan tamu dari Kabul. Sebagian dari tamu ini saya kenal sebelumnya, karena kami pernah bekerja di kantor yang sama di ibu kota. Suasana lantai atas hotel ini semakin ramai oleh kedatangan tamu-tamu ini. Dalam sekejap, saya menjadi sangat kikuk. “Jangan sekali-sekali kau bicara bahasa Persia di sini,” kata Israr, seorang pemuda Pashtun dari Kunar yang pernah memperoleh gelar juara dalam lomba programing internasional, memperingatkan dengan tegas, “di sini cuma boleh ada bahasa Pashtu!” “Orang Tajik itu brengsek,” kata yang lain, “mereka sama sekali tidak taat dan banyak melakukan dosa. Bahasa mereka sama sekali tidak terhormat.” Saya merasa tidak enak dengan Naqeeb yang mengantar saya ke sini, karena Naqeeb adalah orang Tajik. Tetapi Naqeeb bisa berbahasa Pashtu dan para pemuda Pashtun ini sama sekali tidak tahu ke-Tajik-an Naqeeb. Primordialisme etnik adalah fenomena yang sangat kuat di Afghanistan. Semua suku punya kebanggaan kesukuan yang luar biasa, jauh melebihi segala-galanya. Identitas Islam tidak cukup kuat untuk mengikat semua suku ini bersatu. Dalam sejarah Afghanistan kita teringat bagaimana semua suku Afghan bersatu padu melawan invasi Rusia tetapi kemudian [...]

March 19, 2008 // 5 Comments

Mazar-i-Sharif – Keluarga Naqeebullah

Donor, projects, humanitarian, NGOs, UN, etc are the vocabulary of today’s Afghanistan Seperti malam sebelumnya, malam ini saya bermalam di rumah Naqeeb. Saya belum pernah bertemu Naqeeb sebelumnya. Saya mengenalnya melalui perantaraan seorang kawan Indonesia. Tetapi walaupun demikian, keluarga Naqeeb ramah menyambut saya. “Rumah ini adalah rumahmu,” demikian kata Naqeeb berulang-ulang. Naqeeb masih muda, tetapi kumis dan jenggotnya membuatnya nampak jauh lebih tua. Sekujur tubuhnya pun ditumbuhi bulu. Saya sempat berpikir dia berumur tiga puluhan. Ternyata dia bahkan masih lebih muda daripada saya. Naqeeb bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah NGO asing. Ke mana-mana ia selalu membawa radio HT. Dia harus terus mendengar kabar dari kantornya dan memantau situasi keamanan. Naqeeb sedang dapat tugas shift malam. Setiap sore pukul 6 ia berangkat ke kantor dan baru pulang keesokan paginya pukul 7. Sebagai satpam tentunya ia berjaga hampir sepanjang malam. Cuma tidur dua sampai empat jam sehyari sudah cukup baginya. Walaupun ia tuan rumah, saya jarang bertemu dengannya karena waktu kerjanya. Tetapi masih ada anggota keluarganya yang lain. Rumah Naqeeb cukup besar, ditinggali oleh banyak orang. Ada ayahnya yang sudah tua tetapi masih bekerja, abang-abangnya, dan hampir selusin keponakan. Hampir semua orang dewasa di rumah ini adalah pekerja sosial. Selain Naqeeb [...]

March 18, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Ata Muhammad dan NATO

Busy atmosphere of the holy shrine before the New Year. “Berada di Rawza pada saat upacara janda bala? Itu terlalu berbahaya!” kata Naqeeb. Sebuah gambar di buku tua An Historical Guide to Afghanistan tulisan Nancy Hatch Dupree, diterbitkan tahun 1977, selalu membuat saya terbayang akan nuansa penuh fantasi di Mazar. Gambar itu adalah perayaan Naoruz di kota ini. Latar belakangnya adalah bangunan megah mausoleum Hazrat Ali. Ada ratusan orang di halaman, bersorak-sorai menyambut sebuah bendera besar bangkit dari tanah. Bendera itu adalah ‘janda’ yang dipercaya mempunyai kekuatan magis. “Keamanan sekarang sudah tidak baik,” kata Naqeeb, “kalau kamu ingin melihat janda, kita lihat di televisi. Nanti kalau keramaian sudah mereda, kita berangkat bersama-sama.” Naqeeb bukan jurnalis. Dia bekerja sebagai satpam di sebuah organisasi internasional. Naqeeb tak punya hasrat untuk mengejar semua peristiwa. Apalagi baginya perayaan janda bala ini bukan sesuatu yang istimewa. Dari ke tahun sama saja, dan sudah disiarkan di televisi. Kerumunan ribuan orang yang ingin melihat pengibaran bendera mukjizat itu dikhawatirkan akan mengundang penjahat, aksi teror, dan sebagainya. Akhirnya saya terpaksa mencari cara lain, menghubungi jurnalis Pajhwok Afghan News di kota ini, yang mungkin bisa membantu saya. Zabiullah Ehsas, umurnya masih 24 tahun, tetapi sudah memegang kantor wilayah Pajhwok [...]

March 18, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Secuplik Masa Lalu

During Taliban era, celebrating Naoruz was forbidden “Sekarang semua serba mahal. Waktu zaman Taliban, semuanya murah,” Obaidullah (32 tahun), kakak Naqeebullah memulai selasar kenangannya tentang kehidupan Mazar di masa lalu. Harga barang yang terus melambung tinggi belakangan ini menjadi bahan kegelisahan hampir semua orang. Roti nan yang tahun kemarin masih 5 Afghani sekarang sudah jadi 10 Afghani (sekitar 2.000 Rupiah). Harga sepiring nasi di Salang sekarang 100 Afghani, dua dollar. Obaid berkumis tipis, berkaca mata, dan bertubuh besar. Sekarang bekerja sebagai insinyur di sebuah NGO lokal bernama CHA (Coordination for Hummanitarian Assistance). Bahasa Rusianya bagus sekali karena ia melewatkan waktu bertahun-tahun sebagai insinyur di Uzbekistan dan beberapa bulan di Turkmenistan. Sering kali ia lebih suka berbicara dalam bahasa Rusia daripada bahasa Dari dengan saya. Bahasa Inggrisnya pas-pasan. “Waktu zaman Taliban dulu, sewa rumah tak sampai 40 dolar. Sekarang, sudah ratusan dolar per bulannya.” Tetapi itu bukan berarti hidup di zaman Taliban lebih mudah. Walaupun harga murah, tetapi orang tak punya uang. Tak ada pekerjaan. Dan semua dirundung ketakutan. “Siapa yang tak takut, potongan tangan digantung di pohon, untuk memperingatkan orang akan kejamnya hukuman bagi para pelanggar.” Obaidullah menceritakan bagaimana Taliban melaksanakan hukum rajam dan gantung di lapangan. “Waktu pertama kali, [...]

March 17, 2008 // 0 Comments

Mazar-i-Sharif – Perjalanan Menuju ke Utara

Biya ke berim ba Mazar, Mullah Muhammad jan (Mari pergi ke Mazar, Mullah Muhammad sayang) – Lagu tradisional Afghanistan   Electricity… sign that development in Afghanistan is going the right track Sudah hampir sebelas bulan berlalu sejak saya melintas perbatasan Uzbekistan-Afghanistan di desa Hairatan, beberapa kilometer jauhnya dari kota Mazar-i-Sharif. Sejak saat itu kehidupan saya hanya terkurung dalam lingkup kota Kabul. Saya bahkan tidak pernah bepergian lebih dari lima kilometer. Tak bisa dibayangkan, betapa rindunya lagi saya untuk kembali ke jalan, pergi ke tempat-tempat baru dan belajar hal-hal unik. Tahun baru Naoruz, tahun barunya orang Afghan yang didasarkan pada perhitungan matahari, akan segera tiba. Naoruz adalah perayaan penting untuk orang-orang berlatar belakang kebudayaan Persia. Di Iran, tradisi merayakan Naoruz penuh dengan pengaruh dengan tradisi pra-Islam, seperti mengumpulkan tujuh buah bahan yang berawalan huruf ‘s’ (haft sin), atau merayakan Rabu malam dengan api dan petasan. Di Uzbekistan, Navruz adalah hari di mana orang menyiapkan sumalak – puding dari rerumputan – dan tari-tarian indah menghiasi kota-kota kuno. Naoruz juga tahun baru bagi masyarakat Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Turkmenistan, Azerbaijan, dan Afghanistan. Kota Mazar-i-Sharif adalah pusat perayaan Naoruz di Afghanistan. Ratusan ribu orang berbondong ke kota besar di utara itu. Apalagi tahun ini libur [...]

March 17, 2008 // 0 Comments

Kompas (2008): Agus-Hidup Ini adalah Perjalanan

15 Maret 2008 Kompas Sosok   Agus: Hidup Ini adalah Perjalanan… Sabtu, 15 Maret 2008 | 00:51 WIB”Hidup adalah perjalanan, kita tak tahu kapan perjalanan hidup akan selesai. Saya pun tak tahu kapan petualangan ini akan berakhir. Saya ingin terus berpetualang, masih banyak tempat yang ingin saya kunjungi,” ujar Agustinus Wibowo dalam sebuah perbincangan melalui Yahoo Messenger. Agustinus Wibowo adalah seorang petualang, pengembara, backpacker. Bagi banyak orang, aktivitas perjalanan murah sebagai seorang backpacker adalah hobi. Sedangkan bagi Agus, menjadi backpacker adalah hidupnya, napasnya setiap hari. Ketika tulisan ini dibuat, Agus, panggilannya, sedang menetap sementara di Afganistan. Sudah hampir tiga tahun dia melakukan perjalanan tanpa jeda melalui jalur darat melintasi Asia Selatan dan Tengah. Ia sedang melakukan ”misi pribadinya” keliling Asia. Ini merupakan bagian dari cita-citanya keliling dunia. Perjalanan Agus dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, China, 31 Juli 2005. Dari Negeri Tirai Bambu itu ia naik ke atap dunia, Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, lalu menembus ke barat, masuk ke Pakistan, Afganistan, Iran. Dia berputar lagi ke Asia Tengah, diawali dari Tajikistan, kemudian Kirgistan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Ribuan kilometer dia tempuh dengan berbagai jenis moda transportasi, seperti kereta api, bus, truk, hingga kuda, keledai, dan berjalan [...]

March 15, 2008 // 0 Comments

Kompas Cyber Media (2008): Karena Hidup Ini Adalah Perjalanan

5 Maret 2008 Kompas Cyber Media Travel | Petualang Agus: Karena Hidup Ini Adalah Perjalanan… “HIDUP ini adalah sebuah perjalanan. Kita tidak tahu kapan perjalanan hidup kita akan selesai. Begitu pula saya tidak tahu kapan petualangan saya ini akan berakhir. Yang saya tahu, saya masih ingin terus melanjutkan petualangan saya. Masih ada banyak tempat yang ingin saya kunjungi,” ujar Agustinus Wibowo dalam sebuah perbincangan. Ketika tulisan ini dibuat, Agus, begitu biasa ia disapa, sedang menetap sementara di Afghanistan. Ia telah hampir tiga tahun melakukan perjalanan tanpa jeda melalu jalur darat melintasi Asia Selatan dan Tengah. Ia sedang melakukan ”misi pribadinya” keliling Asia, bagian dari cita-citanya keliling dunia. Perjalanannya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, China pada tanggal 31 Juli 2005. Dari negeri tirai bambu itu ia naik ke atap dunia Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, kemudian menembus ke barat, masuk ke Pakistan, Afghanistan, Iran, berputar lagi ke Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Ribuan kilometer yang dilaluinya ia tempuh dengan berbaga macam alat transportasi seperti kereta api, bus, truk, hingga kuda, keledai dan tak ketinggalan jalan kaki. ”Saya menghindari perjalanan dengan pesawat. Perjalanan udara menghalangi saya menyerap saripati tempat-tempat yang saya kunjungi. Menyatu [...]

March 5, 2008 // 0 Comments

U-Mag (2008): Hunza – Firdaus di Atap Dunia

U-Mag Magazine (March 2008) Hunza Firdaus di Atap Dunia   Nun jauh di balik lekuk-lekuk pegunungan Himalaya, Karakoram, dan Pamir, tersembunyilah Lembah Hunza. Di bawah bayangan puncak-puncak salju menggapai langit, lembah yang mistis penuh rahasia ini membentangkan keelokan sebuah surga di atap dunia … Nyanyian Bisu Di bawah gunung bertudung salju setinggi 7.790 meter tingginya, desa Karimabad diam dalam keheningan. Di sini waktu mengalir lambat-lambat, ditelan keagungan puncak-puncak raksasa. Di bawah sana terhampar Lembah Hunza – terletak di utara Pakistan, diapit tiga gunung besar: Himalaya, Karakoram, dan Pamir. Jalan raya Karakoram Highway berkelok di pinggang gunung, menghubungkan Islamabad – ibu kota Pakistan – dengan kota kuno Kashgar di negeri Tiongkok. Saya duduk di depan kamar, di penginapan kakek tua Haider. Salju turun deras beberapa hari lalu. Jalanan desa yang naik turun makin berbahaya dengan lapisan es selicin cermin. Tak ada pilihan. Saya hanya bisa menghabiskan hari dengan selimut dan jaket tebal, membaca buku, dan menyeruput teh hijau hangat dari teko Kakek Haider. “Aap kaise hai? Bagaimana keadaanmu?” Kakek itu menyapa saya. Kerut-merut tajam menghias sudut matanya. Tubuhya berbalut selimut tebal, topi pakkol coklat menutup kepalanya, menyembunyikan rambut yang memutih. Kakek Haider menatap bola mata saya dalam-dalam. Sudah tiga hari saya [...]

March 3, 2008 // 1 Comment

Jakarta Post Weekender (2008): Time Stands Still

http://www.thejakartapost.com/weekender/0801beyond.asp BEYOND BORDERS: Time Stands Still Sparsely populated and well hidden from the rest of the world, Wakhan Corridor is as medieval today as it was over 700 years ago when Marco Polo passed through. Agustinus Wibowo visits the region. The awkward tongue of Afghanistan, located at the northeastern tip of the country, is a 200-mile-long valley that stretches between Tajikistan and Pakistan. A strategic territory created by the once-reigning British Empire at the end of the 19th century, Wakhan Corridor was first attached to Afghan territory as a buffer zone between Britain and Russia. Though the battle for supremacy between the two giants has long ended, little seems to have changed since then. Time has been suspended for what seems like eternity. Deprived of the comforts of modern living, Afghans tend to paint rosy images of Tajikistan, where women are not required to wear the burqa and children receive the education they deserve. It’s a very different story in the nearby land of the Wakhi and Kyrgyz people, where the only rules that apply are those which enhance their survival. The corridor’s isolation from the rest of the world makes Afghan’s narrow passage – only 10 miles wide – [...]

January 25, 2008 // 2 Comments

Taliban Attack on Luxury Hotel in Afghan Capital Kills Eight

The luxurious, five star Serena Hotel. With such heavy tiered security system, who expects this hotel can be attacked? http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20601087&sid=akrH72vAed8I&refer=home Jan. 15 (Bloomberg) – Taliban insurgents killed as many as eight people in a suicide bomb attack on a luxury hotel in the Afghan capital, Kabul, where Norwegian Foreign Minister Jonas Gahr Store was hosting a meeting. A Norwegian journalist accompanying the foreign minister and a U.S. citizen were among those killed in yesterday’s bomb- and-gunfire assault at the Serena Hotel. Store was uninjured, United Nations Secretary-General Ban Ki-moon said. The assault is a “serious crime against humanity,’’ Ban told reporters in New York. Store was the target of the attack, he said, without elaborating. Suicide bombings in Afghanistan have risen sevenfold over the past two years and Taliban fighters are increasingly carrying out attacks in the capital. The assault may signal a shift in tactics for the rebels, who have previously focused on military and Afghan government targets. It was the deadliest attack on a hotel in Kabul since the Islamist movement was ousted by a U.S.-led coalition in 2001, the Associated Press reported. Four militants armed with guns and grenades carried out the assault, AP cited Taliban spokesman [...]

January 14, 2008 // 0 Comments

Kabul – A Midnight Jog

Kabul taxi, can be dangerous day or night People tend to have more things to say when they are angry or disappointed. And today I do the same. I regret I didn’t tell you earlier how I was impressed by hospitality of Kabul taxi drivers, who usually refuse to receive money from a foreign guest (only lip service mostly, but anyway it makes me happy), but now I have to tell a scary experience with a Kabul driver. I was invited by a friend to a dinner in Wazir Akbar Khan area, the rich part of Kabul where many embassies, foreign organizations, and expatriate housings are located. I usually don’t stay until late night, but yesterday we talked until completely forgetting about the time. At the end, an AFP French reporter friend of mine realized that it was already 10:30, and we had to leave. She offered me to walk together to the main road, from where I can find taxi to go home and she went back to her house on foot. We walked together to the direction of the main road. Usually, at this inconvenient time of the day, taxis are hard to find. But God-knows-why, we found [...]

January 9, 2008 // 0 Comments

Kabul – Shocked

Benazir Bhutto I was terribly shocked by the unexpected news of the assassination of Pakistani Former Prime Minister, Ms Benazir Bhutto. A friend from the UN called me, “Hey, have you heard about Benazir Bhutto? She was shot dead.” “Are you joking?” It was serious, a fact which I really didn’t want to believe. Benazir was shot three times in a political rally in Liaquat Bagh in Rawalpindi, somewhere I used to stay two years before. I couldn’t believe that Pakistan, which I used to love because of the people’s extreme hospitality, turn to boiling hell. I remembered, sometime in winter 2005, in a village in northern Karakoram Mountains, a vertical tricolor flag was hoisted on a pole on top of a house. Black-red-green. “Is that flag of Afghanistan?” “No. That’s flag of PPP,” explained an old villager, “Pakistan People Party. That’s the party of Benazir Bhutto. We loved her very much.” I remembered, deep in Thar Parkar desert town of Umerkot, a Hindu friend of mine was extremely happy to hear from the BBC about Benazir’s plan to come back to the country and joined the election. “Life will change,” said him full of hopes, which deeply marked in [...]

December 27, 2007 // 0 Comments

Kabul – Christmas in Kabul

Christmas trees in Kabul streets, who expected? In devout, conservative Islamic Republic of Afghanistan, Christmas is just like another day. It’s an ordinary day when people go to office, children go to school, and nobody is aware of what Christmas is. But since last some few years, the Christmas trees start to decorate the Kabul again. It is in the Flower Street, across the rows of foreigner-oriented souvenir shops of Chicken Street, where most flower shops in Kabul are located. Christmas trees, considered as variation of flowers, along with Christmas accessories like stars, Santa Claus, colorful ribbons, et cetera, are offered in the roadside of the narrow alley. It is indeed a bizarre combination between the artificial Christmas trees, mostly imported and costs around US$25, with women clad in blue burqas passing by. Under Taliban, said Muhammad, a shop owner, selling Christmas trees was totally prohibited. But he claimed that the Christmas trees were already available in Flower Street shops long before the Taliban. Nowadays, as the country is flooded by thousands of expatriates, the market is back again. These foreigners are the main consumers of anything related to the Christian festivities. How can a Christmas celebration be without a [...]

December 25, 2007 // 0 Comments

1 15 16 17 18 19 34