Recommended

Publication

[旅行家Traveler] :白色蒙古国

旅行家2012年12月期 专题·蒙古 “寒冷的天气来得迅猛且严酷,大雪早在9月中旬就覆盖了整个国家。气温急剧下降,绿色大地瞬间苍白。然而,寒风和9月雪只是个开场,接下来的日子里,人们需要忍受更为寒冷的冬天:零下60℃的气温,呼出的空气瞬间结冰,血液凝结成块,血管也失去知觉。你会说,真像西伯利亚啊。” 这是本次专题作者之一Agustinus Wibowo所描述的蒙古国。是的,很少有游客会选择在冬季去蒙古,然而“白色”确是这个国家一年中绝大多数时候的真实面孔,因为水草丰美、温暖宜人的草原景象,仅仅存在于6-8月。短暂的蒙古夏天,太阳在黎明时升起,近午夜才落下。而秋天来得太早,人们还没有享受到足够的热度,黄褐色的大草原就成了夏天的尾巴。蒙古,就这样被困在茫茫无际的辽阔土地上,突然间静了下来,绿色、褐色之后是一片纯白,游客匆匆离去。此时,高原上的游牧民族才开始了转场、猎鹰、祈福、伐木,而白色蒙古国的真正细节和故事才刚刚开头……   泰加林: 萨满巫师与伏特加 文图/Agustinus Wibowo 译/严万秋   “萨满之城”泰加林并非隐秘之地,这里的年轻人也看韩剧,听电子音乐,萨满们则喜爱喝伏特加,个个都用上了手机,你甚至可以通过短信预订萨满服务了。 [...]

December 28, 2012 // 0 Comments

Aplaus (2012): Agustinus Wibowo, Berubah Bersama Perjalanan

    Agustinus Wibowo (31) : Berubah Bersama Perjalanan Teks oleh Eka D. Rehulina @ekarehulin | Foto Istimewa   BAGINYA perjalanan dan menjadi turis adalah mimpi masa kecil yang telah terwujud. Kisah perjalanannya sangat luar biasa, di negeri-negeri berbahaya di Asia Tengah yang tak pernah terbayangkan para pejalan awam. Selimut Debu dan Garis Batas, dua tulisannya yang telah dibukukan. Menceritakan kisah-kisah perjalanan yang telah ia lalui. Tentu saja, selain tulisan dan foto-fotonya yang kerap terbit di media nasional kita.   What Inspire Us… Sebenarnya rasa takut itu bukan untuk dilawan, tetapi dipahami. Rasa takut itu manusiawi, yang justru jika diolah dengan benar akan menjadi motivasi. Misalnya, kita bekerja keras di hari ini, justru karena rasa takut akan goncangan di hari tua nanti. Nah, ada rasa takut yang rasional, ada rasa takut yang irasional, ada rasa takut yang harus ada, ada rasa takut yang tidak perlu. Perjalanan sendiri adalah proses untuk melepaskan diri dari rasa takut.   Bohong kalau bilang saya tidak takut mati. He-he-he… Itu adalah ketakutan yang sangat manusiawi, dan rasional. Tapi ini kembali lagi kepada bagaimana cara kita menghadapi ketakutan kita sendiri.   Sakit di luar negeri adalah salah satu masalah serius. Saya pernah kena hepatitis waktu berada [...]

November 8, 2012 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2012): Menapak Jejak Shaman Mongolia

KAMI MENUJU TAIGA untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tentang shamanisme atau perdukunan di Mongolia yang selama ini memenuhi benak saya: Masih adakah shamanisme di zaman ini setelah puluhan tahun komunisme memberangus praktik-praktik kuno? Ketika para nomad Mongol sudah bertelepon genggam dan menetap di kota? Ketika internet sudah merambah? Ketika dokter dan obat sudah menggantikan jampi-jampi untuk menyembuhkan penyakit? Di Mongolia, shamanisme adalah jalan hidup utama jauh sebelum datangnya agama-agama. Kepercayaan dan ritual shamanisme menjadikan kultur negeri misterius ini begitu “eksotis.”

October 10, 2012 // 16 Comments

Kontan (2012): Melancong, Menulis, dan Uang Saku

http://lifestyle.kontan.co.id/news/melancong-menulis-dan-uang-saku Meski tulisannya sering muncul di media massa, Agustinus Wibowo bukanlah seorang wartawan. Ia adalah penulis perjalanan alias travel writer. Itu, lo, orang yang hobi jalan-jalan, lalu membagi pengalamannya bertualang dan berwisata dengan menulis di media massa dan buku, atau di dinding blog pribadi. Nama pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini terkenal sebagai travel writer setelah memiliki kolom khusus di kompas.com bernama Petualang. Kolom ini berisi catatan harian perjalanannya keliling Asia sepanjang 2005 – 2007 yang dimuat secara berseri. Catatan itu dia bagi dalam dua judul: Bertualang di Negeri-Negeri Stan dan Titik Nol. Ya, belakangan, makin banyak orang yang hobi menulis kisah perjalanannya saat menyambangi tempat-tempat yang indah dan unik, baik di dalam maupun luar negeri. Apalagi kalau daerah yang mereka kunjungi jarang didatangi turis. Ada yang sekadar membagi cerita lewat blog atau situs pribadi. Ada pula yang rajin mengirim story-nya ke koran, majalah, atau media online. Agustinus, misalnya, mulai suka menulis pengalamannya pelesiran ke pelbagai tempat sejak ia melakukan perjalanan ke negara-negara tetangga China tahun 2000-an, seperti Mongolia, Nepal, Tibet, Pakistan, serta Afghanistan. Maklum, ketika itu, dia kuliah di Tsinghua University, Beijing. Awalnya, Agustinus menulis perjalanannya di buku hariannya. “Setelah saya membuka website pribadi (www.avgustin.net), dari situlah saya [...]

April 4, 2012 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2012):视觉

巴彦乌列盖(Bayan Olgii)是蒙古最西部且海拔最高的省份,如果从乌兰巴托前往,需忍受长达70 多个小时、十分颠簸的车程,但仍值得一去。在当地生活的哈萨克族人至今保留着伊斯兰传统生活方式,由于穆斯林在饮酒上的限制,犯罪事件相对较少,因此在当地旅行比在蒙古其他地方安全许多。每年在乌列盖都会举办金鹰节(Golden Eagle Festival),当地数百名猎鹰高手参与角逐,成千上万的国际游客也会前来观赛。节日期间,还会举行哈萨克族的传统服饰狂欢秀。

March 23, 2012 // 0 Comments

Detik Minggu (2012): Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya

11 Maret 2012 Detik Minggu Resensi: Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya Resensi Detik Minggu http://edisi.hariandetik.com/default.aspx?iid=60458&startpage=page0000014 BAHARUDDIN ARITONANG (pencinta buku) Apakah kemerdekaan membawa mereka menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya? Membaca buku ini amat men­gasyikkan. Ibarat membaca novel, tapi sarat ilmu peng­etahuan. Seperti judulnya, buku ini berkisah tentang perjalanan melintasi batas lima negeri di Asia Tengah: mulai Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan terakhir Turkmenistan. Buku ini juga bertu­tur tentang pergulatan manusia di kelima negara yang dikunjunginya itu. Manusia yang bergulat mela­wan garis batas kehidupan. Agustinus bukanlah pelan­cong biasa, la lebih tepat disebut pengembara, yang di dalam buku ini mahir mendeskripsikan negara, suku, ras, kebudayaan, agama, jenis kelamin, bahasa, serta keanekarag­aman yang unik di negeri-negeri yang dikunjunginya. Melalui buku ini, cakrawala pengetahuan kita menjadi lebih terbuka bahwa ada negara-negara seperti disebut di atas. Negara-negara yang ham­pir selama satu abad tidak pernah didengar namanya karena tertutup oleh kebesaran komunisme Uni Soviet Namun, sejak 1992, kelima negeri itu termasuk yang mandi­ri sebagai sebuah negeri sendiri. Apakah kemerdekaan itu mem­bawa mereka menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya? Buku ini merupakan kelanjutan dari kisah perjalanan Agustinus di Afganistan [...]

March 11, 2012 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2012):视觉

马背叼羊是阿富汗的国民运动,也深受中亚国家如乌兹别克斯坦、塔吉克斯坦、吉尔吉斯斯坦、哈萨克斯坦、土库曼斯坦的欢迎,多在冬季举行。这种运动类似于马球,但使用的球是无头的牲畜尸体。最大的国家级马背叼羊比赛是在阿富汗的马扎举行的。新年22日这天,标志着冬天的结束,春天的开始。比赛时,骑手通常身穿厚衣服、佩戴头套、脚踏靴子、手持皮鞭。靴子通常带有高跟,紧锁入与马鞍连接的脚踏处,这样有助于骑手倾斜到一侧拾取小牛。马背叼羊运动显示了阿富汗精神:勇气、骄傲、虔诚、公平竞争、力量、耐力、阳刚之气等。人们认为一个好的马背叼羊球员宁愿勇敢地死去,也不懦弱地活着。

January 13, 2012 // 0 Comments

Latitude.nu (2011): ‘Traveling is about Losing your Ego’

December 29, 2011 http://latitudes.nu/indonesian-travel-writer-photographer-agustinus-wibowo/ Indonesian Travel Writer & Photographer Agustinus Wibowo: ‘Traveling is about Losing your Ego’ By: Yvette Benningshof   Passing borderlines is almost a daily routine for Agustinus Wibowo. The travel writer and photographer from Indonesia picked up his backpack at the age of 19 and started to travel throughout Central Asia. He has lived in Afghanistan for three years as a photojournalist and has written two bestsellers books about his borderless travels. Wibowo’s current latitude: Beijing, China. Agustinus Wibowo (30) left his village Lumajang in East-Java, Indonesia in 2000 to study Computer Science in Beijing. From there he started his travels to Mongolia where he got robbed on the first day. That didn’t hold him back to travel to even more ‘dangerous’ countries like Pakistan and Afghanistan in 2003. As a true budget backpacker he took off with only 300 US dollars. ‘I traveled by the cheapest train in China, 70 hours on a hard seat. Then by public transport and hitchhiking trucks in Pakistan. Crossing the border with Afghanistan I used horses and donkeys or just walked my way. I also stayed with local people, that’s why it’s so important to learn the local languages. The [...]

December 29, 2011 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2011):视界

位于阿富汗东北部的瓦罕走廊是一个狭长地带,主要居住着Wakhi人,他们讲Wakhi语,并信奉伊斯兰教。与大部分阿富汗穆斯林相比,Wakhi人是相对温和的。这里的女人无须终日蒙面,可以自由地谈论异性。他们的生活主要依靠农业和畜牧业。每天,孩子们会以自己所在的村子为单位,在一起给牲畜喂食青草。在这里,经常能够看到成百上千的牛羊聚合着穿过高山和草原,而孩子们则在平原上等待着牛羊被牧民们带回来。

December 23, 2011 // 0 Comments

Oktomagazine (2011): Melewati Garis Batas

Melewati Garis Batas Harun Harahap   Kita telah mengenal Agustinus Wibowo dari buku Selimut Debu tentang perjalanannya ke Afghanistan. Kali ini melalui bukunya Garis Batas, Agustinus Wibowo mengajak kita bertualang melewati garis batas Afghanistan menuju negara-negara berakhiran –Stan. Kita diperkenalkan lebih dekat dengan negara Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Garis batas geografis terkadang ditandai oleh sungai, pegunungan, jalan atau tonggak-tonggak yang terpancang antar dua wilayah negara yang berbeda. Saat kita melewati garis tersebut, banyak hal yang akan berubah. Dari negara yang berubah, maka bahasa, mata uang, agama, adat istiadat, budaya dan sebagainya pun berubah. Perubahan itu terkadang tipis tak terlihat hingga lebar tak terhingga. Ada pepatah dari ranah minang yang menyebutkan “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Artinya kurang lebih menyarankan kita untuk menghormati budaya dan adat istiadat di mana kita tinggal dan berada. Begitu juga dengan Penulis yang beradaptasi dengan situasi dan lingkungan asing yang baru pertama kali ia pijak. Kita bisa melihat melalui buku ini bahwa penulis bisa melakukannya dengan baik. Ditambah lagi dengan keramah-tamahan penduduk di berbagai daerah, sehingga kita bisa melihat kehidupan keluarga yang bersifat cukup pribadi. “Garis Batas adalah kodrat manusia. Tanpa disadari, kita adalah seonggok tubuh yang selalu membawa garis batas [...]

November 9, 2011 // 0 Comments

Sumatera Expres (2011): Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan

Selasa, 25 Oktober 2011 Xpresi Pendidikan Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan   Jika ada satu negeri yang dijuluki sebagai negeri peperangan, yang pertama kali terpatri dalam ruang ingat kita adalah negeri Afghanistan. Jika ada satu negeri yang tiap jengkalnya tertanam ranjau darat bekas medan perang, juga terbayang negeri Afghanistan. Dan jika ada satu negeri yang setiap harinya hidup dengan kepulan debu yang terhirup ke dalam tubuh rakyatnya, itulah negeri Afghanistan. Orang-orang Afghan tentu tak pernah membayangkan bahwa jurnalis asing mau-maunya berkeliling negeri khaak (dalam bahasa Dari dan Pashtu berarti debu, red) sendirian hanya untuk melunasi hasratnya pergi ke sana. Tanpa berbekal uang yang melimpah rupanya Agus berani menantang perjalanan yang begitu mengibakan ini. Perjalanan yang sungguh mengharukan pula, ia bertemu dengan banyak orang-orang Afghan yang lebih humanis dari orang-orang yang merasa dirinya punya rasa kemanusiaan di dunia ini. Selimut Debu adalah kisah perjalanan mendebarkan yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo, di daerah yang penyebutan namanya sama dengan menyebut kata “perang”. Ya, ini buku tentang perjalanan Agus di sebuah negara bernama Afghanistan. Bayangkan, ini perjalanan yang dilakukan oleh penulis, yang notabene non muslim di sebuah negara yang terkenal karena fundamentalismenya. Perjalanan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari segala identitas yang melekat pada dirinya. [...]

October 25, 2011 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2011):伊朗旅游的“后ADS时代”: 既小众,又高端

伊朗,一个国际政治里的高频词汇,一个美国眼中的高危国家,还是一个全球游客心目中的神秘国度。作为旅游目的地,伊朗还属于中东地区的新军:2010年全年,伊朗的外国游客入境人数为312.5万人次,而从伊朗驻中国大使馆办理赴伊签证的人数仅约1.8万人次;它的邻国土耳其在2003年就曾有过单月入境超过200万人次的记录,2010年更是吸引外国游客2860万人次。

October 23, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Seni Travelling ala Agustinus Wibowo

Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:54 WIB Agustinus Wibowo adalah seorang backpacker. Ia mengunjungi daerah-daerah yang jarang dikunjungi wisatawan. Dia telah mengeluarkan buku catatan perjalanannya di Afghanistan yang bertajuk Selimut Debu. Buku keduanya bertajuk Garis Batas merupakan catatan perjalanannya mengunjungi negeri-negeri di kawasan Asia Tengah. | KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES KOMPAS.com – Dirampok, diculik, dipukuli, hingga nyaris diperkosa. Jalan kaki berkilometer jauhnya, naik keledai, hingga nebeng di mobil orang. Sebuah deskripsi yang sangat jauh untuk mengambarkan perjalanan wisata. Saya ingin menyampaikan suara-suara orang dari tempat yang kita tidak pernah dengar. Namun siapa sangka, seorang pria dengan sosok imut, berkulit putih, suara kalem, dan berwajah “baby face”, telah mengalami itu semua bahkan lebih, demi sebuah pengalaman jiwa. Ia menyebutnya sebagai perjalanan kemanusiaan. Agustinus Wibowo, pria berusia 30 tahun asal Jawa Timur itu berkelana ke negara-negara “ajaib”. Negara-negara yang tak populer untuk dijadikan destinasi wisata. Dari Turkmenistan sampai Mongolia dan dari Kazakhstan sampai India, pernah disambanginya. Tak hanya itu, ia pernah menetap dan bekerja di negara penuh peperangan, Afghanistan. Ia mengarungi Asia Selatan dan Asia Tengah melalui jalur darat. Kisah perjalanan Agus di negara-negara Asia Tengah dan Afghanistan, pernah dimuat di Kompas.com. Ia telah menerbitkan [...]

October 18, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Perjalanan Melebur Garis Batas

18 October 2011 Kompas Cyber Media Travel travel.kompas.com/read/2011/10/18/08365641/Perjalanan.Melebur.Garis.Batas Backpacker   Perjalanan Melebur Garis Batas   Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:36 WIB     KOMPAS.com – Manusia, yang sejatinya cuma entitas yang satu, memiliki beragam identitas. Ia dibentuk oleh beragam ras, ditempa oleh beragam aspek kultural, dan tumbuh menjadi sosok yang sarat nuansa. Acapkali, kekayaan nuansa itu membentangkan garis-garis batas yang memisahkan manusia. Melangkah melewati garis-garis demarkasi itu melahirkan pengalaman eksistensial yang unik. Dibutuhkan keberanian. Buka cuma itu, dibutuhkan juga kegilaan. Perjalanan ini bukan hanya garis batas teritorial yang ditembus, tapi juga garis batas kultur, garis batas agama, garus batas ras.   Itulah yang dilakukan Agustinus Wibowo, seorang petualang kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 1981. Dari Afghanistan, ia menyeberang menelusuri Asia Tengah. Sebuah sungai selebar 20 meter membentangkan perbedaan peradaban hingga satu abad. Ia menjelajahi Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, hingga Turkmenistan. Ia menerabas batas-batas politikdan sosio-kultural. Ia juga menerabas batas-batas dirinya dan melebur bersama pengalaman masyarakat di negeri-negeri jauh. Ia pantang naik pesawat terbang. Seluruh perjalannya ditempuh melalui jalur darat: naik bus, pedati, keledai, hingga jalan kaki. Agus membukukan kisah perjalanannya di “Negeri-negeri [...]

October 18, 2011 // 2 Comments

Media Indonesia (2011): Menelusuri Jalur Para Penakluk

Saya melintasi Khyber Pass tiga kali. Dua kali pertama pada 2002, dari Pakistan menuju Afghanistan, dan berselang tiga minggu sesudahnya, dari Afghanistan kembali ke Pakistan. Hanya setahun setelah rezim Taliban runtuh, Khyber Pass masih menyiratkan nuansa misterius dari negeri yang terus-menerus dilanda perang berkepanjangan.

October 4, 2011 // 0 Comments

Appearance in Ubud Writers and Readers Festival 2011

http://ubudwritersfestival.com/writer/agustinus-wibowo Agustinus Wibowo is an Indonesian travel writer, travelled overland from Beijing to Central Asia and Middle East. He traveled extensively and settled in Afghanistan as journalist for three years. His works include Selimut Debu (A Blanket of Dust) and Garis Batas (Borderlines). Festival Appearances Time travel Saturday, 8 October 2011 10:45 Left Bank Lounge What is the future of travel writing and how do travellers utilise the genre? Has it all been said and done? Brian Thacker, Fiona Caulfield, Trinity, Agustinus Wibowo Chair: Peta Mathias Ticketed A blanket of dust… Saturday, 8 October 2011 13:45 Left Bank Lounge Standing at the cutting edge of Indonesian literature, this modern day wanderer has travelled to the ends of the earth, living in Afghanistan for three years. Wander with him in this intimate session. Agustinus Wibowo with Jamie James Worlds, in words: making language work Saturday, 8 October 2011 16:00 Neka Museum How language can transport us on colourful journeys to exotic lands, Agustinus Wibowo, DBC Pierre, Ida Ahdiah, Trevor Shearston Chair: Rosemary Saye Boundary riders Sunday, 9 October 2011 09:15 Left Bank Lounge Boundaries can be both geographical and intellectual. Crossing borders real and imaginary, exploring new ground, writing new territory. [...]

September 23, 2011 // 0 Comments

Tempo (2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah

Majalah Tempo (18 September 2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah Resensi oleh J. Sumardianta Kisah perjalanan yang menguak betapa Islam Asia Tengah simpel tapi misterius. Warisan sekularisasi Uni Soviet. GARASIMOV, arkeolog Rusia, menemukan kuburan Timur Leng di Registan, Samarkand, pada 1941. Pada penutup peti raja yang bengis itu tertulis “Barang siapa mengutak-atik jasad Amir Timur akan dihancurkan musuh yang lebih beringas.” Seolah wujud dari nujum itu, beberapa jam sesudah kuburan Timur Leng di bongkar, pasukan Hitler menyerbu dan menduduki Uni Soviet. Di Uzbekistan, Amir Timur adalah kebanggaan. Di Samarkand, kota terbesar kedua Uzbekistan, patungnya duduk anggun di singgasana, menggengam sebilah pedang. Pada masa kegila kegemilangannya di abad ke-14, Samarkand merupakan sentra peradaban Islam, kota di Jalur Sutra. Agustin Wibowo, jurnalis dari Lumajang, Jawa Timur, yang kini bermukim di Beijing, menuturkan kemegahan Islam di Asia Tengah itu melalui Garis Batas : Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah. Inilah dokumentasi petualangannya menjelajahi pelbagai negeri pecahan Uni Soviet-Tajikistan, Kirgistan, Uzbekistan, Kazakstan dan Turmenistan. Di negeri-negeri itu terjadi perkembangan yang berbeda-beda. Tajikistan terkapar dalam kemiskinan. Kirgistan dan Kazakstan bergemilang kemakmuran kapitalisme. Dan Turkmenistan diliputi nostalgia sosialisme utopis. Tradisi Islam telah dipenggal Uni Soviet. Peradaban Islam meredup, hampir punah. Sholat, puasa, huruf Arab [...]

September 18, 2011 // 5 Comments

A Blanket of Dust—New Edition

My first book, A Blanket of Dust (Selimut Debu) is going to be republished with new cover and new photos, to be launched by Gramedia Pustaka Utama this coming 29 September 2011. [Agustinus] tak ingin hanya menjadi penonton isi dunia. Ia mau terlibat sepenuhnya dalam perjalanan itu. Ia tak sekadar melihat pemandangan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga mengenal budaya dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. –Kompas– Afghanistan. Nama negeri itu sudah bersinonim dengan perang tanpa henti, kemiskinan, maut, bom bunuh diri, kehancuran, perempuan tanpa wajah, dan ratapan pilu. Nama yang sudah begitu tidak asing, namun tetap menyimpan misteri yang mencekam. Pada setiap langkah di negeri ini, debu menyeruak ke rongga mulut, kerongkongan, lubang hidung, kelopak mata. Bulir-bulir debu yang hampa tanpa makna, tetapi menjadi saksi pertumpahan darah bangsa-bangsa, selama ribuan tahun. Aura petualangan berembus, dari gurun gersang, gunung salju, padang hijau, lembah kelam, langit biru, danau ajaib, hingga ke sungai yang menggelegak hebat. Semangat terpancar dari tatap mata lelaki berjenggot lebat dalam balutan serban, derap kaki kuda yang mengentak, gemercik teh, tawa riang para bocah, impian para pengungsi, peninggalan peradaban, hingga letupan bedil Kalashnikov. Agustinus Wibowo menapaki berbagai penjuru negeri perang ini sendirian, untuk menyibak misteri prosesi [...]

September 17, 2011 // 4 Comments

Oktomagazine (2011): Jelajahi Afghanistan Lewat Selimut Debu

Mengenal Afghanistan dari buku Selimut Debu Harun Harahap   “ Agama itu bukan di baju. Agama itu ada di dalam hati. Inti Agama adalah kemanusiaan.” Seorang Shah dari suku Wakhi mengatakan hal tersebut yang tertulis pada halaman 227 buku ini. Afghanistan dimana mayoritas penduduknya mengenakan Shalwar Kamiz untuk pria dan Burqa untuk perempuannya selalu menilai keimanan dari apa yang mereka kenakan. Keimanan sudah tidak lagi ditentukan dengan sikap dan perilaku mereka melainkan dari serban, jenggot atau apapun yang sebenarnya hanya sekedar simbol belaka. Benar yang dikatakan oleh Agustinus Wibowo, penulis, bahwa sekarang niilai-nilai keimanan muslim di Afghanistan tereduksi menjadi jenggot, serban dan burqa. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari penjelajahan Agustinus Wibowo di Afghanistan. Negara yang berkali-kali dilanda perang. Mulai dari serangan Uni Soviet, Mujahiddin dan Taliban hingga sekarang serangan bom bunuh diri pun masih sering terjadi. Sebenarnya banyak sekali bantuan dana mengalir ke negeri ini. Dana tersebut ditujukan untuk pembangunan kembali infrastruktur serta pelayanan kesehatan. Namun, korupsi yang merajalela pada pemerintahan membuat aliran dana itu pun tersesat hilang ke saku para pejabat. Ditambah lagi perilaku warganya yang sangat kesukuan. Afghanistan yang terdiri dari berbagai suku seperti Pashtun, Hazara dan lainnya saling menilai bahwa sukunyalah yang terbaik sedangkan suku lainnya [...]

September 8, 2011 // 3 Comments

JalanJalan (2011): Beyond Bali [Garis Batas]

TRAVEL NOTES • GREAT READS Beyond Bali Meski Bali dari Singapura terus jadi favorit turis Indonesia, para penulis travel lokal tak lelah menyuguhkan destinasi alternatif. Berikut buku-buku terbaru mereka.   SCANDINAVIAN EXPLORER: 18 HARI BACKPACKING MENGINTIP FJORD, VIKING, DAN SALMON Asanti Astari Skandinavia dikenal sebagai kawasan dengan biaya hidup tertinggi di Eropa. Namun fakta tersebut tidak menghalangi niat Asanti menjelajah keindahan alamnya selama kurang lebih tiga minggu. Di bukunya, alumni Universitas Indonesia ini merekomendasikan beberapa aktivitas yang layak dilakoni jika tabungan sudah mencukupi, antara lain menonton pentas cahaya Aurora Borealis dan tur kendaraan lintas kota bertajuk “Norway in a Nutshell”.   THE NAKED TRAVELER 3 Trinity Sejatinya, The Naked Traveler bukanlah buku panduan wisata, melainkan bacaan hiburan dan seri ketiganya ini kemungkinan membuat kita tertawa tiga kali lebih kencang. Tetap dengan gaya menulis ala blog, Trinity menuturkan kisahnya berenang di Laut Mati, mandi bugil di onsen (akhirnya ia benar-benar seorang “naked’ traveler), melakoni tur hantu di Bandung, hingga menyusuri jalan-jalan kumuh di Nepal. Seluruh tempat tersebut memang pernah dibahas di buku travel lain, namun yang membuat The Naked TravsJer 3 spesial adalah, Trinity mampu mengolah kejadian remeh sehari-hari jadi humor yang mengocok perut.   BUKAN JELAJAH BIASA: OLEH-OLEH CERITA, BUDAYA, [...]

August 22, 2011 // 0 Comments

1 6 7 8 9 10 11