Recommended

Seputar Indonesia (2008): Jelajahi Dunia demi Ilmu

20 May 2008

Seputar Indonesia

0805-SINDO-interview1

Jelajahi Dunia demi Ilmu

Seputar Indonesia Daily

 

MENUNTUT ilmu tidak lagi harus melalui bangku sekolah. Memburu ilmu bisa didapat dengan melanglang buana.

Bagi Agustinus Wibowo, 27, berada di Lembah Hunza,Chapursan, yang melintang sejajar dengan perbatasan Pakistan dan Afghanistan,serasa berada di taman firdaus. Semilir angin yang sejuk, udara yang segar dan pemandangan yang indah,membuat Agustinus dan penduduk Hunza larut dalam suasana nyaman.

Chapursan hanya salah satu tempat yang sempat disinggahi Agustinus dari sekian banyak kota di dunia.Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur ini, sejak tiga tahun lalu mulai berkelana mengelilingi Asia dengan satu tujuan, mencari ilmu dan mengenal pahitmanisnya kehidupan berpetualang di negara lain.

Asia telah puas dia jelajahi. Saat ini obsesi utamanya mencapai daratan Afrika Selatan dengan menempuh perjalanan darat, melintasi Kaukasus, Eropa Timur,Timur Tengah, dan Afrika Barat. Selama penjelajahan itu, dia berusaha menyingkap kehidupan di beberapa negara yang namanya masih asing di telinga,semisal Abkhazia,Transdniestr, Ossetia, dan sebagainya.

Perjalanan mahasiswa Fakultas Komputer Universitas Tsinghua, Beijing ini, bermula dari Stasiun Kereta Api Beijing, China, tiga tahun silam. Dari negeri itu, Agus, sapaan akrabnya, melangkahkan kaki ke Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan,dan Turkmenistan. Selama perjalanan,Agus sedapat mungkin menghindari bepergian dengan pesawat terbang.

Alasannya, perjalanan udara menghalanginya untuk lebih mengeksplorasi tempattempat yang ia kunjungi. Sebaliknya, perjalanan ribuan kilometer dia capai dengan berbagai macam alat transportasi seperti kereta api, bus, truk, kuda, keledai, dan tentunya berjalan kaki.Agus cukup nekat dengan modal uangsebesarUSD2.000, dia mencoba bertahan di negeri orang.

”Kalau uang saya habis, saya kerja serabutan, yang penting bisa bertahan hidup,” paparnya. Tidak heran jika akhirnya Agus sering terlibat masalah selama perjalanan. Dia berulang kali ditahan polisi,dan agen rahasia,dipukul preman, diserang perampok, dan akrab dengan rasa lapar.

Bahkan, dia pernah salah mampir di rumah pelaku kriminal. Petualang lainnya, Bruriadi Kusuma, 73,lebih memilih bepergian dengan pesawat. Dirinya melakukan persiapan yang lebih matang. Sebelum bepergian, pria gaek ini terlebih dahulu aktif mencari berbagai informasi mengenai negara tersebut. Jika sudah punya keinginan jalan, kakek tujuh cucu ini akan matimatian menghadapi masalah sesulit apa pun.

Kendati negara yang dituju tidak memiliki kedutaan di Indonesia, dia akan mengirimkan surat elektronik ke kedutaan yang ada di negara terdekat. ”Proses ini sampai menguji mental saya karena jawaban yang diberikan biasanya lama dan cukup rumit.Karena di sini banyak kedutaan negara yang tidak ada. Biasanya saya ke Singapura atau Malaysia dulu untuk ambil visa, baru berangkat dari sana,”papar pria yang sudah bepergian ke 158 negara ini.

Pria yang kerap bepergian dengan sang istri, Lanny, ini sudah kenyang dengan segala macam birokrasi mengurus perjalanan yang harus dia lalui. Dia pernah memohon visa di konsulat yang berada di Amerika Serikat untuk memasuki dua negara di Amerika Tengah, Elsavador dan Nikaragua.

Setelah visa dikantongi, tak dinyana begitu pesawat mendarat, Kusuma malah ditahan di kantor bandara selama lebih dari dua jam. ”Setelah susah payah, akhirnya mereka mau juga meloloskan saya,” aku pria yang bermukim di bilangan Gandaria, Kebayoran Baru,ini. Baik Agus dan Kusuma, keduanya telah merasakan asam garam petualangan mereka.

Mereka menyadari banyak pengetahuan yang mereka reguk selama dalam perjalanan, tentunya dengan bidang yang berbeda. Agus mengaku perjalanan backpacker- nya telah mengantarkannya untuk belajar budaya dari suku-suku berbeda.

”Observasi saya terhadap perbedaan kultur, identitas, bangsa, linguistik,agama,dan struktur kemasyarakatan semakin meningkat,” sebut Agus yang kini sedang menetap di Afghanistan ini. Di samping itu, keahliannya menulis dan fotografi pun kian lama kian terasah.

Bahkan, hasil jepretan foto dan tulisannya dia jual ke beberapa media di China demi menyambung hidup di negara itu. Adapun Kusuma lebih tertarik memperhatikan konstruksi bangunan-bangunan yang ditemuinya. Maklum,ayah tiga anak ini adalah jebolan Teknik Sipil Universitas ITB.

”Saya senang melihat berbagai bentuk bangunan yang unik dan memikirkan bagaimana cara pembuatannya, bagi saya ada keasyikan tersendiri melihat bangunan tersebut, pokoknya rasanya puas,” ungkap pria yang menjadi penulis di beberapa majalah bertemakan bangunan ini.(sri noviarni)

0805-SINDO-interview2
Sensasi Mengalahkan Ketakutan

TIDAK semua orang punya kesempatan menjelajah dunia. Agustinus Wibowo dan Bruriadi Kusuma sangat beruntung bisa melintasi benua.

Berkat petualangannya itu, Agus dan Kusuma jadi orang yang sangat terkenal. Di blog-nya, Agus memang selalu mendokumentasikan perjalanan tersebut. Dia banyak menulis tentang betapa kerasnya hidup di Afghanistan dan di negara lain.

Bagi Agus, niatnya untuk melalang buana ke seluruh penjuru dunia, telah dia proklamirkan sejak kecil. Agus kecil memang senang membaca buku petualangan. Di antaranya penemuan tempat-tempat yang tak dikenal orang.

Sewaktu mengecam pendidikan di Beijing, dia bertemu dengan seorang wanita Jepang yang nekat berkeliling negara di Asean sendirian tanpa mengerti bahasa Inggris. Wanita tersebut ternyata sangat termotivasi mengalahkan ketakutannya terasing di negeri orang.

“Dari situ saya sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan independen ke Mongolia. Untuk observasi lapangan, saya banyak belajar dari seorang wartawati yang saya temui di Nepal,” ujarnya.

Berkat wanita itu, Agus mengaku jadi rajin baca buku dan belajar mengobservasi lingkungan dengan mata yang berbeda.

Pendapat yang berbeda datang dari Kusuma, pria yang sudah 30 tahun lebih berkelana di dunia ini, tidak pernah lepas dari ajaran Pandu (pramuka) yang pernah ia pelajari.

Menurut dia, seorang pandu sejati selalu berkeinginan menjelajah dan tak kenal takut menemukan hal-hal baru untuk peningkatan pengetahuan. Hal inilah yang menginspirasi Kusuma berani mengepak koper dan mendatangi banyak negara. Saking seringnya, pihak travel langganannya acap kali kesulitan memenuhi keinginan kliennya bepergian. “Jadi, negara yang menjadi destinasi itu murni tailor made atau atas pesanan,” imbuh Kusuma. (sri noviarni)

About Agustinus Wibowo

Agustinus is an Indonesian travel writer and travel photographer. Agustinus started a “Grand Overland Journey” in 2005 from Beijing and dreamed to reach South Africa totally by land with an optimistic budget of US$2000. His journey has taken him across Himalaya, South Asia, Afghanistan, Iran, and ex-Soviet Central Asian republics. He was stranded and stayed three years in Afghanistan until 2009. He is now a full-time writer and based in Jakarta, Indonesia. agustinus@agustinuswibowo.com Contact: Website | More Posts

1 Comment on Seputar Indonesia (2008): Jelajahi Dunia demi Ilmu

  1. Trims atas infonya

Leave a comment

Your email address will not be published.


*