Recommended

Publication

MyTrip (2011): Garis Batas—Buku Inspiratif yang Wajib Dibaca Para Pejalan

August 2011 Garis Batas: Buku Inspiratif yang Wajib Dibaca Para Pejalan   Garis batas! Seperti halnya gravitasi bumi dan oksigen, garis batas tidak terlihat, namun setiap langkah dan embusan napas kita dipengaruhi olehnya. (hal 7) Tentang Isi Buku Dibagi menjadi 5 bab sesuai dengan nama-nama negeri Asia Tengah yang dijelajahi penulis. Tajikistan – Eksistensi Negeri Merdeka Kirgizstan – Tenggelam di Atas Peta Kazakhstan – Kebanggaan di Simpang Jalan Uzbekistan – Tarian Masa Lalu Turkmenistan – Utopistan Setiap bab dilengkapi foto-foto yang membantu kita membayangkan keunikan budaya di sana. Adanya peta masing-masing negara juga memudahkan kita untuk ngintilin perkelanaan penulis keluar masuk garis batas.   Tentang Gaya Bertutur Nggak capek baca buku tebal ini, padahal topik yang dibahas sangat serius. Tentang kebudayaan, kemanusiaan, nasionalisme, politik, konflik batin kaum minoritas mengenai identitas, dan hal-hal hakiki dalam kehidupan manusia. Soalnya, Agustinus sangat piawai memainkan kata-kata. Ya, diksinya sungguh kaya. Coba simak: Ada sejumput kecil tanah Uzbekistan yang dikelilingi oleh Kirgizstan. Ada kampung Kirgizstan yang nyasar di Uzbekistan. Beberapa dusun Tajikistan teronggok pasrah dikelilingi musuh bebuyutan Uzbekistan. (hal 400) Jadi, untuk menggambarkan hal yang sama (kondisi perbatasan yang saling mengungkung), penulis sama sekali tidak melakukan pengulangan kata. Gaya sindiran berbau satire bikin kita nggak [...]

August 22, 2011 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2011): Destinasi Mana pun Istimewa

Agustus 2011 National Geographic Traveler Indonesia Empat Mata: Destinasi Mana pun Istimewa Teks: Vega Probo Terkesima menyimak foto-foto Afghanistan di rubrik Portfolio Majalah National GeographicTraveler edisi kali ini? Kenali lebih dekat sang penulis dan fotografer, Agustinus Wibowo. Berasal dari keluarga yang nyaris tidak pernah berpelesir, pria yang menguasai belasan bahasa dunia ini justru telah melanglang buana. Hampir semua perjalanan dilakukannya seorang diri atau bersama rekan yang ia jumpai di jalan, “Kalau cocok, jalan bareng. Kalau tidak cocok, tinggal berpisah di jalan.” Pengalamannya menjelajahi Afghanistan dan negara-negara Asia Tengah ia tuangkan masing-masing dalam buku Selimut Debu (2010) dan Garis Batas (2011). Dalam dua kesempatan bertatap muka dengan pria ramah ini di Jakarta, beberapa waktu lalu, berlanjut obrolan via dunia maya, tersirat betapa besar semangatnya untuk menjelajah—sebesar pembelajaran berharga yang ia refleksikan pada pembaca bukunya. Kapan dan ke mana pertama kali bepergian jauh? Pertama kali melakukan perjalanan independen ke Mongolia, tahun 2002. Pada hari pertama dan kedua di negara itu saya dirampok. Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa sebenarnya tantangan dapat dihadapi. Setidaknya saya tidak lagi takut melakukan perjalanan independen, itulah yang kemudian menciptakan konsep traveling bagi saya. Selama tiga minggu di Mongolia, saya menyaksikan banyak kultur yang “hidup” kembali karena adanya turisme. [...]

August 10, 2011 // 0 Comments

Femina (2011): Pilihan Weekend—Garis Batas

29 July 2011 Femina Pilihan Weekend http://www.femina.co.id/shop.dine/pilihan.weekend/garis.batas/007/004/21 Garis Batas Agustinus Wibowo/ Gramedia (2011) Tajikistan, Kirgistan, Kazahstan, Uzbekistan dan Turkmenistan, nyaris tak pernah kita dengar eksistensinya di peta pariwisata dunia. Negeri Asia Tengah pecahan Soviet ini terkesan negeri misterius, ‘ujung dunia.’ Tapi, Agustinus, backpacker yang lebih dari 2 tahun menjelajah Afghanistan, sangat penasaran pada negeri di seberang Sungai Amu Darya, berjarak 20 meter dari Afghanistan, ini. Ia berjalan  2.000 kilometer untuk sampai di negeri perbatasan sungai itu. Agustinus mampu menguak sisi lain negeri-negeri ‘stan’ tersebut. Catatannya yang mendalam tentang keindahan tempat itu  makin kaya dengan cerita keseharian dan impian masyarakat ‘stan’ yang tak habis didera konflik dan krisis. [...]

July 29, 2011 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia: Kilau Warna dalam Selimut Debu

Perang puluhan tahun tak mengoyak kemolekan alam apalagi impian, tradisi, dan kehormatan pemegang peradaban kuno ini.

Kata apa yang paling sering dihubungkan dengan nama Afghanistan? Perang? Kemiskinan? Taliban? Teror? Bagi kebanyakan orang, Afghanistan membawa kesan kelabu dan melankolis. Tetapi di negeri yang tak kunjung usai dihajar perang puluhan tahun ini ternyata juga ada impian, tradisi kuno, kebanggaan, dan peradaban.

July 27, 2011 // 3 Comments

Republika (2011): Hidup Adalah Perjalanan

6 Juli 2011 Republika Wawasan Hidup adalah Perjalanan http://koran.republika.co.id/koran/37/138396/Hidup_adalah_Perjalanan Agustinus Wibowo Backpacker Penulis Sastra Perjalanan Agustinus Wibowo berharap akan semakin banyak orang yang mau melakukan perjalanan dan meresapinya sebagai sebuah kontemplasi. Bagi pria yang lahir dan besar di Lumajang, Jawa Timur ini, melakukan perjalanan dan pengamatan adalah pembelajaran hidup yang luar biasa. Ia menelusuri negara-negara di Asia Tengah dengan cara yang tak lazim ditempuh turis. Perjalanan ke negara-negara berakhiran stan dilakukannya de ngan segala modal transportasi, mulai dari kendaraan umum biasa, menumpang truk, hingga naik keledai. Berpaspor garuda hijau, namun bermata sipit, Agustinus fasih berbahasa Tajik yang diperolehnya saat tinggal di Afghanistan selama tiga tahun. Ditambah, sedikit berbahasa Uzbek, Kirgiz, dan Rusia yang dipelajarinya dari warga setempat. Persentuhannya dengan masyarakat dan kearifan lokal diakui membuatnya makin cinta tanah air. Berikut petikan wawancara Agustinus Wibowo dengan wartawan Republika Wulan Tunjung Palupi. Boleh ceritakan awal petualangan Anda saat memutuskan melakukan perjalanan dan apa yang mendorong Anda menjadi seorang petualang? Juli 2005, saya lulus kuliah, lalu ingin melakukan perjalanan keliling dunia demi menimba ilmu menjadi jurnalis. Kebetulan, saya terinspirasi menjadi jurnalis setelah mengunjungi Aceh pada Januari 2005 pascatsunami. Saat itu, saya melihat bagaimana perjuangan [...]

July 6, 2011 // 1 Comment

Travelist : Agustinus Wibowo – Seorang Musafir

Juni-Juli 2011 Travelist Interview Majalah Travelist Edisi Perdana http://the-travelist.com/index.php?option=com_content&view=article&id=51:first-one&catid=34:slideshow-items&Itemid=44 Agustinus Wibowo – Seorang Musafir Gus Weng adalah panggilan akrab seorang Agustinus Wibowo. Ia adalah pelajar IT saat pertama kali mencoba untuk menjelajahi dunia. Destinasi yang ia pilih pun ‘tidak biasa’, sebenarnya apa sih yang membuat ia memilih destinasi tersebut? Dalam buku Selimut Debu, Gus Weng menyebut diri adalah backpacker, tetapi editor anda menyebut anda explorer, bukan traveler. Sebenernya Gus Weng itu tipe traveler seperti apa? Sebenarnya label-label itu tidak penting. Saya tidak menyebut diri saya sebagai backpacker, tetapi kebetulan pada saat menulis perjalanan itu, saya melakukan perjalanan dengan cara backpacking atau traveling secara independen dengan anggaran minim, jadi saya adalah backpacker. Tetapi bukan berarti ada tanda sama dengan antara Agustinus Wibowo dengan backpacker. Demikian juga turis, traveler, explorer, observer, dan sebagainya, buat saya itu adalah label-label saja. Ada backpacker yang menolak dirinya disebut turis dan keukeuh minta disebut traveler. Buat saya lucu juga, karena sebenarnya pada hakikatnya backpacker itu juga turis –mencari hal-hal yang “eksotik” yang berbeda dari kehidupannya demi kesenangannya sendiri. Kalau memang dipaksa harus menyebut, mungkin saya lebih suka disebut sebagai musafir. Ini adalah kata yang [...]

June 27, 2011 // 2 Comments

Bukunya (2011): Teman Perjalanan Agustinus Wibowo

21 June 2011 http://bukunya.com/teman-perjalanan-agustinus-wibowo/ Agustinus Wibowo mengisi liburan kuliah di jurusan ilmu komputer di Cina dengan melancong ke Mongolia. Hari pertama perjalanan, pria kelahiran Lumajang 28 tahun silam ini nyaris dirampok pemabuk di kereta. Malam harinya ia dicegat begal di jalan. Tapi pengalaman delapan tahun lalu itu tak membuatnya kapok. Ia terus bepergian ke Tibet, Nepal, dan India. Ia masuk Pakistan lalu menembus ke Afganistan tempat konflik senjata tak pernah berhenti. Ia juga satu dari sangat sedikit orang yang berpetualang ke negara-negara di Asia Tengah, seperti Tajikistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Kisah petualangannya ke negeri “Stan” itu ia bukukan dengan judul Garis Batas terbitan Gramedia Pustaka Utama. Sebelumnya ia juga menerbitkan Selimut Debu yang bercerita soal perjalanannya di Afghanistan. Disebut-sebut beberapa editor media massa sebagai salah satu penulis perjalanan terbaik yang dipunyai Indonesia, Agustinus mendulang kisah travelling yang mendalam lewat buku-buku yang dibacanya sembari menanti truk tumpangan yang tak jelas kapan datangnya. “Buku yang dibaca akan sangat mempengaruhi perasaan dan pikiran saya tentang tempat yang dituju,” ujarnya. Berikut ini petikan obrolan bukunya dengan Agustinus soal buku yang jadi sahabatnya dalam perjalanan: Membawa buku saat travelling, hukumnya wajib atau sekedar pelengkap saja? Wajib. Buku yang dibaca selama bepergian itu akan mempengaruhi [...]

June 21, 2011 // 5 Comments

Whiteboard Journal (2011): Interview with Agustinus Wibowo

http://whiteboardjournal.com/features/roundtable/interview-with-agustinus-wibowo.html http://whiteboardjournal.com/old/features/roundtable/interview-with-agustinus-wibowo.html Forming a passion for traveling, Agustinus Wibowo has spent most of his years in a foreign country. Referred as a world backpacker, Agustinus Wibowo whose profession is as a journalist, has taken the road less traveled by going to the depths of China, Mongolia, Afghanistan, India, Pakistan, Iran to the unfamiliar countries of Central Asia. His contemplative nature and literary adeptness has pushed him to compile his travel stories in a publication called ‘Selimut Debu’ in 2010, and ‘Garis Batas’ recently in 2011. Whiteboard Journal had a chance to learn more of his purpose of travels and the turnings points that have defined him as a word traveler. W: How did everything start? What initially drew you to be so engulfed in traveling? Everything started from childhood, when my dad introduced me to philately. I collected stamps from almost all countries, and stamps were my “window” to the world. I always dreamed to visit the countries of which stamps I have collected. I also loved geography, wanted to learn different languages and cultures. As I was raised in a small town, everything seemed just merely a dream. But then when the chance came, I went to Beijing as [...]

June 20, 2011 // 0 Comments

Janna (2011): Jadi Travel Writer, Siapa Takut!

June 2011 Majalah Janna Jadi Travel Writer, Siapa Takut! Nyali Agustinus Wibowo melebihi besar tubuh dan tinggi badannya. Bagaimana tidak, pemuda usia 29 tahun ini mengunjungi dan tinggal di Afghanistan ketika negara tersebut sedang dalam kondisi terburuknya. Agus juga menjelajahi negaranegara pecahan Uni Sovyet yang bertetangga dengan Afghanistan seperti Kazakhstan, Kyrgistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Tidak sekedar berkunjung, Agus menegaskan, dirinya sebagai musafir yang menyelami kebudayaan negeri lain tapi tetap menjaga jarak sebagai pengamat. Di balik itu semua, Agus tetap bisa selamat sampai tujuan dan kembali dan menuliskan pengalamannya kepada pembaca di Indonesia. Sebuah ‘bisnis’, kalau bisa disebut bisnis, yang luar biasa. Menggabungkan kesenangan pribadi dan profesionalitas diri. Berikut wawancara Janna dengan pemuda asal Lumajang, Jawa Timur ini di Bandung: Profesi kamu ini unik. Sebagai penulis perjalanan di daerah-daerah yang berbahaya. Kira-kira profesi ini menjanjikan gak sih buat anak muda? Bisa! Kita memang perlu menggerakkan ini. Kalau saya lihat sih sudah arah ke sana ya. Ada beberapa penulis perjalanan yang menerbitkan buku yang bagus. Ada tapinya? Tapi… Di sisi lain, profesi ini di Indonesia rasanya kurang. Kurang maksudnya kurang rasa aman. Bukan rasa aman ‘keamanan’. Tapi rasa aman untuk masa depan. Maksud saya, kalau dibandingkan dengan di Eropa, di sana banyak [...]

June 15, 2011 // 1 Comment

[VIDEO] Liputan6 SCTV: Backpacker Asal Lumajang

Agustinus, Empat Tahun Berkelana dengan Ransel Sosok | oleh Tim Liputan 6 SCTV Posted: 29/05/2011 12:54 Liputan6.com, Jakarta: Kegigihan Agustinus Wibowo membawa dirinya melangkahkan kaki ke berbagai penjuru dunia. Empat tahun sudah Agus mengembara menyandeng rasel. Pengembaraan dimulai dari perjumpaan Agus dengan seorang backpacker Solo asal Jepang. Kala itu Agus sedang kuliah di Universitas Tshinghua, Beijing, Cina. Ia kemudian tergoda dan memulai perjalanannya dari negara tetangga Cina, Mongolia pada 2002. Agus kemudian merambah ke negara-negara lain seperti Tibet, Nepal, India dan Pakistan. Semua itu dilakoni seorang diri. Setelah menjadi relawan pasca-tsunami Aceh pada 2005, Agus menolak beasiswa pendidikan strata dua Ilmu Komputer di Cina. Dia justru memantapkan diri memulai perjalanan ke negara yang penuh konflik dan perang, Afghanistan. Satu tahun tujuh bulan ia menggembara ke pelosok-pelosok Negeri Mullah yang tak pernah dikunjungi orang asing, bahkan penduduk daerah lain. Di balik keberaniannya menyusuri tepian jurang, menyeberangi sungai dan mendaki gunung, Agus sebenarnya menyimpan ketakutan akan ketinggian. Kendati demikian, langkahnya tak pernah surut. Dan, kisah ini dituangkan dalam buku pertamanya bertajuk Selimut Debu. Tak sekadar jalan-jalan, Agus menghindari perjalanan naik pesawat agar bisa mengupas budaya tiap negara yang dikunjungi. Ia kemudian menghubungkannya dengan permasalahan di Indonesia. Tentu saja ini didukung dengan kelebihan [...]

May 29, 2011 // 0 Comments

[VIDEO] Kick Andy (2011): Kisah Para Petualang

http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2099/read/KISAH-PARA-%20PETUALANG.   Jumat, 27 Mei 2011 21:30 WIB KISAH PARA PETUALANG Dalam perjalanan kehidupan seorang manusia, pada suatu saat terkadang memerlukan sebuah proses mencari makna hidup melalui hal-hal yang tidak terduga dan bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Hal tersebut dapat berupa melakukan aktifitas berbeda yang diluar rutinitas, kegemaran yang dilakukan secara total, maupun peristiwa-peristiwa yang dialami ketika berada dalam perjalanan menuju suatu tempat. Sesungguhnya inti dari semuanya itu adalah adanya perjuangan dan proses pembelajaran yang dinikmati dengan ikhlas. Itulah yang telah dilakukan oleh para tamu Kick Andy dalam episode ini, mereka adalah para petualang yang sejenak berbagi kisah perjalanannya dengan kita. Rob Rama Rambini. Pria kelahiran Roma, Italia ini adalah sulung dari 3 bersaudara. Ibundanya adalah seorang pianis dan komposer musik, Trisutji Kamal. Besar di Jakarta dan saat lulus SMA ia ikut ayahnya dan tinggal di berbagai negara di Eropa dan Rusia. Selama hidupnya, Rama mengaku tidak pernah tinggal lama disuatu tempat, karena mengikuti sang ayah yang bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Perasaan tidak pernah terikat pada suatu tempat, bisa jadi telah membuat sosok Rama akhirnya mampu melakukan solo sailing dari California ke Indonesia selama lebih kurang 11 bulan. Dengan membiayai sendiri pelayarannya dengan kurang lebih [...]

May 27, 2011 // 0 Comments

Tempo (2011): Tujuan Berikutnya, Asia Tengah

22 May 2011 Majalah Tempo: Gaya Hidup Tujuan Berikutnya, Asia Tengah Tujuan Berikutnya, Asia Tengah http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/05/16/GH/mbm.20110516.GH136711.id.html Negara-negara berakhiran “stan” di Asia Tengah makin digemari para backpacker sebagai tujuan petualangan mereka. Mereka ingin menelusuri Jalur Sutra. PERJALANAN Agustinus Wibowo menembus Afganistan membawanya ke tepian Sungai Amu Darya di ujung utara negeri itu. Menunggang keledai di jalan berbatu dan terjal, ia melihat di seberang sungai berseliweran mobil di atas jalan beraspal. Pemandangan itu membuat Agus penasaran dengan kehidupan di negara-negara pecahan Uni Soviet yang berada di seberang sungai. Agus, yang menetap di Beijing, sebenarnya bisa dengan mudah naik pesawat dari Cina. Tapi ia memilih jalan darat dari Afganistan masuk ke Tajikistan. “Jalan darat itu makan waktu lebih lama,” ujar pria berusia 28 tahun ini. “Semakin lama perjalanan, semakin banyak yang bisa saya pelajari.” Dimulai pada 2006, Agus satu tahun lamanya berkeliling Tajikistan, Kirgistan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Hitungannya, ia menghabiskan uang US$ 400 per bulan. “Itu relatif lebih murah daripada ke Eropa,” ujarnya. Kisah perjalanan di negara-negara berakhiran “stan” begitu ia menyebutnya-dibukukan dengan judul Garis Batas. Ahad dua pekan lalu, buku itu jadi bahan diskusi Komunitas Back-packer Dunia di Kafe Pondok Penus, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selama lima jam nonstop, [...]

May 22, 2011 // 0 Comments

Pikiran Rakyat (2011) Menembus Garis Batas Asia Tengah

16 May 2011 Menembus Garis Batas Asia Tengah SAAT duduk di bangku sekolah dasar, di Lumajang, Jawa Timur, Agustinus Wibowo ditanya oleh gurunya, “Cita-citamu menjadi apa?” Dengan tegas Agustinus menjawab, “Saya ingin menjadi turis.” Jawaban itu tidak dapat diterima oleh sang guru karena cita-cita seorang anak haruslah menjadi dokter, pilot, insinyur, dan berbagai predikat “bergengsi” lainnya. Menjadi turis tidak boleh menjadi cita-cita. Akan tetapi, Agustinus tetap bersikukuh ingin menjadi seorang turis. Belasan tahun kemudian, pada 2003, pada usianya yang baru 21 tahun, Agustinus memang menjadi turis. Namun, dia bukan seorang turis biasa. Pemuda yang tampak culun itu sedang berada di Afganistan, negeri yang sedang terca-bik-cabik perang untuk keseki-an kalinya. Keberadaan Agustinus di Afganistan bukan tidak sengaja. Dia merencanakan perjalanan itu sejak 2001 ketika dia melihat berita di televisi tentang Taliban yang menghancurkan patung Buddha raksasa. Bukan masalah hancurnya patung Buddha yang membuat Agustinus ingin mengunjungi Afganistan, tetapi gambar panorama alam di sekitar parung itu yang memukau matanya, sampai terbawa ke alam mimpi. “Saya lihat sekilas di televisi. Afganistan begitu indah. Kemudian saya bermimpi datang ke Afganistan, di sebuah tempat yang hijau, dan ada seorang perempuan bercadar di sana. Saya singkap cadar itu, dan mungkin itu pertanda bahwa saya harus menyingkap [...]

May 16, 2011 // 0 Comments

Jawa Pos (2011): Agustinus Wibowo dan Petualangan Bertahun-tahun di Afghanistan

16 May 2011 Agustinus Wibowo dan Petualangan Bertahun-tahun di Afghanistan Lolos dari Perampokan, Pernah Ditawar Pria Homo Agustinus Wibowo bisa disebut sebagai petualang langka asal Indonesia. Dia menjelajah daratan Asia Tengah, mulai dari Beijing, Tiongkok, hingga Afghanistan. Setiap selesai berpetualang, dia bukukan pengalaman tersebut. ——————————————————- AGUNG PUTU ISKANDAR, Bandung —————————————————— Secara fisik, orang mungkin tidak akan percaya bahwa lelaki yang karib dipanggil Agus ini pernah blusukan ke kampung-kampung di Afghanistan. Tidak tanggung-tanggung, tiga tahun lebih dia tinggal dan berkumpul dengan masyarakat di negara yang dilanda konflik berkepanjangan itu. Tubuhnya kecil dan tampangnya lugu. Kulitnya putih bersih dan tidak ada kesan sebagai petualang di daerah yang banyak terdapat perbukitan dan padang pasir itu. “Saya di Afghanistan sudah biasa setiap hari dengar ada bom. Bahkan, saya pernah tinggal di daerah paling rawan. Malah kalau sehari nggak ada bom, terasa aneh,” kata Agus lantas terkekeh saat ditemui di toko buku Tobucil, Bandung (13/5). Entah, sudah berapa kali Agus pulang ke Indonesia. Setelah petualangan panjang dia pada 2003 dan disambung 2005?2009 berakhir, Agus tinggal di Beijing, Tiongkok. Dia bekerja sebagai [...]

May 16, 2011 // 0 Comments

Jawa Pos (2011): Traveling Tak Sekadar Jalan-Jalan

15 Mei 2011 Jawa Pos Traveling Tak Sekadar Jalan-Jalan JUDUL: Garis Batas, Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah PENULIS: Agustinus Wibowo PENERBIT: PT Gramedia Pustaka Utama TERIT: April 2011 TEBAL: xiv, 510 halaman Menceritakan petualangan ke negara-negara yang “tak masuk peta” dengan bahasa yang mengalir. Mendefinisi ulang makna garis batas. SEIRING dengan kemajuan ekonomi dan membaiknya kesejahteraan, traveling kini bukan lagi barang mewah di Indonesia. Entah traveling ikut group tour atau model menggelandang gaya backpacker, semuanya sudah jadi gaya hidup anak muda sampai orang tua. Para pelakunya pun seperti berlomba mendokumentasikan perjalanannya. Baik dalam bentuk buku maupun dipajang di situs jejaring sosial untuk sekadar pamer ke teman atau kolega. Namun, di antara sekian banyak buku yang bertebaran itu, tak ada yang seistimewa Garis Batas, Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, karya Agustinus Wibowo. Istimewa lantaran buku ini tak hanya menginformasikan tempat makan, tempat pelesiran, atau penginapan. Di sini Agustinus mengajak kita bertualang di negara-negara berakhiran Stan yang nyaris jarang mendapat kunjungan. Mulai Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan berakhir di Turkmenistan. Garis Batas adalah buku kedua Agustinus setelah Selimut Debu yang membahas tentang Afghanistan. Saat bertatap muka di Beijing, Tiongkok, akhir April silam, siapa yang menyangka sosok inilah yang berkelana mendaki gunung, mengarungi [...]

May 15, 2011 // 1 Comment

Garis Batas – Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah (Borderlines)

My second published travel writing book, on journey to Central Asian countries (The “Stans”). Indonesian language. Borderlines – Journey to the Central Asian States Everyday, Afghan villagers stare to “a foreign country” which is just a river away. They look at passing cars, without even once experiencing sitting inside the vehicles. They look at Russian-style villas, while they live in dark mud and stone houses. They look at girls in tight jeans, while their own women are illiterate and have no freedom to travel. The country across the river seems magnificent—a magnificent fantasy. The same fantasy brings Agustinus Wibowo travel to the mysterious Central Asian states. Tajikistan. Kyrgyzstan. Kazakhstan. Uzbekistan. Turkmenistan. The “Stan brothers”. This journey will not only bring you step on snowy mountains, walk accross borderless steppes, adsorbing the greatness of traditions and the glowing Silk Road civilization, or having nostalgy with Soviet Union communism symbols, but also finding out the mystery of fate of human beings who are always being separated in the boxes of borderlines. Paperback, 528 pages Published April 14th 2011 by Gramedia Pustaka Utama ISBN13 9789792268843 primary language Indonesian original title Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah url http://www.gramedia.com/buku-detail/84515/Garis-Batas ————– Garis Batas: Perjalanan [...]

April 25, 2011 // 4 Comments

The Jakarta Globe (2011): An Indonesian’s Lust for Asian Travel

An Indonesian’s Lust for Asian Travel Lisa Siregar | May 26, 2011 http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/an-indonesians-lust-for-asian-travel/443364 For Agustinus Wibowo, a travel writer who has explored and lived in some of the most dangerous parts of Central Asia, traveling is all about gaining fresh perspectives — even if it means going unshowered for months or getting kicked out of an Afghan man’s house for refusing the generous offer of a male prostitute. “It’s not about the number of stamps in your passport. It’s the traveler’s point of view that matters,” he said last week during the launch of his new travel book, “Garis Batas” (“Borderlines”). He showed up to the launch proudly wearing a white flowing tunic known as a shalwar kameez from Afghanistan, where he had lived for several years. Agustinus, now a translator based in Beijing, is famed for his travel columns published in Kompas newspaper as well as his first book, “Selimut Debu” (“Blanket of Dust”), published in January last year. Most people like holidays in luxurious, or at the very least comfortable, spots. Agustinus is a bit more adventurous. His new book, for example, details his sometimes nightmarish experiences in Tajikistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Turkmenistan and Uzbekistan. Once, his things were [...]

March 26, 2011 // 0 Comments

MyTrip (2011): Agustinus Wibowo Si Kutu Buku yang Akhirnya Malang-Melintang di Afghanistan

MyTrip Vol 1/2011 Maret 2011 Pewawancara: Mayawati Nur Halim Foto: Dokumentasi pribadi Agustinus Wibowo, Mayawati Nur Halim (foto Agustinus menandatangani buku) Pertama kali melihat sosok Agustinus Wibowo, saya tak mengira dialah petualang pemberani yang mblusuk-mblusuk pedalaman Afghanistan, negeri yang penuh gejolak. Posturnya sedang, kulitnya putih, cara bicaranya lembut. Jauh dari kesan petualang. Padahal bukan cuma Afghanistan; Mongolia, Iran, Tibet, Nepal, India, Pakistan, Tajikistan, Kirghiztan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan, juga Laos telah dirambahnya. Semakin besar tantangannya, semakin ia menikmatinya. Di satu kesempatan Juli lalu, Gus Weng, begitu ia dipanggil, berbagi cerita dengan myTrip. Kebetulan saat itu ia tengah kembali ke Indonesia dan datang ke Jakarta untuk memenuhi undangan temu muka dengan anggota milis Jalansutra. Berpuluh halaman pun sebenarnya tak cukup untuk menuangkan kisah-kisah menakjubkan yang dituturkannya. Jadi, bacalah buku pertamanya Selimut Debu jika ingin menikmati ceritanya lebih detil. Tapi yang disarikan pemuda 28 tahun asal Lumajang, Jawa Timur ini, khusus dibagikannya untuk pembaca myTrip. Momentum yang membuat kamu seperti sekarang? “Saat menjadi relawan di Aceh, Januari 2005, setelah tsunami (Desember 2004), beberapa bulan sebelum saya lulus kuliah di Beijing. Sejak saat itu saya memutuskan tidak akan melanjutkan studi S2 di bidang ilmu komputer dan total menjadi jurnalis. Padahal saat itu saya [...]

March 8, 2011 // 7 Comments

1 7 8 9 10 11