Recommended

Articles by Agustinus Wibowo

About Agustinus Wibowo

Agustinus is an Indonesian travel writer and travel photographer. Agustinus started a “Grand Overland Journey” in 2005 from Beijing and dreamed to reach South Africa totally by land with an optimistic budget of US$2000. His journey has taken him across Himalaya, South Asia, Afghanistan, Iran, and ex-Soviet Central Asian republics. He was stranded and stayed three years in Afghanistan until 2009. He is now a full-time writer and based in Jakarta, Indonesia. agustinus@agustinuswibowo.com Contact: Website | More Posts

#1Pic1Day: Taman Dunia | Round the World (Dubai, 2008)

Round the World (Dubai, 2008) Visitors are enjoying their “round-the-world” trip in an annual international exhibition in Dubai, which was participated by dozens of countries from all continents. Taman Dunia (Dubai, 2008) Pengunjung sedang menikmati wisata “keliling dunia” yang dihadirkan dalam sebuah pameran internasional tahunan di Dubai, dihadiri oleh puluhan negara dari semua benua. [...]

January 14, 2014 // 3 Comments

Selimut Debu 57: Mengintip Tajikistan dari Afghanistan

Kepalaku pusing, aku hampir tak sanggup melangkah ketika polisi menyeretku ke ruang wawancara. Dia mengamati pasporku. Tapi dia memang tidak kenal huruf, pasporku dibaca terbalik, atas ke bawah. Aku harus minta izin darinya, karena aku sudah tidak sanggup lagi mengendalikan diareku. Kantor polisi ini punya toilet, tapi tidak ada air. Aku tidak punya kertas. Jadi dia menyuruhku menyelesaikan urusanku di balik pepohonan, dan mencuci diri dengan air di selokan. Ketika aku kembali dari urusan berhajat, pasporku dikembalikan. Tanpa dia melakukan apa-apa dengan paspor itu. Katanya, dia juga tidak tahu mau diapakan pasporku itu. Aku diminta datang lagi besok, karena komandan yang bertugas mengurusi orang asing sepertiku sudah tidur. Jam 4 sore si komandan sudah tidur? Mungkin juga dia kena diare seperti aku? Petugas itu tak jawab. Ah, sudahlah. Aku pergi ke warung yang ada di seberang jalan. Aku beristirahat di sini. Di Afghanistan, kita bisa menginap di warung atau kedai teh gratis asalkan kita makan di  sini. Warung punya kewajiban mengurusi para musafir. Berkat kode keramahtamahan Afghan inilah, aku bisa bertahan di negeri yang keras dan sulit ini. Bocah kecil yang bekerja di warung menyiapkan matras di lantai, juga selimut tebal supaya aku bisa tidur siang. Dia menyiapkan seteko teh, [...]

January 14, 2014 // 3 Comments

#1Pic1Day: Tertinggi di Dunia | Numero Uno (Dubai, 2008)

Numero Uno (Dubai, 2008) Forty years ago, this desert nation was just a stretch of poor and quiet desert settlements. Now, the emirates have transformed to one of the richest countries in the world, with fantastic projects to be world’s numero uno. At this time, Dubai was building the highest tower in the world, of which height was kept secret during its construction. The initial name was Burj Dubai (Tower of Dubai), but due to financial crisis, Dubai had to receive aid from the Khalifa of Abu Dabhi, the name of the skyscraper was renamed Burj Khalifa. Tertinggi di Dunia (Dubai, 2008) Negeri padang pasir yang pada empat puluh tahun sebelumnya masih merupakan dusun miskin dan lengang, kini berubah menjadi salah satu negara terkaya di dunia dengan proyek-proyek fantastis untuk selalu menjadi yang nomor satu di muka bumi. Dubai sedang membangun gedung tertinggi di dunia, yang pada saat pembangunan masih dirahasiakan berapa ketinggiannya. Semula rencananya akan dinamakan adalah Burj Dubai (Menara Dubai), tetapi karena krisis moneter hebat, Dubai harus dibantu oleh Abu Dhabi, sehingga nama menara ini diubah menjadi Burj Khalifah (Menara Khalifah).   [...]

January 13, 2014 // 0 Comments

Selimut Debu 56: Ladang Candu

Jarak dari Faizabad menuju kota Ishkashim di timur hanya 160 kilometer. Tetapi seperti halnya seluruh jalanan di Badakshan, jalanan ini pun berdebu, tidak beraspal. Transportasi sangat sulit dan tidak terjamin. Provinsi yang sejuk ini termasuk daerah paling tertinggal di Afghanistan. Bahkan ibukota provinsi pun sama sekali tidak memiliki jalan beraspal. Selama di Faizabad aku tinggal di rumah seorang jurnalis merangkap petani bernama Jaffar Tayyar, di pinggiran kota. Seperti biasa, semua kendaraan umum jarak jauh berangkat pagi-pagi buta karena bepergian di negeri tanpa jalan beraspal dan tanpa listrik di malam hari sangatlah berbahaya. Untuk mencapai terminal bus Faizabad, aku harus meninggalkan desa tempat tinggal Tayyar sejak pukul 4 subuh. Tidak ada kendaraan yang langsung menuju Ishkashim. Semua harus berhenti dulu di Baharak, 42 kilometer atau sekitar 2 jam perjalanan dari Faizabad, dengan ongkos Af 150 (US$3).  Baharak adalah dusun pasar yang teramat biasa. Di sinilah kita bisa menemukan kendaraan menuju Ishkashim. Semua kendaraan baru berangkat ketika penumpang penuh, tapi Ishkashim bukanlah tujuan yang umum, sehingga jadi berangkat atau tidaknya sangat tergantung pada keberuntungan. Aku beruntung karena ketika aku tiba di Baharak, ada sebuah kendaraan Toyota 4WD (yang bertuliskan besar-besar “ATOYOT”, mungkin yang menulis adalah orang Afghan yang terbiasa menulis dari kanan [...]

January 13, 2014 // 4 Comments

#1Pic1Day: Pengejar Layang-Layang | The Kite Runners (Afghanistan, 2008)

The Kite Runners (Afghanistan, 2008) One of so much cheerful activities during Naoruz New Year celebration in Afghanistan is to run after kites. In Afghanistan, many games have touch of “war”. Even when they fly kites, it’s not for the sake only for flying kites, but to defeat your enemies and be the last one survives in the sky. For people who don’t fly kites, the main purpose is to run after the falling kites, thus known as the kite runners. Pengejar Layang-Layang (Afghanistan, 2008) Keriangan lain dalam perayaan Tahun Baru di Afghanistan adalah permainan berebut layangan. Di Afghanistan, banyak permainan yang bernuansakan “perang”, bahkan saat bermain layangan pun mereka saling beradu layang-layang siapa yang kuat bertahan di angkasa. Sedangkan mereka yang tidak menerbangkan layang-layang akan berlarian berhamburan untuk mengejar layang-layang jatuh.   [...]

January 10, 2014 // 3 Comments

Selimut Debu 55: Perjalanan Menuju Badakhshan

Kendaraan yang membawa penumpang dari Taloqan menuju provinsi tetangga Badakhshan sudah sibuk sejak pagi-pagi buta. Pukul 5, langit masih gelap, tapi bus-bus sudah penuh dan siap berangkat. Ada beberapa jenis kendaraan umum di Afghanistan, tergantung dari model mobilnya. Mulai dari yang paling murah, falancoach (sebuah korupsi dari nama flying coach) hingga mobil Volvo yang nyaman dijamin mahal. Aku memilih falancoach, karena aku pencinta kemurahan. Tapi aku datang terlambat. Setelah pukul 5:30, penumpang sudah mulai jalan. Mobil hanya berangkat kalau penumpang penuh, dan kebanyakan para penumpang memilih untuk berangkat sebelum matahari terbit. Baru pukul 7, mobil ini berhasil mengumpulkan penumpang dan kami bertolak dari Taloqan. Aku duduk di baris ketiga. Mobil ini sejatinya berkapasitas menampung 14 penumpang, tapi dipaksa  mengangkut 18 orang. Di depanku ada dua orang perempuan memakai burqa. Kelihatannya, yang satu adalah wanita muda dan kurus, merupakan anak dari perempuan yang satunya. Ketika aku bersiap duduk, mereka sudah duduk di sana dan sibuk mengurus tiga anak kecil. Di samping mereka juga ada bocah lelaki lain, yang tentunya adalah kerabat mereka, karena di Afghanistan laki-laki yang bukan mahram dilarang duduk di samping penumpang perempuan. Para perempuan itu sangat terkejut begitu aku masuk mobil, hanya karena aku orang asing. Laki-laki pula. [...]

January 10, 2014 // 3 Comments

#1Pic1Day: Olahraga Keperkasaan | Sport of Honor (Afghanistan, 2008)

Sport of Honor (Afghanistan, 2008) Buzkashi is the national sport of Afghanistan, and usually held amidst the Naoruz New Year celebration. Buzkashi is the ancestor of polo, of which the horse riders fight to get a headless carcass as the ball, and they have to bring the carcass around the ground to be the winner. This sport emphasizes on values of honesty, bravery, strength, and honor—all of which are the pride for the Afghans. Olahraga Keperkasaan (Afghanistan, 2008) Buzkashi adalah olahraga nasional Afghanistan, dan biasa dipertandingkan di tengah perayaan Tahun Baru Naoruz. Buzkashi adalah nenek moyang olahraga polo, di mana para penunggang kuda berebutan sebuah bangkai binatang tanpa kepala sebagai bola yang dibawa berkeliling lapangan. Olahraga ini mengutamakan nilai-nilai kejujuran, keberanian, kekuatan dan keperkasaan, menjadi peleburan semua nilai kebanggaan Afghanistan. [...]

January 9, 2014 // 4 Comments

Selimut Debu 54: Hidup dalam Sejarah

Kebudayaan konservatif sudah mengakar di Taloqan jauh sebelum Taliban memperkenalkan persepsi mereka yang konservatif tentang Islam. Orang-orang di sini pun sebenarnya tidak suka Taliban. Kenyataannya memang sempat terjadi pertempuran sangat sengit di provinsi-provinsi utara Afghanistan ini melawan pendudukan Taliban. Ini membuktikan, agama bukan satu-satunya hal yang diperhatikan di Afghanistan. Orang-orang di Utara adalah masyarakat minoritas non-Pashtun, sedangkan Taliban adalah Pashtun yang berusaha menerapkan nilai-nilai mereka ke seluruh Afghanistan. Setelah perang panjang selama dua tahun, akhirnya Taloqan berhasil ditundukkan. Tetapi Taliban tidak pernah berhasil memperluas kekuasaannya lebih jauh dari Provinsi Takhar. Ke arah timur dari Takhar, provinsi Badakhshan, sama sekali tidak tersentuh Taliban (atau mungkin mereka juga tidak tertarik, karena sudah sibuk menghadapi perubahan dunia pasca 9-11). Berita tentang fundamentalisme selalu menjadi perhatian masyarakat. Pada Sabtu 22 Juli 2006 yang lalu, ada bom bunuh diri yang meledak di Kandahar, membunuh 10 orang dan mencederai 40 lainnya. Salah satu korbannya adalah jurnalis, juru kamera dari Ariana TV. Para jurnalis di Radio Takharistan membincangkan berita ini dengan penuh kengerian. Kandahar nun jauh di selatan sana—yang mengklaim diri paling religius—adalah dunia yang jauh berbeda dengan Takhar sini, kata mereka. Mereka mengolok-olok pemahaman Taliban yang sempit. Misalnya, Taliban melarang kerah [...]

January 9, 2014 // 0 Comments

#1Pic1Day: Bendera Ajaib | Magical Flag (Afghanistan, 2008)

Magical Flag (Afghanistan, 2008) The Afghans celebrate Persian New Year, known as Naoruz (“New Day”), which is usually celebrated on 21 March when the sun arrives exactly on northern equinox. The center of Naoruz celebration in Afghanistan is in the northern city of Mazar-e-Sharif, which is believed by the Afghans as the location of the mausoleum of Caliphate Ali bin Abi Thalib. On the Naoruz morning, they will raise a sacred flag known as “janda”. People would struggle hard to touch the flag as they believe the magical flag would cure any disease and bring good fortune. The celebration used to be banned under the Taliban. Bendera Ajaib (Afghanistan, 2008) Orang Afghanistan merayakan Tahun Baru Persia, yang disebut Naoruz (“Hari Baru”) dan jatuh pada 21 Maret, ketika matahari tepat berada di titik balik utara. Pusat perayaan Naoruz di Afghanistan adalah di kota Mazar-e-Sharif, di mana terdapat makam suci yang dipercaya sebagai makam Ali bin Abi Thalib. Di hari Naoruz, mereka akan mendirikan sebuah bendera suci yang disebut “janda”, dan orang-orang berebutan untuk menyentuh bendera itu karena dipercaya akan membawa mukjizat. Perayaan Naoruz pernah dilarang pada zaman Taliban. [...]

January 8, 2014 // 1 Comment

Selimut Debu 53: Kota Burqa

Dengan langkah berat, aku melanjutkan perjalanan ke kota berikut. Hanya dua jam perjalanan dari Kunduz, tiba-tiba aku seperti merasa terlempar ke zaman lain. Kota Taloqan adalah ibukota Provinsi Takhar, salah satu provinsi di Afghanistan Utara. Takhar dulunya adalah bagian dari provinsi besar bernama Qataghan, yang kemudian dipecah menjadi Kunduz, Takhar, dan Baghlan. Taloqan juga panas di musim panas, tapi masih lebih sejuk kalau dibandingkan Kunduz. Kota ini berdebu, tapi jalanan beraspal mulus yang menghubungkan kota ini langsung dengan ibukota Kabul tampaknya menjanjikan masa depan yang sangat cerah. Aneh, di kota ini aku merasa seperti berada di Iran. Tidak seperti halnya kota-kota lain di Afghanistan yang pernah kulihat, Taloqan mempunyai papan penunjuk nama jalan dan rambu-rambu yang jelas dan mengkilap. Beberapa papan penunjuk jalan di pusat kota malah berlatar belakang warna-warni bendera Iran, dan bertuliskan “Afghanistan dan Iran”. Beberapa nama jalan berbau Iran, seperti “Ayatollah Komeini St.” Atau “Hafez St.” Juga ada nama pahlawan Afghanistan yang ada di mana-mana di negeri ini, yaitu “Ahmad Shah Massoud St.”  Ahmad Shah Massoud adalah pejuang etnis Tajik yang berasal dari lembah Panjshir, berperang melawan Taliban dan sekarang diangkat sebagai pahlawan nasional (diakui di Afghanistan kecuali oleh kebanyakan orang-orang Pashtun di Selatan, juga oleh para [...]

January 8, 2014 // 1 Comment

#1Pic1Day: Manisan India | Indian Sweets (2005)

Indian Sweets (2005) Diwali celebration in India cannot be separated from the sweets, or mithai, which come in various shapes, sizes, and colors. The adjective “sweet” is far not enough to describe the taste of these Indian sweets. The sensation is like chewing a kilogram of sugar and milk at the same time in your mouth. Manisan India (2005) Bagian penting lain dari perayaan Diwali di India adalah manisan atau mithai yang tampil dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna. “Manis” adalah kata yang terlalu sederhana untuk mendeskripsikan rasa manisan India. Sensasi rasa yang ditimbulkannya di mulut adalah seperti menelan satu kilogram gula dan susu bulat-bulat. [...]

January 7, 2014 // 1 Comment

Selimut Debu 52: Pulang

“Suatu saat, kamu harus kembali ke titik awal. Dan saat itu, kamu akan berpikir bagaimana caranya untuk kembali ke tempat sebelumnya, untuk melanjutkan perjalananmu ….” Demikian Lam Li, sahabat Malaysiaku itu pernah berkata padaku saat kami berdua berada di Kandahar. Kami berdua telah berkelana begitu panjang. Aku memulai perjalananku hampir setahun lalu dari Beijing. Lam Li lebih lama lagi, dari Malaysia jalan darat melintasi Asia Tenggara, Tibet, Nepal, India, Pakistan, sekarang di Afghanistan, dan terus dia akan menuju Eropa. Setelah berbulan-bulan melakukan perjalanan, sangatlah umum para pejalan mulai mengalami “mimpi buruk”. Apakah “mimpi buruk” para pejalan? Itu adalah terpaksa pulang. Ke titik asal. Ke rumah. Lam Li sering mengalami mimpi seperti ini. Di dalam mimpinya itu, tiba-tiba dia sudah kembali ke rumah. Dan di rumah itu, dia sibuk berpikir, bagaimana caranya kembali ke titik terakhir perjalanannya, kembali melanjutkan perjalanan yang telah terpotong. Seperti nubuat, ini pun terjadi pada diriku. Perjalananku dimulai pada 28 Juli 2005. Jadi, hanya seminggu lagi maka genap setahun sudah aku hidup di jalanan. Dari metropolis Beijing yang sibuk, aku sudah melewati jalan yang teramat panjang, melintasi dataran China yang luas hingga k tanah bangsa Uyghur di barat, lalu mendaki pegunungan Atap Dunia hingga masuk ke Tibet, [...]

January 7, 2014 // 4 Comments

#1Pic1Day: Festival Cahaya | The Festival of Lights (India, 2005)

  The Festival of Lights (India, 2005) The most important festival among Indian Hindus is Diwali, also known as “Festival of Lights”. The celebration emphasizes victory of light over darkness, good over evil, hope over despair. Aside from the puja ritual for Goddess Lakhsmi, Diwali celebration is also signified by millions of lights shining roads, streets, and alleys. They also burn firecrackers for the whole night.   Festival Cahaya (India, 2005) Perayaan terbesar di kalangan umat Hindu India adalah Diwali, dikenal juga sebagai “Festival Cahaya”. Hari raya ini menekankan kemenangan cahaya atas kegelapan, kebaikan atas kejahatan, harapan atas keputusasaan. Selain ibadah puja kepada Dewi Lakhsmi, perayaan Diwali ditandai dengan menyalakan jutaan lilin di berbagai sudut jalan, dan menyalakan petasan yang meledak-ledak sepanjang malam.                 [...]

January 6, 2014 // 0 Comments

Selimut Debu 51: Peninggalan Gerilyawan

Apakah jatuhnya Taliban sudah berarti Afghanistan siap menyongsong era damai? Kering berpuluh tahun tidak bisa dihapus dengan hujan sehari. Perang berpuluh tahun tidak bisa terhapus dengan damai yang cuma sekejap. Kunduz adalah ibukota dari provinsi Kunduz, terletak hanya 60 kilometer dari perbatasan Tajikistan. Perjalanan dari Kabul ke Kunduz melewati gunung-gunung tinggi dan sejuk, tapi Kunduz sangatlah panas. Untuk datang ke sini, bus berjalan menembus gunung melewati Terowongan Salang, yang dibangun tahun 1960-an sebelum perang mencabik-cabik Afghanistan. Terowongan ini sangat panjang dan modern. Bisa dilihat, betapa dulu Afghanistan adalah negara yang begitu kaya dan maju. Udara panas di Kunduz sebanding dengan Kandahar atau Jalalabad, terkenal karena gelombang panas yang sangat parah di puncak musim panas. Ketinggian Kunduz hanya 400 meter di atas permukaan laut, sebuah penurunan drastis dari Terowongan Salang yang mencapai 3.363 meter. Kunduz seperti dasar sebuah mangkuk di Asia Tengah, tidak heran juga panasnya bisa menjadi-jadi seperti ini. Memasuki Kunduz, kita sebenarnya sudah memasuki Asia Tengah. Uzbekistan dan Tajikistan sudah sangat dekat. Tetapi bukannya orang Uzbek dan Tajik yang mendominasi kota ini, justru orang Pashtun yang berasal dari Afghanistan selatan. Aku disambut oleh Rohullah Arman, wartawan Pajhwok yang bertugas di daerah ini. Dengan sepeda motor superbesarnya, Arman segera membawaku [...]

January 6, 2014 // 1 Comment

Bukunya (2014): Membedah Buku Laris Gramedia Pustaka Utama 2013

http://bukunya.com/membedah-buku-laris-gramedia-pustaka-utama/ Membedah Buku Laris Gramedia Pustaka Utama 2013 By redaksi Mengupas resep dan rahasia tingginya penjualan Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada Jumat (3/1) mengumumkan daftar buku terlaris mereka sepanjang 2013. Bukunya membedah beberapa alasan buku-buku tersebut masuk daftar bestseller. Kategori fiksi: Rantau 1 Muara karya A. Fuadi 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Rais dan Rangga Alma 9 Summers 10 Autumns karya Iwan Setyawan Mimpi Sejuta Dolar karya Alberthiene Endah Autumn Once More karya Ilana Tan, Alia Zalea, Ika Natassa, dkk. Seasons to Remember karya Ilana Tan Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye Sunshine Becomes You karya Ilana Tan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye The Devil in Black Jeans karya Alia Zalea Daftar buku laris ini menunjukkan dua resep buku laris dewasa ini yakni mengangkat novelisasi kisah hidup dari sederhana cenderung tak berada hingga sukses terutama setelah berjuang di luar negeri. Resep kedua adalah kisah asmara yang mudah dicerna. Roman memang tak ada matinya. Faktor film juga berperan besar dalam daftar ini. Misalnya saja 99 Cahaya meski isinya unik dan ditulis oleh putri tokoh ternama, namun penjualannya baru terdongkrak sejak rumor film hingga kemunculannya di layar lebar. Yang bakal mengikuti jejak novel ini [...]

January 5, 2014 // 0 Comments

#1Pic1Day: Pakistan Streets #10 (Multan, 2006)

  Pakistani Streets #10 (Multan, 2006) Women in totally enveloping burqa (covering face and both eyes) are very common of Multan streets. Jalanan Pakistani #10 (Multan, 2006) Perempuan dalam burqa yang menutup rapat (termasuk wajah dan mata) adalah pemandangan lazim di jalanan Multan.               [...]

January 3, 2014 // 0 Comments

Selimut Debu 50: Melihat Islam dari Mata Pashtun (2)

Langit telah gelap. Wajah dan bayangan Amin berkedip-kedip diterpa sinar lampu petromaks. Pada kegelapan dan keremangan ini, dia melanjutkan ulasannya mengapa pemisahan lawan jenis begitu penting dalam konsep agama. Amin memberikan sebuah contoh. “Islam bilang,”—lagi-lagi Islam bilang, “perempuan terlalu cantik untuk pergi ke pasar untuk membeli kosmetik. Kalau dia memakai kosmetik, dia akan mengundang perhatian para lelaki, dan para lelaki akan ingin mendapatkannya, dan terkadang memakai kekerasan.” Itu artinya, kalau perempuan diperkosa, maka itu kesalahan si perempuan karena terlalu menarik? Dan bukannya salah para lelaki yang tidak bisa mengontrol nafsu mereka? Amin tidak menyangkal. Alih-alih, dia membuat perumpamaan lain. Dia mengambil sebuah permen dari piring kecil di samping poci teh. “Lihat permen ini. Jika aku suka permen ini, maka aku akan berusaha mendapatkannya. Secara legal ataupun ilegal. Paham?” Aku menggeleng. “Dan mengapa cara ilegal diperbolehkan? Kamu hanya boleh mengambil permen yang secara legal adalah milikmu. Ada hukum yang melindungi.” Dia membuat perumpamaan lain. “Kalau kau punya uang banyak, dan aku minta uangmu. Apakah kau beri?” “Tidak,” jawabku. “Maka aku akan membunuhmu,” kata Amin tegas. “Tapi itu adalah uangku. Mau memberi atau tidak, itu adalah hakku.” “Kenapa kau tidak berbagi?” Tampaknya konsep “hak dan kewajiban” sangat kuat dalam pikiranku. Dalam nilai-nilai [...]

January 3, 2014 // 5 Comments

#1Pic1Day: Pakistan Streets #9 (Uch Sharif, 2006)

  Pakistan Streets #9 (Uch Sharif, 2006) A Pakistani movie billboard shows men with guns and sexy women dancing. Jalanan Pakistan #9 (Uch Sharif, 2006) Sebuah baliho film Pakistan menggambarkan para pria dengan pistol dan para perempuan seksi menari.             [...]

January 2, 2014 // 0 Comments

Selimut Debu 49: Melihat Islam dari Mata Pashtun (1)

“Dalam Islam ada lingkaran. Dan kita tidak bisa keluar dari lingkaran itu,” kata Amin tegas. Lelaki Pashtun di hadapanku ini berusia 33 tahun, dan telah melewatkan 29 tahun usianya di Pakistan. Dia pernah menjadi pengungsi, tapi dia tidak mau disebut sebagai pengungsi. Dia bicara bahasa Inggris teramat fasih, tapi dia menuding orang-orang Barat sebagai biang keladi dari masalah-masalah di negeri ini. Dan Amin sangat menghormati Taliban, yang dianggapnya sebagai Muslim terbaik. Dulu Amin tinggal di daerah Mohmand Agency, bagian tribal area dari provinsi NWFP (North West Frontier Province) di Pakistan. Amin menolak menyebut daerah itu sebagai wilayah Pakistan. Dia selalu menggunakan istilah Pashtunistan, dan menganggap wilayah yang didominasi bangsa Pashtun itu adalah bagian dari Afghanistan. Nenek moyangnya berasal dari daerah Kandari, yang ada di sisi Pakistan maupun Afghanistan. Itulah sebabnya, Amin punya paspor kedua negara sekaligus. Amin mengizinkanku menginap di rumahnya malam ini. Ada sebuah kamar khusus untuk tamu. Dalam tradisi Pashtun, para perempuan di rumah tidak boleh terlihat oleh lelaki asing. Karena itu, kamar bagi tamu selalu terpisah dari rumah utama. Diskusi kami tentang Islam bermula ketika aku berbicara tentang Putri Indonesia yang bertanding dalam ajang Miss Universe, dan setuju untuk memakai bikini dalam lomba busana renang. “Kamu beruntung, [...]

January 2, 2014 // 5 Comments

#1Pic1Day: Pakistan Streets #8 (Karachi, 2006)

  Pakistan Streets #8 (Karachi, 2006) Karachi was the capital of Pakistan, and is still the most modern city in the country. Jalanan Pakistan #8 (Karachi, 2006) Karachi pernah menjadi ibukota Pakistan, dan masih merupakan kota paling modern di negeri ini.           [...]

January 1, 2014 // 0 Comments

1 23 24 25 26 27 49